Minggu, 10 Mei 2009

‘teman’ apa teman? Mengkritisi Satus Pertemanan di Facebook

Bebepara waktu lalu teman kampus saya menulis sebuah kalimat di satusnya kira-kira begini: ‘lebih mementingkan kualitas ketimbang kuantitas. Ngapain ngeadd atau ngeapprove orang-orang yang kita sendiri gak kenal, gak akal kenalan atau nantinya asal menambah kuota saja?’

Pagi ini saya membaca Kompas edisi minggu dan keraguan teman saya juga menjadi bahan yang digambarkan dua komikus Indonesia favorit saya Benny and Mice. Benny and Mice mengkritisi arti ‘teman’ dan teman di Facebook. Secara langsung juga mengkritisi perilaku manusia era teknologi yang bisa jadi lebih berkualitas di dunia maya ketimbang di dunia nyata. Digambarkan begini: ‘hari ini nambah teman 40 teman, esok 65 teman, esoknya lagi 1000 teman lebih!!! Suatu saat tagihan internet Benny jebol, reaksi Mice? Minjem duit ama gue melulu!!! Teman lu kan banyak?!!’ kata Mice sambil menyodorkan laptop ke wajah Benny.

Kalimat teman saya juga gambar kartun Benny and Mice, seolah cermin bagi saya sebagai pengguna situs ini. Saya kemudian bertanya ke hati saya, ‘apa selama ini saya hanya memburu jumlah teman tapi tidak diimbangi dengan kualitas hubungan pertemanan yang akrab dan saling mengenali? Lebih bersyukur jika itu akan dilanjutkan dengan kopi darat! Jadi tidak semata kenal dan akrab di dunia maya saja.

Atau dengan kata lain, ‘apakah jumlah teman di facebook saya sejauh ini seluruhnya benar-benar sudah menjadi teman atau masih banyak hanya ‘teman’ saja?. Maksud saya teman yang ada secara maya dan nyata (fisik) atau hanya ‘teman’ yang maya saja? atau minimal meskipun hanya secara maya tetapi ada komunikasi secara berkelanjutan setiap saat, bukan sekali nge-add atau nge-approve lantas diam seribu bahasa, tanpa ‘say hai’, ‘apa kabar’, ‘thanks’, ‘mat ultah’, ‘asal mana’, ‘oh..kita sekota yah, ketemuan yuuuk’, dst…dst…

Saya pun melihat kembali teman-teman saya di FB ini. Puji Tuhan, lebih 60 % teman saya di FB ini adalah sesama orang NTT atau punya hubungan khusus dengan NTT, sehingga semangat kedaerahan nyatanya membantu untuk bisa saling tahu, saling dukung dan akrab secara mendalam. Termasuk didalamnya keluarga, teman SD, SMP, SMA, tetangga, dsb. Memang jelas bahwa sejumlah 60% itu tidak seluruhnya sudah kenal fisik secara langsung, ada teman ada juga ‘teman’ he-he. Sisanya kurang lebih 30% adalah teman kampus, teman kost, teman-teman se-kota Jogja. Sisanya 10% lebih memang tidak saling kenal, asal nge-add atau nge-approve, tidak ada komunikasi lanjutan, tanpa saling komen status, memanfaatkan chat room, dsb.

Akhirnya meski saya masih jelas punya banyak ‘teman’, tetapi tidak menyurutkan saya untuk terus menjalin komunikasi, berharap terus menambah jaringan pertemanan, berharap juga bisa kopi darat, bisa bekerja sama yang menguntungkan kedua pihak, sambil saya mengevaluasi terus kualitas pertemanan ini dengan jeli meng-add atau meng-aprove atau tidak sungkan menghapus daftar teman yang memang tidak ada komunikasi lanjutan pasca meng-add atau meng-approve.

Lebih dari itu hingga kini saya kok masih merasakan banyaknya nilai positif di FB ini. Saya sudah banyak bertemu teman lama, saudara, dsb yang sudah terpisah fisik sejak lama. Saya bisa mengembangkan bakat menulis (sambil berlatih menjadi jurnalis yang baik he-he). Membangun jaringan lewat group Anak Mollo, Anak Timor, yang mulai terasa manfatnya dan berharap suatu saat nanti lewat FB ada banyak tindakan positif nyata buat daerah asal. Bahkan itu sudah terealisasikan satu, saya berkenalan dengan seseorang di FB, darinya saya sudah mendapatkan buku-buku bacaan bekas untuk saya salurkan ke Kapan-Mollo Utara- Timor, demi membangun mimpi saya mendirikan taman bacaan disana.


Bagaimana dengan Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...