Jumat, 13 Maret 2015

Mana Dicky yang Dulu?


Aih dicky, apa kabar? Kemana saja? Masih sibuk sama kerjaan nyinyirin orang? Sonde pengen ganti kerjaan? Atau memang sudah enjoy...
Dicky e maaf ya saya agak tegas di awal... lu sebenarnya punya bakat apa sih? Kuliahmu apa dulu? Kok bisa-bisanya ya emosian melulu di twitter, pengeng ajak orang sekampung untuk twitwar, sampai kalap dan gelap mata lalu cc-in seluruh problem hidup lu ke semua orang. Hei, kasihan kan orang-orang harus dilibatin terus dalam masalahmu? Bensin mahal kak dicky, ikan-ikan pada berformalin, paket internet telkomsel saja untuk wilayah NTT muahaal, trus harus tega gitu kamu nyampah notif di akun orang dengan kabar jelek melulu? Kapan kamunya dewasa?
Saya kan sudah bilang dari dulu, kalo punya masalah pribadi, silahkan diselesaikan sendiri. Kita semua ini sudah dewasa. Tapi kamu sih sudah kebiasaan, masalah dikit jadi masalah besar, persoalan pribadi kamu eh orang lain pula suka  kamu seret-seret. Biar rame, biar seru? Dewasa dikit dong, Dik... ingat umur Dik, sudah tua. Kebanyakan nyinyir awas jodohmu kabur. Trus kamu setres, trus makin kurus penyakitan gitu kan. Terus dijauhin orang-orang, trus kamu dicap gagal, trus nama baik yang kamu besarin runtuh seketika.
Dicky yang baik. Kamu kan tahu, sosial media itu barang publik. Sesuatu yang bisa diakses semua orang, trus kamu mudah tersinggung, trus kamu heboh mencak-mencak di timeline, kapan kamu ngajarnya (eh kamu guru kan?), kapan kamu bisa fokus sama karir menulismu, project kreatifmu. Kamu sonde stres tuh tiap hari kebawa mimpi (mimpi ngerusuh, mimpi makan orang, mimpi jambak orang, mimpi maki orang), pantess kamu akhir-akhir ini sudah jarang menulis. Pantas project bukumu tertunda. Mana semangatmu yang dulu? Mana dicky yang dulu, yang keren, yang serba bisa, yang aktif sana sini, yang mampu menghimpun banyak anak muda kreatif, mana? Kok sekarang malah jadi dicky yang maraah saja kerjanya, sonde suka orang ditendang, yang manusia dipanggil binatang, yang mencoba kritis sama perilakumu kau singkirkan jauh-jauh? Apa iya setiap ada masalah begitu solusinya? Apa iya ketika ada yang berbeda pendapat begitu cara menyelesaikannya? Mana dicky yang dulu? Kok isi twittermu sekarang lebih banyak aura berperang sih ketimbang ngajakin orang utk lebih positif. Kamu lho yang dulu menggaungkan berinternet yang sehat hingga ke pelosok-pelosok, ke sekolah-sekolah. Dan kamu tahu, dengan itu banyak orang memuji kerja kreatifmu. Lalu sekarang? Kau sendiri yang meruntuhkan itu, Ki. Iyah, kamuuu... sadar sonde sih?
Eh, dicky, maaf ya. Kamu jangan marah. Ayolah introspeksi diri. Aku juga introspeksi diri kok. Kita sama-sama tak becus ngurus diri sendiri. Iya sih kita masing-masing punya kelemahan, tapi apa iya Tuhan menciptakan kita hanya untuk ditugasin mencari-cari kelemahan orang lain? Saya tak mau mengungkit kelemahanmu kok. Saya cuma mengingatkan. Saya rindu kamu yang dulu, yang keren, yang hebat itu. Ingat sonde kamu, sudah bertahun-tahun karirmu dibangun, dengan sangat baik, luar biasa malah. Terus saat ini hanya karena hal-hal sepele terus kamu bisa berubah 360 derajat jadi orang paling mengerikan? Duh dicky....
Ki, kita ini sudah lahir dengan talenta masing-masing, tapi kita juga butuh orang lain lho. Kita bisa karena saling mengisi. Dengan internet, dengan sosmed, kita berjejaring, saling mengisi, membantu, mengembangkan, menyebarkan kabar baik. Bukan begitu kan yang diidamkan semua netizen, juga semua warga dunia nyata. Hidup sudah susah, Ki. Masing-masing sudah punya bebannya sendiri-sendiri. So? Ya tugas kita nyebarin kabar baik. Tugas kita menghimpun kekuatan orang muda. Tugas kita membuat perubahan. Masa iya kamu lupa? Kamu lho yang dulu-dulu paling nyemangatin aku, Ki, untuk semua ini. Sonde usah ngitung-ngitung siapa yang lebih berjasa, siapa yang lebih hebat, siapa yang lebih mampu. Semua hebat, semua mampu, semua berjasa, ya karena kita melakukan bersama-sama. Kita ini masih di Bumi, dicky yang ganteng. Alien pun suka gotong royong lho. Dan suatu saat mereka barangkali akan menginvasi bumi. Terus kapan kita mengguncang dunia dengan potensi kita?
Sebenarnya apa sih yang membuat kau berubah, Ki? Please baca tulisan saya ini dengan hati dingin, dengan baik-baik, dengan mata, hati dan telingamu sendiri. Jangan dibaca pake mata, hati dan telinga orang lain. Tapi kalau kamu baca lalu kamu maki-maki aku lagi, mencak-mencakin dan nyinyir aku. Ah sudahlah berarti memang kamu sudah berubah. Mungkin kamu baru akan sadar nanti. Tapi kalau tidak pun, aku tak masalah. Berarti kamu memang tidak menyesal. Berarti kamu hebat. Berarti aku yang salah menilai.
Mungkin itu saja. Nomor saya masih yang dulu. Kita bisa telponan, atau bertemu dan mengobrol face to face kalau itu memungkinkan. Aku tak masalah.
Kapan? Saya tunggu.(Meski kontak-kontakku yang terakhir tak pernah lagi kau gubris).


Sahabatmu
Leon


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...