ee...Garuda si masuk Kupang, El Tari apa kabar oowww???

secuil catatan untuk Pariwisata NTT)

Semalam saya menyempatkan diri ke toko buku di kawasan Malioboro. Tak sengaja saya membaca majalah National Geographic Traveller Indonesia edisi Mei, yang topik khususnya membahas tentang survey 16 lokasi penyelaman terbaik di Indonesia. Satu hal yang membanggakan bahwa nama lokasi penyelaman di kawasan Taman Nasional Pulau Komodo
berada di urutan ke-2 setelah Raja Ampat Papua untuk kategori kelestarian lokasi terbaik (bahkan di atas Wakatobi dan Bunaken). Meski dari kategori pelayanan berada di urutan ke-7. Bahkan lebih baik setingkat ketimbang Raja Ampat. Lagi ini ada hubungannya dengan fasilitas menuju lokasi. Saya maklum karena akan ada hubungannya dengan biaya yang dikeluarkan lebih mahal ketimbang menyelam di Bali. Meski demikian ada semacam angin segar bahwa ada responden yang lebih mementingkan kepuasan ketimbang biaya dana menempatkan lokasi penyelaman di TN Komodo di urutan ke-3.

Angin segar bagi saya juga ketika seminggu lalu membaca kolom advertorial Kompas edisi minggu yang memberitakan tentang terbukannya rute baru maskapai Garuda Indonesia ke Kupang, baik Jakarta – Kupang maupun Denpasar – Kupang. Dan iklan tersebut memfokuskan ke wisata pantai sekaligus wisata kuliner. Bukan rahasia lagi jika NTT memiliki potensi wisata laut/pantai yang besar dan indah-indah, tak kalah dengan yang dipunyai Bali atau Lombok. Dan secara geografis NTT boleh diuntungkan karena berdekatan dengan dua lokasi wisata terkenal itu, sehingga dengan mudah menarik wisatawan yang ke Bali dan Lombok untuk meneruskan perjalanan ke NTT

. Dan soal kuliner saya rasa NTT juga punya banyak resep asli yang khas. Tantangan bagi pelaku usaha pariwisata NTT untuk membuat paket-paket menarik yang bisa menjembatani ruang gerak wisatawan dari Bali dan Lombok untuk bisa mampir ke NTT. Pemerintah juga punya banyak PR untuk ini. Fasilitas jalan, penginapan, transportasi, lokasi wisata, dsb.


(*tiba-tiba ingat salah satu video clip grup Slank yang di syut di pantai NTT, benar ko sonde itu di NTT?he-he-he*)


Liburan Waisak, saya berkesempatan mengunjungi beberapa pantai di selatan Jawa, tepatnya di kabupaten Gunung Kidul. Jalannya jauh, jauh hingga pelosok nan ndeso, tapi yang saya ancungi jempol adalah akses jalan kesana, wahh gilaaa hot mix super duper licin! maju lancar dah pokoknya he-he. Ingatan saya malah melayang ke suasana di tahun 2004, saat pertama kali mengunjungi surga dunia di Riung. Akses jalan? ahh lupakan saja. Semoga sudah hot mix kini...(maaf jika saya terlalu membandingkan antara Jawa dan NTT)

Berbicara fasilitas ingatan saya kembali ke masa di akhir tahun 2007 saat liburan Natal ke Kupang. Pengalaman yang tidak mengenakkan soal fasilitas Bandara El Tari Kupang. Sayang sekali pada waktu itu banyak maskapai besar sudah ‘mampir’ kesana tapi kok terminal kedatangannya itu ya ampuuuuuunn betapa sempit, pengap, padat, kotor dan amburadul. Semuanya terjadi di ruang kedatangan nan sempiiiittt itu!!! Pikir saya, lha sudah enak-enakan dengan pesawat jenis AirBus, e e yah dapat sengsaranya juga. Saya tidak tahu situasi terakhir. Apa semakin baik? saya pikir jika sekelas Garuda sudah ‘berani’ membuka rute ke NTT,
infrastrukur bandara pun seharusnya sudah lebih baik, luas dan nyaman. Kalau terminal keberangkatannya sih lumayan baik.


Saya mungkin hanya bisa mengeluh dan bisa ngomong panjang lebar disini, sampai saya sendiri benar-benar malu pada Oscar Lawalata (dan orang2 luar NTT lainnya yang sudah care dengan NTT) yang sudah gigih mengangkat eksotik kain tenun khas NTT ke kancah Nasional. Tapi ini malu yang baik, menampar saya untuk sadar...’Hei, nyong e…bangun su dari lu pung mimpi, bangun su dan bekin sesuatu untuk nusa tercinta ini…’.


Saya pun harus mencari lagi teman lama saya (non NTT) yang dulu sempat menawarkan kerja sama memasok kain Timor untuk dipasarkan ke Jogja. Ahhh. Teman e lu su dimana sekarang??? He-he-he…


Jogja, 11 Mei 2009