Aih dicky, apa kabar? Kemana
saja? Masih sibuk sama kerjaan nyinyirin orang? Sonde pengen ganti kerjaan? Atau
memang sudah enjoy...
Dicky e maaf ya saya
agak tegas di awal... lu sebenarnya punya bakat apa sih? Kuliahmu apa dulu? Kok
bisa-bisanya ya emosian melulu di twitter, pengeng ajak orang sekampung untuk
twitwar, sampai kalap dan gelap mata lalu cc-in seluruh problem hidup lu ke
semua orang. Hei, kasihan kan orang-orang harus dilibatin terus dalam
masalahmu? Bensin mahal kak dicky, ikan-ikan pada berformalin, paket internet
telkomsel saja untuk wilayah NTT muahaal, trus harus tega gitu kamu nyampah
notif di akun orang dengan kabar jelek melulu? Kapan kamunya dewasa?
Saya kan sudah bilang
dari dulu, kalo punya masalah pribadi, silahkan diselesaikan sendiri. Kita
semua ini sudah dewasa. Tapi kamu sih sudah kebiasaan, masalah dikit jadi
masalah besar, persoalan pribadi kamu eh orang lain pula suka kamu seret-seret. Biar rame, biar seru? Dewasa
dikit dong, Dik... ingat umur Dik, sudah tua. Kebanyakan nyinyir awas jodohmu
kabur. Trus kamu setres, trus makin kurus penyakitan gitu kan. Terus dijauhin
orang-orang, trus kamu dicap gagal, trus nama baik yang kamu besarin runtuh
seketika.
Dicky yang baik. Kamu kan
tahu, sosial media itu barang publik. Sesuatu yang bisa diakses semua orang,
trus kamu mudah tersinggung, trus kamu heboh mencak-mencak di timeline, kapan
kamu ngajarnya (eh kamu guru kan?), kapan kamu bisa fokus sama karir menulismu,
project kreatifmu. Kamu sonde stres tuh tiap hari kebawa mimpi (mimpi ngerusuh,
mimpi makan orang, mimpi jambak orang, mimpi maki orang), pantess kamu
akhir-akhir ini sudah jarang menulis. Pantas project bukumu tertunda. Mana semangatmu
yang dulu? Mana dicky yang dulu, yang keren, yang serba bisa, yang aktif sana
sini, yang mampu menghimpun banyak anak muda kreatif, mana? Kok sekarang malah
jadi dicky yang maraah saja kerjanya, sonde suka orang ditendang, yang manusia
dipanggil binatang, yang mencoba kritis sama perilakumu kau singkirkan
jauh-jauh? Apa iya setiap ada masalah begitu solusinya? Apa iya ketika ada yang
berbeda pendapat begitu cara menyelesaikannya? Mana dicky yang dulu? Kok isi
twittermu sekarang lebih banyak aura berperang sih ketimbang ngajakin orang utk
lebih positif. Kamu lho yang dulu menggaungkan berinternet yang sehat hingga ke
pelosok-pelosok, ke sekolah-sekolah. Dan kamu tahu, dengan itu banyak orang
memuji kerja kreatifmu. Lalu sekarang? Kau sendiri yang meruntuhkan itu, Ki. Iyah,
kamuuu... sadar sonde sih?
Eh, dicky, maaf ya. Kamu
jangan marah. Ayolah introspeksi diri. Aku juga introspeksi diri kok. Kita sama-sama tak becus ngurus diri sendiri. Iya sih
kita masing-masing punya kelemahan, tapi apa iya Tuhan menciptakan kita hanya
untuk ditugasin mencari-cari kelemahan orang lain? Saya tak mau mengungkit
kelemahanmu kok. Saya cuma mengingatkan. Saya rindu kamu yang dulu, yang keren,
yang hebat itu. Ingat sonde kamu, sudah bertahun-tahun karirmu dibangun, dengan
sangat baik, luar biasa malah. Terus saat ini hanya karena hal-hal sepele terus
kamu bisa berubah 360 derajat jadi orang paling mengerikan? Duh dicky....
Ki, kita ini sudah
lahir dengan talenta masing-masing, tapi kita juga butuh orang lain lho. Kita bisa
karena saling mengisi. Dengan internet, dengan sosmed, kita berjejaring, saling
mengisi, membantu, mengembangkan, menyebarkan kabar baik. Bukan begitu kan yang
diidamkan semua netizen, juga semua warga dunia nyata. Hidup sudah susah, Ki.
Masing-masing sudah punya bebannya sendiri-sendiri. So? Ya tugas kita nyebarin
kabar baik. Tugas kita menghimpun kekuatan orang muda. Tugas kita membuat
perubahan. Masa iya kamu lupa? Kamu lho yang dulu-dulu paling nyemangatin aku,
Ki, untuk semua ini. Sonde usah ngitung-ngitung siapa yang lebih berjasa, siapa
yang lebih hebat, siapa yang lebih mampu. Semua hebat, semua mampu, semua
berjasa, ya karena kita melakukan bersama-sama. Kita ini masih di Bumi, dicky
yang ganteng. Alien pun suka gotong royong lho. Dan suatu saat mereka
barangkali akan menginvasi bumi. Terus kapan kita mengguncang dunia dengan
potensi kita?
Sebenarnya apa sih yang
membuat kau berubah, Ki? Please baca tulisan saya ini dengan hati dingin,
dengan baik-baik, dengan mata, hati dan telingamu sendiri. Jangan dibaca pake mata,
hati dan telinga orang lain. Tapi kalau kamu baca lalu kamu maki-maki aku lagi,
mencak-mencakin dan nyinyir aku. Ah sudahlah berarti memang kamu sudah berubah.
Mungkin kamu baru akan sadar nanti. Tapi kalau tidak pun, aku tak masalah. Berarti
kamu memang tidak menyesal. Berarti kamu hebat. Berarti aku yang salah menilai.
Mungkin itu saja. Nomor
saya masih yang dulu. Kita bisa telponan, atau bertemu dan mengobrol face to
face kalau itu memungkinkan. Aku tak masalah.
Kapan? Saya tunggu.(Meski kontak-kontakku yang terakhir tak pernah lagi kau gubris).
Sahabatmu
Leon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...