Senin, 07 Desember 2009

Teman Imajiner

Ini terjadi beberapa bulan lalu, di sekolah tempat saya bekerja. Seorang ibu pada suatu hari menanyakan ke wali kelas anaknya (seorang perempuan, 2, 5 tahunan, playgroup) tentang cerita yang sering diperdengarkan anaknya pada si ibu. ‘Apa ada yang bernama Jimmy yang menjadi teman anak saya, bu? Tiap hari kok ceritanya Jimmy terus, ‘ selidik sang ibu. Wali kelas, teman saya itu bingung. Rasa sadarnya mengatakan bahwa tidak ada anak Playgroup bernama Jimmy. Dicek sana-sini, ke tetangga, ke keluarga yang lainnya, nihil juga. Lantas siapa Jimmy?

***
Cerita ini kemudian dibawa ke ruang konseling sebulan berikutnya. Akhirnya saya mendapat kesimpulan bahwa Jimmy sejatinya adalah ‘teman imajiner’ sang anak. Yah, teman dalam dunia khayal menghayal saja. Dan itu merpuakan gejala umum yang terjadi pada anak-anak (sangat pesat di usia Playgroup dan TK).

Menurut Elizabeth Hurlock (2007) seorang pakar Psikologi Perkembanga Anak, teman imajiner adalah orang, hewan, atau benda yang diciptakan anak dalam khayalannya untuk memainkan peran seorang teman. Ini karena banyak permainan sellau membutuhkan subjek lain, seorang teman, sehingga akan menjadi kompensasi bagi seorang anak yang kebetulan tidak memiliki teman maka akan diciptakannyalah seorang teman imajiner agar permainan tadi menyenangkan.
Pada kasus lain, anak yang pemalu atau pernah mengalami pengalaman bersosialisasi di usia dini yang tidak menyenangkan mungkin lebih menyukai teman bermain imajiner daripad teman sesungguhnya.

Perhatiakn ilustrasi berikut ini:

‘Piko – demikian aku memanggilnya – merupakan rahasiaku sendiri. Dan Piko merupakan alasan mengapa aku tidak pernah merasa kesepian. Sambil bermain di taman, duduk di tangga. Apa saja yang sedang kulakukan, Piko selalu ada di sana’.

Teman imajiner biasanya memiliki wujud karakter kepribadian yang disukainya, yang menjadi idolanya, yang sering ingin dimilikinya sendiri. Teman imajiner seolah selalu mau menuruti apa yang diingininya, bahkan hal-hal yang tidak ia dapatkan dari lingkungan nyata.

Sayang karena kebanyakan teman imajiner menjadi teman rahasia, maka sulit untuk diteliti oleh pakar Psikologi sejauh mana teman imajiner itu merupakan gejala umum, jenis anak mana yang biasanya punya teman imajiner atau pada usia berapakah teman imajiner menjadi cenderung paling penting dalam kehidupan seorang anak.

Jika ternjadi pada masa kanak-kanak biasanya akan mudah diterima namun jika itu terjadi pada usia yang tak lazim, misalnya masa remaja atau dewasa bisa jadi itu pertanda bahwa penyesuaian pribadi dan sosial orang tersebut buruk!

Dalam beberapa penelitian longitudinal yang mengkaji Psikologi Perkembangan memperoleh hasil bahwa seorang mahasiswa yang punya riwayat memiliki teman imajiner saat kecil cenderung menjadi lebih introvert, minat sosial kurang, dan kurang termotivasi untuk berprestasi. Namun itu jika kecenderungannya terlalu kuat dan mereka kurang mendapat dukungan dan bimbingan dari orang-orang terdekat.

Penelitian lain menyebutkan bahwa pada anak dan remaja yang memiliki teman imajiner ternyata memiliki tingkat inteligensi yang cukup tinggi, kretaif dan hebat di bidang sastra. Namun sekali, jika tidak diimbangi dengan penyesuaian sosial yang baik maka akan percuma saja. Berprestasi tinggi tapi intovert..

Bagaimana dengan Anda?


Jogjakarta, 7 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...