Jumat, 15 Januari 2010

Balibo! Sejarah ala Jose Ramos Horta

Sebulan lalu film ini sempat masuk dalam daftar Jakarta International Film Festival, sayang gagal putar karena tak lolos LSF. Kenapa? Konon katanya film ini menggambarkan secara keji invasi Indonsesia ke Timor Timur, disatu sisi film ini juga mau mengkritik sikap pemerintah australia dan PBB yang waktu itu seolah ‘diam’ saja, bahkan ‘diam’ untuk kematian 5 warganya, 5 orang jurnalis, yang digambarkan dalam film itu ditembak mati oleh TNI, bahkan ditembak sendiri oleh ‘orang penting’ TNI waktu itu.
Saya pun waktu itu ikut-ikut menyayangkan sikap LSF. Semacam di era Orde Baru, apa-apa yang berseberangan dilarang. Sejelek dan senegatifnya yang diseberang itu, pastinya penting dan punya nilai juga dan jika ingin menjadi sesuatu yang lebih bernilai positif lagi makan ‘lawan’lah yang berseberangan dengan kita dengan cara yang intelek, yang demokratis juga, lawan dengan lebih logis! Biar nanti dunia yang menilai, pihak mana yang benar dan mana yang salah. Sejarah sejatinya tidak boleh ditutup-tutupi atau dibatasi. Saya percaya kebohongan pasti akan terbongkar jua.

Jika ada film Balibo, apa kita hanya bisa bertindak dengan melarang saja cukup? Apakah hanya dengan cara itu saja bangunan sejarah dunia ini akan kokoh? Tidak. Pasti rapuh jika tidak diladeni juga dengan cerita-cerita yang logis dan bisa dipertangungjawabkan dengan bukti-bukti ketimbang hanya melarang, mengharamkan, mencekal, dll! Atau memang mental kita masih mental Orde Baru yang suka memplintir sejarah demi kekuasaan?


Saya akhirnya nonton film ini. Pasti saja jika semakin dilarang buktinya DVD film ini sudah banyak beredar di rental-rental. Dan semakin banyak orang yang penasaran.
Filmnya memang dibuat bagus. Sisi budaya Timor Timur ditampilkan dengan baik. Bahasa Tetum, lagu-lagu, suasana alam dan kebiasaan hidup orang Timor. Menarik bahwa film ini begitu mengagungkan Jose Ramos Horta sebagai sang pahlawan. Itu sah-sah saja kok. Artinya Balibo bercerita dengan nyata, hanya saja dari sudut pandang Ramos Horta, yang mungkin dilihat pemerintah Indonesia terlalu berlebihan atau tidak sesuai fakta. So kalau kita merasa itu tidak benar yah dibenarkan saja toh, bukannya dengan melarang film itu kan? Coba deh bikin film tandingan dengan upaya meluruskan fakta sejarah. Boleh-boleh saja!
Menarik yang kedua, saya melihat kehadiran 5 wartawan itu seharusnya bisa menjadi pihak pencari berita yang netral tapi kesannya kok mereka memang spesial didatangkan oleh Horta sebagai upaya untuk meliput tingkah laku Indonesia yang dianggap salah agar mata dunia melihat. Mungkin itulah kenapa mereka akhirnya terpaksa dihabisi. Karena waktu itu saya rasa yang datang meliput tidak hanya 5 orang itu saja kan? Artinya kedekatan (baca, ketidaknetralan) mereka sebagai wartawan dengan pihak pemberontak waktu itu sendirilah yang membahayakan nyawa mereka sendiri.

Lantas kenapa Australia pun diam? Film ini sejatinya ingin mengkritik ‘diam’nya Australia. Dan memang film ini tidak terlalu disambut semarak di Aussie.

Aapalagi faktanya Amerika dan Australian sendiri yang waktu itu mendukung Timor Timur untuk bergabung dengan Indonesia kan?
So, kenapa tidak harus takut duluan bahwa film ini pasti membawa informasi yang salah? Justru kita harus tahu yang salah itu untuk membuatnya jadi benar kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...