Sabtu, 09 Januari 2010

Oleh-Oleh Dari TIMOR

1. Sampe KUPANG di bulan Desember, suasana Natal begitu kental terasa. Hujan selalu adalah Natal dan Natal adalah hujan. Hujan dan Natal itu berkah kan?!

2. Hujan juga membuat berita buruk untuk Kupang. Ah, bukan salah hujan. Ini salah manusia-manusia di Kupang sendiri. Saya datang di saat semua media massa lokal di NTT membahas soal kota Kupang yang kotor karena got-got mampet, diluar dugaan ternyata ada banyak sampah di got-got kota, yang tumpah ruah tak ketulungan di atas badan jalan raya perkotaan. Bau busuk, kotor, kumuh, adalah kesannya. Orang Kupang sendiri pada kaget. Dari mana datangnya sampah itu? Jangan salahkan hujan. Berterima kasihlah pada hujan karena sudah membuka aib bobrok kalian, wahai warga Kupang yang suka membuang sampah sembarangan. Coba kalau gak ada hujan? Mungkin lama-lama orang Kupang pada tidur di atas tumpukan sampah tanpa mereka sadari??? Aih…aih…bahaya e!

3. Ke Timor, ke Kupang juga ke SoE. Heboh diare yang memakan korban di TTS! Diare dan Hujan. Hujan adalah berkah sekaligus membawa tanda bahwa ternyata masih banyak orang TTS yang belum hidup sehat sehingga ketika hujan datang, banyak penyakit berdatangan pula. Jangan salahkan hujan. Salahkan orang TTS yang gak mau hidup sehat. Atau salahkan pemerintah yang gagal membuat masyarakatnya hidup sehat? Atau salahkan pada kemalasan orang TTS untuk bersekolah, untuk terdidik dan paham tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan.

4. Tentang TTS dan SoE, ada juga kabar Mangan yang kini santer. Bahan tambang itu mungkin sedang menjadi primadona, setelah Marmer lebih dahulu unjuk gigi. Mungkin pula nasibnya akan sama. Sama: ditambang dan yang kenyang adalah oknum pejabat atau ditolak tambang karena bersinggungan dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Sayang juga saya membaca berita, ada sekian ton Mangan yang diupayakan untuk dikirim secara ilegal ke luar NTT. Ah, lagi jangan sampai sama: masyarakan bukan saja jadi korban dari damapak tambang, tapi juga korban karena sering ditipu.

5. Kenapa mudah diitpu? Mungkinkah ada korelasinya dengan tingkat pendidikan dan pengatahuan masyarakat TTS?

6. TTS selalu bikin berita. Bahkan berita yang sama dan terkesan basi. Tapi apa upaya pemerintah? Saya masih saja miris dengan gerombolan anak-anak TTS, anak-anak usia sekolah yang saban hari berjualan makanan dan minuman ringan di pertigaan Batu Putih. Kurus, dekil, rambut disemir pirang, kasar, memakan sirih, yang juga rentan terhadap rokok, miras, dan kriminalitas. Mereka anak dan remaja usia sekolah, tapi kok gak sekolah? Potret buram!

7. TTS dan SoE-nya, yang bagi saya selalu telat pembangunannya. Semakin tertinggal dari Kefamenanu-TTU. Pembangunan kota yang telat atau jalan di tempat? Saya hanya melihat perubahan baru untuk SPBU Pertamina dan Gedung megah Pengadilan Negeri atau jumlah warnet yang kian bertambah. Selain itu, nol besar!

8. Tentang TTS lagi, semoga tak bosan, mungkin juga Timor pada umumnya. Ini soal fenomena ojek. OJEK! Oh My God. Ojek dimana-mana, menenggelamkan bus dan bemo kota! Tak ada peraturan kah? Semua suka naik motor kah? Bemo sepi penumpang tapi motor ojek jarang diparkir lama. Semua orang pengen naik OJEK dan semua anak muda pengen jadi tukang OJEK.

9. Anak muda dan OJEK. Bagaimana anak mudanya dengan sekolah? Kakak saya seorang bidan desa berucap: orang Mollo selalu memuji diri mereka kaya, punya banyak sapi, banyak tanah, dll, tapi NOL dalam hal menyekolahkan anak-anak mereka hingga perguruan tinggi. Lantas itu mereka bangga jika anaknya dibelikan motor dan mengojek saja! Artinya orang Timor itu sebenarnya gak miskin untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Pendidikan mungkin saja belum menjadi hal yang penting bagi mereka. Mereka bisa saja merasa sejahtera dengan apa yang ada namun mungkin juga mereka gak sadar jika seumur hidup mereka nantinya selalu akan dijajah! Dijajah karena mereka rata-rata berpendidikan rendah! Ojek bisa masuk ke kampung-kampung yang tak berlistrik. Parabola menjamur hingga dusun-dusun. Sinetron mampu membius mereka hingga larut malam-dingin. Apa jadinya jika mental dan karakternya yang rapuh karena pendidikan rendah dihadapkan dengan teror sinetron dan berita gaya hidup di TV???? Terus dijajah, IYA!

10. Lebih miris lagi ketika saya membaca media-media lokal yang sebulan kemarin banyak membahas Natal, Tahun Baru, Pesta Pora, anak mudan dan Miras. Belum lagi jika saya kaitkan dengan pendidikan rendah, tukang ojek, dll, maka komplekslah masalah di Timor. Teman-teman di dekat rumah saya, minum miras dan mengoceh soal KABUPATEN MOLLO, dan tanpa sadar mereka lupa jika kabupaten Mollo akan ada karena mereka dan ada di pundak mereka. Jika mereka adalah tukang ojek yang putus sekolah, suka pesta dansa hingga pagi ditambah minum miras ini maka jadikah kabupaten Mollo itu? Atau akan jadi kabupaten macam apa? Lebih kacau dan tertinggalnya seperti kakak sulungnya Kabupaten TTS???????????
11. Desember lalu ada pengumuman hasil tes PNS Kab. TTS dan saya melihat ternyata jumlah sarjana dan ahlimadya (D3) asa/asli Mollo jauh-jauh sangat sedikit ketimbang sarjana atau ahli madya dari Amanatun dan Amanuban! Bahkan ada banyak nama yang lulus bahkan berasal dari luar TTS, dari Jawa bahkan!

12. Tertinggal untuk kasus lain namun tidak soal gaya hidup. Life style pada ranah pesta dansa, lagu-lagu dansa atau lagu-lagu lainya. Timor sekarang lagi sukanya dengan lagu-lagu India, dimana-mana, di Kupang, di SoE, di Bus Kefa, di radio ada lagu India itu. Lagu baru? Mungkin. Saya bahkan belum pernah mendengarnya di Jawa!

13. Tentang iklan terbaru Aqua, teman saya yang seorang polisi yang kini bertugas di Atambua bercerita sering disindir teman-teman non TTS-nya, kata mereka: 'eh beli Aqua yuk...biar buat sumbangin air bersih untuk kampungnya Denz (teman saya, red).' Adakah yang lucu dan patut ditertawakan dari iklan Aqua tersebut???


Jogjakarta, Januari 2010

1 komentar:

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...