Senin, 25 Februari 2013

Nyinyir Saya dan Kemalasan Pemerintah



(Kritik Acara Peluncuran Website Sail Komodo 2013)
Oleh Christian Dicky Senda


Beberapa waktu lalu saya dipercayakan suster kepala sekolah di tempat saya bekerja untuk menemani 20 orang siswa yang diundang oleh pak Sekda NTT untuk menghadiri peluncuran website Sail Komodo 2013 di Aula Utama El Tari. Siswa yang hadir 12 orangnya adalah dari Kelompok Jurnalisme Pelajar SMPK St. Theresia yang baru 2 bulan saya rintis, sisanya perwakilan dari masing-masing kelas VII dan VIII.
Seingat saya undangan tersebut seharusnya untuk hari Rabu (13/2) namun mendadak tim pengundang datang ke sekolah dan membatalkannya. Saya menduga karena pada saat itu bertepatan juga dengan misa Rabu Abu bagi umat Katolik.
Ya, menurut informasi dari suster, ada tim langsung dari kantor Gubernur yang mengantar surat, meminta kepastian sekolah menyediakan siswa 20 orang untuk hadir, memakai seragam sekolah dan mereka langsung memberikan uang transportasi kontan sebesar Rp. 300.000. Artinya bahwa mereka (panitia, red) betul-betul mengharapkan bahwa kami harus hadir sesuai dengan kesepakatan bersama.
Acara sendiri (setelah tertunda) baru terlaksana seminggu kemudian, yakni hari Selasa (19/2). Di undangan tertera acara akan dilaksanakan jam 9 pagi. Pukul 8.15 bemo yang kami sewa sudah stand by di depan sekolah. Lima belas menit kemudian kami sampai di lokasi acara dan... rupanya sudah ramai oleh anak sekolahan. 
Diwajibkan memakai kostum sponsor
Di meja panitia, siswa-siswa saya diberi snack, brosur Sail Komodo 2013 dan sebuah kaos merah yang rupanya disponsori oleh provider ‘merah’. Baju kaos tersebut diminta panitia untuk dikenakan di pintu masuk.
Di dalam Aula, rupanya sudah ramai. Sejumlah pelajar dari tingkat SD hingga SMA se-Kota Kupang hadir. Tapi saya kok mulai merasa aneh...
Sambil menunggu Gubernur yang datang ‘telat’ 45 menit hadirin dihibur dengan nyanyian dan tarian daerah dari beberapa siswa SD, SMP dan kelompok penari yang terdiri dari para mahasiswi. Rupanya tentang suguhan acara ini nampak sudah dipersiapkan oleh panitia. (Seorang siswi SMP Giovanni bahkan dipercayakan menyanyikan theme song Sail Komodo 2013). Pada saat inilah saya bertemu dengan Om Gusti Brewon (Aktivitis yang kerap menyebut dirinya ‘lelaki panggilan’ di Komisi HIV/AIDS NTT).
Kepada saya om Gusti mengucap sebuah kalimat dengan nada ketus (dan itu menjawab  keanehan yang sudah saya rasakan tadi). Katanya, “kehadiran ratusan pelajar ini membuktikan bahwa sebenarnya panitia acara (pemerintah provinsi NTT, red) malas!”
Kalimat ini jelas langsung membuat saya jadi bersemangat berpikir dan nge-twit di akun saya @dickysenda. Saya mulai nyinyir.
Hingga acara dimulai, saya hanya melihat seluruh deret kursi di sayap kiri ditambah setengah di tengah penuh oleh pelajar (saya memperkirakan sih minimal 70% undangan yang hadir adalah PELAJAR!). Sisanya sekitar unsur Muspida dari beberapa kabupaten dan para PNS. Nah, dimana dengan para pelaku pariwisata itu sendiri, misalnya pemilik hotel, travel agent, pengusaha resto, maskapai, industri UKM (kain tenun, anyamann, dsb)? Sepengamatan saya, mereka yang saya pastikan betul bukan para PNS apalagi pelajar atau guru (dibedakan dari pakaian mereka) kurang dari jumlah jari tangan saya! Mereka ini mungkinlah pelaku pariwisata yang saya maksud.
Kenapa penting mereka ada? Ya tentu saja penting karena selama event Sail Komodo merekalah yang akan berinteraksi langsung dengan para turis. Dan di dalam website, harusnya profil pelaku pariwisata itu ditampilkan selain tempat-tempat wisata. Harusnya ada kemitraan yang baik kan? Pertanyaan ini akhirnya terjawab ketika pagi ini saya membaca sebuah berita di Victory News (edisi Jumat , 22/2) tentang tanggapan ketua asosiasi pengusaha pariwisata NTT (saya lupa istilahnya) yang mengatakan bahwa belum ada koordinasi yang baik dengan pemerintah terkait pelaksanaan Sail Komodo 2013. Sang ketua menduga bahwa kemungkinan besar karena perhatian pemerintah masih terfokus pada agenda pilkada Gubernur NTT.
Dalam sambutannya pak Gubernur berkilah, bahwa jika ada yang mengganggap pra event Sail Komodo 2013 ini masih ‘adem ayem’ saja itu biasa karena lebih penting tindakan kita membangun pariwisata NTT setelah event Sail Komodo. Nah statemen ini juga yang bikin saya bingung. Kalau menurut saya, jika mau menyukseskan pariwisata NTT sejajar dengan Lombok atau Bali (misalnya kalau itu cita-cita NTT) ya pakai momen Sail Komodo ini sebaik-baiknya, setotal mungkin, jangan lagi menunggu ‘bergerak maksimal’ pasca event Sail Komodo. Saya rasa ini tanda bahwa pak Gubernur saja belum siap bikin event ini. 
Kru Speqsanthers +

Sejalan dengan pertanyaan sang ketua asosiasi pengusaha pariwisata NTT yang menyiratkan kebingungan terkait jumlah wisman yang bakal hadir (baca Victory News, Jumat (22/2) halaman 1), pak Gubernur pun sesumbar bahwa untuk event ini saja sudah tercatat pendaftar dari 80 negara. Semoga saja itu benar adanya bukan sekedar ‘kalimat penghiburan’ tanpa dasar bagi hadirin.
Kembali lagi soal dugaan ‘kemalasan’ pemerintah yang mengundang ratusan pelajar (dengan kewajiban mengirimkan 20 siswa per sekolah, plus uang transport Rp. 300.000), saya pun merasa demikian adanya. Pelajar ini dugaan saya dihadirkan hanya untuk memenuhi bangku kosong, sebab toh dari media lokal kita bisa melihat adanya ketiadaan koordinasi dan komunikasi antara pemerintah daerah dan pihak asosiasi pengusaha pariwisata.
Sah-sah saja sih sebenarnya jika mengundang pelajar pada event pariwisata. Karena bagi saya, jika dimanfaatkan, pelajar bisa jadi ujung tombak promosi pariwisata NTT. Mengingat saat ini pelajar dekat dengan teknologi informasi dan komunikasi, yang bisa juga dijadikan sarana promosi pariwisata daerah kan?
Tapi rupanya itu belum disadari pemerintah. Atau pun sadar namun belum becus mengurus karena terbagi fokus ke event Pilkada. Padahal saya memimpikan ide, misalnya, diadakan sayembara menulis tempat wisata di NTT dalam bahasa Inggris bagi pelajar. Dikasih hadiah menarik, hasil tulisannya dimasukin ke website sebagai referensi wisata bagi turis yang akan datang ke NTT. Itu baru satu contoh kecil bagaimana event ini juga melibatkan para pelajar dan mahasiswa. Pemerintah bahkan bisa mengajak Blogger yaitu para anak muda NTT yang kerap menulis reportase pariwisata NTT di Blog atau warga Twitter yang kerap berkicau membagi informasi atau sekedar instagram tempat wisata keren di seantero wilayah NTT. Apalagi bahwa ada jutaan pengguna aktif internet yang adalah warga NTT. Toh selama ini mereka-mereka itu sudah melakukan secara sukarela dan gratisan?
Pada akhirnya kecurigaan saya bertambah ketika ketua panitia acara peluncuran website Sail Komodo 2013 menyampaikan sambutannya, saya menyimak betul bahwa ratusan pelajar yang hadir sama sekali tidak disinggung dalam ‘ucapan terima kasih panitia atas kehadiran dan kerjasamanya...bla bla bla.’ Buru-buru berharap agar sang ketua panitia menjelaskan perihal kehadiran para siswa dalam acara ini.
Ini bukti dan lagi-lagi saya harus bilang, pelajar yang hadir tak lebih dari orang-orang pengisi bangku kosong atau meminjam istilah teman blogger saya, ‘mereka itu  cuma tim hore doang, gak lebih!’ Nah, lho. Gak jauh beda dengan anak-anak alay di acara musik TV nasional, yang diberi pesangon dan kaus sponsor lalu diminta menari dan menghebohkan suasana tapi mereka sendiri bukan bagian dari musik itu sendiri.
Kasihan murid-murid saya.
Kelompok Jurnalisme Pelajar Speqsanthers (+) bersama Puteri NTT
Untunglah mereka sedikit terhibur oleh kehadiran Putri NTT (Laras Suhandi, yang mencatat sejarah membawa NTT ke-10 besar pada pemilihan Putri Indonesia 2013). Para pelajar yang sama sekali tidak mengerti untuk apa mereka diundang ke acara peluncuran web ini pada akhirnya cuma bisa berebutan foto bareng sang putri. Sehingga MC pun harus berkali-kali mengumumkan bahwa sesi foto bersama harus berakhir karena acara akan dilanjutkan. Tapi itulah anak muda kita, mereka kehilangan orientasi untuk apa sebenarnya mereka ada di aula El Tari pada pagi itu. Dan mungkin saja akhirnya mereka pulang dan menyadari orientasi mereka adalah: kami datang, berduapuluh per sekolah, diberi uang transport Rp.300.000 untuk foto bareng putri NTT lalu pulang. Titik. 
Menyedihkan.
Untung saja bahwa saya datang membawa kelompok Jurnalisme Pelajar yang sedang saya rintis, sehingga saya punya alasan untuk mewajibkan mereka membuat sebuah reportase berita dan foto terkait acara ini dan akan dimuat di mading, blog kami www.speqsanthersplus.blogspot.com dan juga majalah elektronik kami Speqsanthers (+). Paling tidak ini menjadi pilihan sadar kami sebagai pelajar dan orang muda NTT  yang begitu mencintai tanah ini. Saya akhirnya menyadari kelalaian saya ‘nyinyir’ di Twitter kala itu. Begitulah mental pemerintah kita. Hage. Harap gampang. Mental pemalas, kata om Gusti. Jangan sampai kita warga NTT juga jadi ikut-ikutan malas untuk memajukan pariwisata NTT. Sebab meski namanya Sail Komodo, ini sama sekali bukan upaya mempromosikan komodo (dia sudah kadung terkenal), tapi justru memanfaatkan keterkenalan komodo itu untuk mempromosikan potensi NTT secara keseluruhan. 
Gubernur NTT sedang menari Ja'i
Mari nyinyir (baca: kritik, menurut kamus Christianto Senda. LOL) pemerintah kita, tapi juga bergerak dengan tindakan solutif sekecil apapun. Yang pasti, SMPK St. Theresia Kupang mendukung Sail Komodo 2013, meski pada kenyataannya potensi pelajar masih dinafikkan pemerintah. Apa boleh buat, otak mereka sedang dipenuhi Pilkada dan Pilkada.
Tapi kalau pemerintah pamalas terus katong gigi asam ju ang, kaka?

Kupang 22 Februari 2013
NB: website resmi Sail Komodo 2013, www.sailkomodo2013.nttprov.go.id

Christian Dicky Senda, Blogger di Komunitas Blogger NTT. Belajar sastra di Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Founder MudaersNTT Menulis, kelompok menulis kreatif online. Penulis buku puisi Cerah Hati (2011). Konselor di SMPK St. Theresia, penanggungjawab/editor di Kelompok Jurnalisme Pelajar SMPK St. Theresia Kupang. Penikmat sastra, film, kuliner dan psikologi. Tinggal di Pasir Panjang. Twitter @dickysenda. CP 081338037075.

Foto-foto oleh Rossana Voss dan Robert Mella (Kelompok Jurnalisme Pelajar SMPK St. Theresia Kupang)

2 komentar:

  1. Beruntung ada undangan yang Blogger :)

    BalasHapus
  2. Sudah meluncurkan website, apalagi sudah tahun 2013, memang seharusnya para pelaku ekonomi yang berkaitan langsung dengan Sail Komodo tersebut dilibatkan. Paling tidak, mungkin acara peluncurannya di Labuan Bajo *maunya* sehingga para pelaku ekonomi, pelaku pariwisata, dll-nya dapat langsung terlibat. Tapi tidak apa-apa, semoga ini menjadi pelajaran agar ke depannya bila eventnya di tahun 2013, websitenya sudah kelar di tahun 2012 (sudah diluncurkan) sehingga pra-kegiatan selama setahun sudah gonjang-ganjing itu Sail Komodo via website : review venue, review hotel, tempat makan, tempat wisata, dll-nya.

    Lakukan juga pendekatan dengan para petualang dan kelompok2 petualang di Indonesia sejak setahun sebelumnya / jauh-jauh hari agar mereka juga mempersiapkan diri sekalian promosi ... semakin banyak orang yang datang, pendapatan daerah juga semakin meningkat kan? Masyarakat juga diuntungkan (para pelaku ekonomi tersebut).

    Lakukan juga pendekatan dengan komunitas2 yang ada di NTT, untuk memboosting kegiatan ini via anggota komunitasnya. NTT itu kuat, komunitas2nya juga kuat, sudah saatnya diberdayakan demi memboosting dan membangun NTT, meski lewat langkah kecil.

    Ah... ini cuma komentar blogger kampung seperti saya yang terlalu konsen sama dunia pariwisata saja :D

    BalasHapus

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...