Senin, 06 April 2009

Susahnya Cari Pemimpin: Antara Pemilu dan Krisis Panggilan Imam

Bagi saya kira-kira begitu, entah apa menurut Anda. Pemilu tinggal 3 hari lagi dan saya harus gigit jari karena golput. Lho kok bisa? saya golput secara teknis, secara ideologis tidak, saya masih berpikir positif tentang perubahan yang semoga saja terjadi jika saya memilih caleg yang yah masih ada harapanlah. Saya dan banyak teman-teman mahasiswa dari luar Jawa saya kira banyak yang golput karena peraturannya ketat tapi membingungkan, padahal saya sudah mengurus kartu tinggal sementara tetap saja gak bisa. Berarti susah kan memilih pemimpin! bagi saya pribadi.



Saya malah semakin merasa aneh karena pemimpin-pemimpin yang saya harapkan selama ini berkampanye hanya masih sebatas di lampu-lampu merah, di jalanan, di pagar-pagar rumah orang tanpa kejelasan figur si tokoh, visi-misi, track record, asal usulnya. Semrawut dan gak enak di mata. Sama sekali masih jauh dari tindakan nyata yang benar-benar dibutuhkan rakyat. Saya mendengar iklan TV dan media lainnya dari salah satu ketua partai hingga bermilyar-milyar rupiah, coba saja uangnya dipakai buat menyumbang buku-buku ke perpustakaan di daerah, nyumbang pupuk buat petani atau solar buat nelayan.

Baca koran Kompas soal hebohnya ‘kampanye hitam’ terhadap salah satu pemimpin partai di facebook, dengan gambar sang ketua dibuat bertanduk mirip dengan lambang partainya. Ahh, saya malah semakin susah memilih pemimpin Negara ini, bukan karena di gambar ada tanduknya, tapi kan yang dibutuhkan sekarang ini bukan saling menjatuhkan kan? Kita bahkan terlalu sibuk dengan mencela sana sini sampai lupa dengan tugas dan kewajiban kita sebagai warga Negara, yah saya salah satu contoh negatifnya, jangan ditiru!

Saya mengikuti misa minggu Palem di paroki Albertus Agung Jetis untuk memperingati Yesus yang masuk ke Yerusalem, dielu-elukan dengan dedaunan, ditumpangi dengan seekor keledai, disambut dan diarak sebagai guru, sebagai pemimpin! Meski hanya sesaat karena selanjutnya mereka juga yang menyalibkan Dia. Nasib seorang pemimpin kali yah dipilih kemudian bisa saja ditumbangkan kapan saja. Jadi ingat deh saat 1998, masih kelas 5 SD, saat Soeharto dilengserkan oleh rakyatnya sendiri setelah puluhan tahun dipuja-puja sebagai bapak pembangunan. Saya kemudian berpikir bahwa bangsa ini pernah mencapai salah satu fase kepemimpinan yang otoriter.

Di akhir misa, romo paroki memberikan informasi tentang pembukaan pendaftaran bagi calon pastor di salah satu ordo. Beliau kemudian menyingung banyak tentang ‘krisis’ panggilan di keuskupan agung Semarang juga yang kini dialami di Eropa sana, sehingga dua atau tida paroki harus dileburkan menjadi satu pasalnya semakin sedikit pastor disana. Susahnya jadi pemimpin gereja (baca: gembala umat) sekarang. Kasihan memang jika fenomena ini kita sematkan lagi ungkapan ‘banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih’. Waduh, kalo yang ‘banyak’ itu hanya 10 orang misalnya trus nanti yang dipilihnya? syukur-syukur kalo semuanya dipilih.

Pemilu besok mungkin juga akan sama, banyak yang ‘dipanggil’ (baca: mencalonkan diri, yah kita positif saja jika mereka mencalonkan diri karena atas panggilan nurani untuk mewakili rakyat) dan dengan system suara terbanyak maka bisa jadi banyak juga yang tidak terpilih. Ujung-ujungnya rumah-rumah sakit Jiwa sudah mulai berbenah bahkan sudah bergaung sejak beberapa bulan lalu, menyiapkan fasilitas khusus buat mereka yang gagal tapi juga buat mereka yang terpilih tapi tiba-tiba shock atau stress karena tugas yang diemban tidak terbayangkan sulitnya!

Ah susahnya yah jadi cari pemimpin. So sebagai pemilih kita juga harus pandai dan berusaha keras memilih yang terbaik diantara yang baik atau terbaik diatara yang buruk sekalipun. So, jangan mogok memilih pemimpin, jangan golput, meski susah karena ada banyak pilihan. Pemilu tinggal 3 hari lagi, saya kira Anda semua sudah menyiapkan pilihan terbaik karena keyakinan pribadi Anda tentunya, bukan karena uang, karena paksaan, karena ikut orang tua, dsb. Masih ada waktu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang Partai atau Caleg-calegnya, visi misi juga track recordnya.

Saya hanya bisa berdoa semoga ada banyak hati yang terbuka untuk mendaftarkan diri, memilih dirinya sendiri untuk kemudian dipilih Tuhan menjadi abdinya, bekerja sebagai gembala anak-anak domba, anak-anak Allah yang besar! Amin



(Bumijo Lor, No. 1215 Jetis YK. mohon maaf dan koreksinya jika ada kata-kata yang keliru. semoga bisa membantu mencerahkan kita semua!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...