Rabu, 11 September 2013

Ketika Sastra Dimutilasi Media Lokal

Koran Victory News berulah lagi. Hari Minggu 4 September 2013, di kolom puisi rubrik
Sastra dan Budaya, VN nampak tidak serius menggarap kolom puisi tersebut. Saya menduga puisi yang masuk hanya dicopy-paste. Dalam hal teknis saja VN kacau, ini belum soal bagaimana sebuah koran dengan redaktur sastra dan budayanya punya pengetahuan dan pemahaman akan sebuah karya sastra yang baik. Saya menyebut ini kacau karena bukan pertama kali VN (dan juga kebanyakan media lokal di NTT) yang terkesan asal saja mengadakan kolom sastra dan kemudian kolom tersebut tidak digarap maksimal. Saya pernah mengalami kekacauan itu tahun lalu di VN, saat puisi saya dimuat atasnama orang lain, yang kebetulan orang tersebut adalah tujuan puisi itu sayabuat. Fatal kan?
Nah kejadian di VN tanggal 4 September ini juga tidak kalah fatalnya.
Pada puisi Ini Negeri karya Mariana Jehamat, terdapat beberapa bait yang harusnya tidak ada (karena tidak ditulis oleh Mariana) tapi kemudian 2 larik itu ada. Saya kira ini akibat kelalaian redaktur Sastra dan Budaya juga kesembilan editornya. Perhatikan puisi berikut yang saya kutip ulang dari koran VN. Perhatikan teks yang telah saya beri highligt kuning. 

Ini Negeri
Mariana Jehamat
MalayIbrani
Terjemahkan pesonaNonaktifan untuk: Malay
Ini negeri tempat angkara murka.
Ini negeri tempat sarang pencuri...
Makhluk bermata satu, bertelinga satu,
Berotak dungu...
Ini negeri tempat segala wabah merambah...
Wabah setan, wabah racun, wabah belatung...
Tak hanya gerogoti bdan, tapi jiwa...
Ini negeri dengan kebebasan terpasung..
Pada aturan yg dibuat atas keinginan “?”...
Ini negeri penuh generasi perusak generasi...
Di pelataran ilahi aku duduk bertapa...
Mohon wahyu turun atas jiwa pemimpin kami...
Di pelataran negeri kututurkan segala kebijakan surga
Nun jauh dari negara antah berantah...

Dulu ketika saya dan beberapa teman penulis yang merasa kecewa karena VN (dan media lokal lainnya di NTT) yang kurang serius mengasuh kolom sastra mereka, toh pada akhirnya masih terjadi juga. Saran saya, jika memang tidak mampu dan punya kompetensi untuk mengelola kolom sastra ini mendingan diadakan saja. Kasihan penulis-penulis sastra NTT, langkahnya akan dimatikan. Toh tak juga ada feedback dari redaksi setiap kali email-email penulis dikirim lalu karya dimuat atau tidak. Media seperti VN harusnya juga menjadi tempat penulis-penulis sastra untuk belajar dan mengembangkan diri.
Christian Dicky Senda. Pegiat sastra di Komunitas Sastra Dusun Flobamora, tinggal di Kupang.
 

3 komentar:

  1. Media dan sastrawan memang saling membesarkan.... (ingat2 novel besarnya Fyodor Destoyefsky mulanya dimuat dl di koran). Semoga aksiden ini jadi pelajaran.....

    BalasHapus
  2. Kak Dicky.... Sumpah saya tidak tahu kalau puisi saya itu dimuat. Nah... Saya baru lihat. Itu puisi yang saya tulis secara pribadi di blog...

    BalasHapus

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...