Rabu, 04 September 2013

Atambua

Untuk kali kesekian saya mampir lagi ke Atambua (ibukota kabupaten Belu), kota di perbatasan NTT (Indonesia) dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL), 14-16 Agustus 2013. Saya diundang oleh kak Olin Monteiro dari Peace Women Across The Globe (PWAG) yang sedang melakukan beberapa kegiatan terkait sosialisasi kesehatan reproduksi remaja dan hak asasi manusia. Oya, tentang kak Olin, beliau itu saya kenal ketika sama-sama diundang ke Makassar International Writers Festival Juni lalu, seorang pegiat sastra dan aktivis. PWAG bekerja sama dengan sebuah LSM di Atambua (saya lupa namanya) yang dipimpin Sr. Sesilia, SSpS yang selama ini bergerak untuk penanganan kasus KDRT, kespro remaja, HIV/AIDS hingga human trafficking di Kabupaten Belu.

Kepada saya kak Olin bercerita, kenapa Atambua bukan Kupang yang dipilih. Katanya, “Atambua kami pilih karena merupakan daerah bekas konflik dan kini menjadi daerah perbatasan, tentu sangat rentan terjadi berbagai kasus pelanggaran HAM dan masalah-masalah kesehatan reproduksi. Kami juga melakukan hal yang sama di Aceh dan Ambon.”
Belakangan saya pun membaca di koran lokal tentang Atambua atau Belu pada umumnya pasca kemerdekaan RDTL. Atambua kini adalah kabupaten dengan angka HIV/AIDS yang paling tinggi di NTT, angka KDRT dan human traffickingnya juga tinggi.
Selama 9 hari di Atambua, kak Olin, dkk dari PWAG melakukan berbagai kegiatan diantaranya workshop dengan guru-guru di Atambua untuk membahas kespro remaja, lalu memberi pelatihan kepada perwakilan pelajar dari sekolah-sekolah se-Atambua. Mereka diberi pemahaman tentang kesehatan reproduksi yang benar dan harapannya mereka akan menjadi duta/agen perubahan di sekolahnya masing-masing. Mereka diharapkan mampu menyebarluaskan informasi-informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi mereka sendiri kepada teman-teman sebaya. Saya rasa ini penting dan tepat. Wawasan mereka harus diperluas, sebab mereka bertanggung jawab atas tubuh mereka sendiri dan juga bertanggungjawab untuk mengingatkan teman-teman mereka.
Saya diundang untuk ikut workshop guru dan merupakan satu-satunya guru dari luar Atambua. Bagi saya ini pengalaman langka. Sebagai seorang yang punya latar belakang pendidikan dan pekerjaan di bidang psikologi khususnya konseling, pengalaman seperti ini menjadi sangat penting. Saya rasa bukan saja Atambua yang memprihatikan, Kupang pun demikian. Perlu ada pendidikan dan layanan informasi yang komprehensif tentang kespro remaja, HIV/AIDS, human trafficking, kekerasan seksual, dll dari guru dan orang tua. Topik-topik tersebut yang kadang masing dianggap ‘tabu’ untuk dibahas bersama anak remaja kita. Saya rasa harus kita rubah sejak saat ini. Artinya sebelum mereka tahu (banyak) yang salah dari orang lain, mending mereka diberi tahu dahulu yang benar dan lengkap dari orang tua sendiri, kan?
Ketika selesai kegiatan workshop bagi pelajar, kak Olin berbagi informasi kepada saya yang cukup mencengangkan. Kebetulan mereka diinapkan selama beberapa hari di hotel sehingga mereka bisa diperlakukan sedemikian rupa untuk keperluan menggali informasi. Ada yang mengaku sudah melakukan hubungan seksual dengan teman sekolahnya sendiri, dan mereka menyebut itu ‘biasa’ karena ada teman lain pun melakukan demikian. Nah, lho! Bayangkan saja jika perilaku seks beresiko ini dilakukan di daerah yang punya angka HIV/AIDS tinggi. Belum termasuk resiko terkena infeksi menular seksual (IMS) lain seperti sifilis, herpes kelamin, ulcus, jengger ayam, dll. Atau resiko kehamilan di usia yang belum siap secara mental, sosial dan fisik.
Ketika kembali ke Kupang saya berpikir, kita sonde boleh tutup mata lai dengan kasus-kasus ini. Solusinya saya rasa lebih tepat jika anak tidak dikekang saja supaya bebas dari resiko di atas, belum tentu. Lebih tepat jika anak diibekali juga dengan informasi yang lengkap, tidak bias tentang kespro dan hak-haknya sebagai remaja.
Harus dari sekarang. Sonde hanya di Atambua saja.

Christian Dicky Senda. Konselor di SMPK St. Theresia. Menulis puisi, cerpen dan terlibat dalam berbagai gerakan anak muda di NTT: forum soe peduli, kupang bagarak, komunitas blogger NTT dan komunitas sastra dusun flobamora. Komunikasi lebih lanjut 082338037075, dickysenda@gmail.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...