Sabtu, 11 Juni 2016

Kabar Sukacita dari SMK Teknik Anugerah SoE

Saya merasa sangat terhormat dan beruntung sekali hari ini diundang langsung oleh ibu kepala sekolah SMK Teknik Anugerah di kota SoE untuk bertukar cerita dengan para siswa yang sedang mengisi waktu luang jelang libur kenaikan kelas. Mereka menyebutnya Seminar Menulis Kreatif namun saya lebih suka menyebut Kelas Inspirasi, kami sama-sama hadir dengan cerita inspiratif masing-masing. Sejak awal mempersiapkan presentasi power point saya sudah membayangkan bahwa kami akan saling berbagi dongeng dari masa kanak masing-masing. Dan benar saja hal itu terjadi. Dua jam berlalu dengan sangat menyenangkan di antara 30an lebih siswa yang hadir dengan senyum, mata berbinar dan antusias bertanya serta becerita.
Minggu lalu saat saya sedang asyik bikin babi panggang di acara syukuran komuni pertama keponakan saya, ibu Grace Nomleni, sang kepsek menelpon saya untuk menyampaikan undangan tersebut. Kabarnya kontak saya didapat dari ibu Yuko. Oh, saya ingat betul Yuko adalah Yuliana Koten yang saya kenal sekitar setahun atau dua tahun lalu saat beliau sedang melakukan penelitian skripsi tentang lagu Adik Menangis Satu Malam karya Romo Amanche, kawan baik saya di Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Yuko yang saya tahu adalah penyuka film dan kebudayaan India. sangat fanatik. Oh ternyata beliau sudah menjadi guru dan mengabdi di SMK Teknik Anugerah. Saya terima undangan ibu Grace saat itu juga. Sudah dua minggu ini saya memang di rumah, menulis, menulis, membaca dan pelan-pelan melakukan riset untuk bakal novel saya. Diundang ke sekolah, ketemu kawan-kawan muda, bicara tentang cita-cita, menulis, hingga dongeng orang TTS, rasanya akan menarik sekali. Saya adalah seorang yang sangat antusias hadir ke kegiatan yang melibatkan kaum muda.
Waktu seminggu rasanya berlalu dengan begitu cepat. Saya akhirnya hadir di kompleks persekolahan yang masih baru, asri dan tenang di antara Nonohonis dengan Oenasi. Ibu Yuko menyambut saya dan mengajak untuk ngobrol sejenak di ruang guru. Tepat jam 8 pagi kami memulai kelas inspirasinya. saya bercerita tentang pengalaman menulis, berkomunitas dan kesempatan hadir ke beberapa event sastra, bercerita juga tentang sebuah kebanggan menjadi orang TTS, orang NTT yang sedang belajar untuk mencintai dan mengapresiasi kekayaan budaya kita. Saya sengaja menjuruskan topik pembicaraan ke cita-cita mereka dan apa sih dongeng dari masa kecil yang masih mereka ingat. Ada satu yang paling menarik perhatian saya adalah bahwa ia masih ingat betul sebuah dongeng dari keluarganya di Nusa, Amanuban Barat tentang usif atau raja Amanuban dengan ular naga di ume kbubu yang BABnya berupa emas murni. Menarik sekali.
Ada beberapa kesan baik yang masih saya ingat hingga saat ini dan ingin saya tulis, bagi dan berharap ini bisa dikenal juga oleh banyak orang. Saya sungguh terkesan dengan kepolosan, antusiasme, dan kemampuan memberi respek kepada orang baru seperti saya, boleh dibilang tamu di sekolah tersebut. Selama 2 jam mereka mendengar dengan baik, aktif bertanya, memberi respon positif, ini keren. Saya punya pengalaman mengajar di sekolah selama hampir 5 tahun, sangat paham dengan dinamika kelas dan kebiasaan siswa di kelas. Respek mereka itu bagus sekali. Setelah selesai kelas, saya bahkan tidak sabar untuk mengirim SMS ucapan terima kasih sekaligus menyampaikan kesan saya terhadap para siswa sekolah ini kepada ibu Grace.
Hal lain yang menarik, sekolah ini kebanyakan punya guru-guru muda. Dari kepada sekolah hingga para staf. Saya juga pernah merasakan bekerja di sekolah yang partnernya sesama guru muda itu menyenangkan. Progresivitas untuk menyesuaikan diri atau sumber daya dengan keadaan masa kini akan lebih muda terlaksana. Beberapa kali saya berkegiatan dengan para guru Sekolah Lentera Kupang misalnya yang mayoritas gurunya adalah kaum muda. Rasanya muda dan enak sekali untuk bikin terobosan baru sesuai dengan sumber-sumber daya yang 'keninian', hal seperti ini yang misalnya tidak saya daptkan ketika jadi guru di SMP tempat terakhir saya bekerja. Ada guru-guru muda yang punya visi dan pandangan yang sama tapi kebanyakan berhadapan dengan guru senior yang kakunya minta ampun, susah juga. Sumpah. Tapi dulu ada juga sih guru senior yang easy going dan enak diajak kerjasama.  Bicara tentang SMK Teknik Anugerah, saya rasa potensi ini bagus sekali. Perubahan sekarang terjadi dengan begitu cepat sehingga butuh figur yang mudah untuk beradaptasi, mampu bikin gebrakan baru yang fresh dan menyenangkan untuk semua kalangan. Melihat profil di buletin sekolah ini, rasanya itu memang terjadi. Mayoritas guru muda, cukup membuat sekolah yang masih tergolong baru ini nampak lebih dinamis dan unik dengan beberapa kegiatan kesiswaan yang rasanya akan sulit didapatkan di sekolah lain di kota Soe.
Kelas ekstrakurikuler tenun, misalnya. Saya kagum dan bangga sekali. Ini sebuah usaha yang penting. Dan hal menyenangkan lainnya adalah ketika tiba di sesi dialog dengan beberapa guru setempat, bicara tentang potensi dan kelemahan, bicara solusi yang sudah dan sedang dibuat, saya toh berpikir saya tidak salah menilai. Mereka sudah sampai di titik dengan gencar bikin berbagai kegiatan untuk menunjang kreativitas siswa, bikin mading, buletin, drama, kelas menulis dan menenun lalu mempromosikannya lewat media sosial, termasuk rencana membuat blog atau website sekolah. Ini penting mengingat mereka sudah punya jejaring yang mendukung dari luar Indonesia, misalnya Korea Selatan. (beberapa siswa sudah pernah diundang ke Korea).
Kepada ibu Yuko dkk saya menitip pesan kecil, bahwa semangat dan keyakinan sudah ada. Potensi diri harus terus digali dan dipertahankan. Membuat sesuatu secara konsisten memang tidak gampang tapi juga bukan sesuatu yang mustahil terjadi.
Kepada para guru saya menitip pesan, lain waktu saya mau dong diundang jika kelas menenun dilakukan. Saya ingin sekali meliput kelas itu. Berahap ada sekolah lain yang mau fasilitasi penenun hadir ke sekolah untuk mengajar atau lebih keren lagi seperti SMK Teknik Anugerah punya guru yang aslinya memang jago menenun. Dan alangkah baiknya hasil tenunan itu tidak sekadar untuk mendapat nilai semata tetapi bisa diusahakan juga langkah pemasarannya. Saya menyarankan ibu Yuko dkk untuk terus giat menggunakan media sosial untuk berkampanye dan menjual produk kain para siswa.
Sungguh pengalaman luar biasa hari ini. Terima kasih Tuhan dan alam semesta serta kawan-kawan sekalian yang memungkinkan pengalaman luar biasa hari ini saya dapatkan. Semoga ada banyak hal positif bisa kita lakukan bersama-sama di waktu berikutnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...