Jumat yang menyenangkan setelah paginya saya memulai dengan aktivitas konseling kelompok bersama murid-murid saya dari kelas Akselerasi 1 SMPK St. Theresia Kupang. Mereka baru saja menyelesaikan semester 2 dan akan masuk ke semester 3. Kami sudah mengevaluasi hasil semester 2 dalam sebuah fokus group disscusion lalu saya meminta mereka untuk menyusung planning; menargetkan apa yang harus dilakukan selama semester 3 ini. Perlu juga mencermati segala kekurangan dan kelebihan dalam diri. Semua itu harus mereka terjemahkan ke dalam poster yang saya minta mereka bikin. Tema besarnya, My Dream Tree. Pohon impian, pohon harapan, pohon yang melambangkan sikap optimisme dalam belajar. Saya senang mereka bisa antusias berdiskusi, sharing pengalaman belajar masing-masing dan mulai membuat poster. Tujuan kedua saya sederhana saja, biar mereka bisa pakai lagi spidol warna dan pensil warna yang barangkali sudah lama mereka tinggalkan. Kasihan mereka kalau setiap hari harus berkutat dengan rumus dan materi hafalan lain yang sangat padat.
serius bikin poster |
Sore harinya saya berkesempatan hadir di ibadat jalan salib tematik yang diselenggarakan Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui Kupang dengan jaringan relawan untuk kemanusiaan, atau mereka yang selama ini concern dengan problem human trafficking. Ya jalan salib kali ini mengambil tema; Lawan Perdagangan Manusia. Kita sama-sama tahu bahwa provinsi tercinta ini sudah darurat human traffciking. Tapi masih saja hingga detik ini anak dan perempuan direkrut secara ilegal dari NTT. Masih ada saja yang kembali dengan serentetan penyiksaan fisik dan psikis. Masyarakat pada akhirnya harus turun tangan sendiri mengatasi masalah ini ketika aparat keamanan dan pemerintah sendiri terkesan abai dengan permasalahan ini. Bersama Santa Yosefina Bukhati, pelindung para korban perbudakan, umat yang hadir berdoa bersama mengenang kisah sengsara Yesus sang penebus dunia.
jalan salib (copyright Fr. Claudyon) |
Parampuan Pung Carita (copyright Inda Wohangara) |
Dari Penfui saya masih mampir ke rumah kakak saya di Liliba. Mama saya sedang di Kupang. Seperti biasa ia datang mengunjungi keempat anak dan keenam cucunya, dan tak lupa membawa banyak sekali oleh-oleh hasil panen dari kebun. Begitulah beliau. Saya tak punya banyak waktu untuk mengobrol dengannya karena saya sudah punya janji dengan teman-teman di Forje's. Kepada mama saya janjikan untuk mentraktirnya makan mie ayam langganan saya nanti sore. Saya lalu pamit menuju ke Forje's. Sedang ada diskusi Perempuan dan Media Visual, merupakan bagian dari kegiatan pameran fotografi Parampuan Pung Carita dari 19 fotografer perempuan NTT. Saya datang telat ke tempat acara hehe meski sebenarnya sudah punya janjian dengan Om Danny Wetangterah, Rucita, dan kak Ambara. Saya diminta om DW untuk ikut membantu Rucita, seorang teman guru di SD Lentera Kupang yang proposal filmnya masuk 10 besar dalam seleksi sebuah perlombaan film pendek indie di Jakarta. Lolos atau tidaknya proposal itu ke 3 besar Cita sudah berniat untuk membuat film itu. Makanya om DW mengajak juga Om AP dan kawan-kawan sineas muda Kupang, Kevin dari H2K, dan beberapa teman lain untuk ikut membantu apa yang kita punya, segala sumber daya yang ada untuk bantu Cita.
Pertemuan semalam ditutup dengan diskusi ringan dengan kak Ambara dan Kevin H2K soal kegiatan baca puisi yang ingin sekali digelar bulan April nanti.
Saya senang bisa berada di antara anak-anak muda kreatif Kupang semalam. Senang juga bisa ikut menyumbang ide dan berharap bisa melanjutkan ide itu ke aksi nyata kemudian hari. Pelajaran moral malam ini; semua anak Kupang berkumpul dari berbagai latar belakang komunitas, visi dan misi. Saya melihat kecenderungan positif ini, karena selama ini juga saya bisa masuk ke kelompok/komunitas mana saja tanpa ada hambatan. Selalu ada keterbukaan. Saya bisa mematahkan anggapan teman muda Kupang lainnya bahwa komunitas anak muda di Kupang terlalu ekslusif dan berjalan sendiri-sendiri. Saya rasa itu kembali ke individu masing-masing. Tiap komunitas sudah punya budaya berkegiatan sendiri, ada komunitas yang fokus di menulis saja, ada yg fokus di diskusi, ada yg fokus di perform. Semua fleksibel terhadap anggota, nah sekarang tinggal bagaimana si individu bisa menyesuaikan diri di setiap komunitas yang dia ikuti. Kalau saya prinsipnya mau belajar dan berjejaring dengan banyak orang, maka saya akan membuka diri seluasnya untuk masuk. Menyenangkan.
Cita sedang presentasi di depan saya, om DW dkk |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...