Minggu, 11 Januari 2009

PENGALAMAN DI DARMSTADT (Part 2)

(Catatan Perjalanan R. Sipri Senda, Pr)

Misa, makan siang bersama dan tamasya

Hari minggu, saya bersama Ibu Agnes ke gereja. Bapak Carlheinz tinggal di rumah. Saya tidak ikut konselebrasi bersama pastor paroki, tapi duduk di bangku umat bersama ibu Agnes. Dalam misa ini saya berdoa untuk ibu Gerith yang sedang sakit, tapi juga doa untuk ibu Agnes sekeluarga. Saya diberitahu bahwa hari ini kita akan makan siang bersama-sama dengan ibu Gerith yang akan dioperasi hari Selasa. Kami bertemu di restoran Cina. Di sini menunya siap saji, ala bufet, sehingga setiap orang boleh pilih sendiri, dan ambil sebanyak yang diinginkan. Ada sekitar 12 pilihan. Bisa juga pilih sendiri bahan mentah, entah sayur, entah daging atau ikan, lalu diberikan kepada koki dan dimasak. Perlu menunggu sekitar 15 saja. Kami berlima, makan bersama sambil ngobrol ngalor-ngidul. Ibu Gerith bisa berbahasa inggris sehingga saya cukup banyak bercakap-cakap dengannya. Tapi memang lebih banyak mereka berbicara dalam bahasa jerman. Ibu Gerith sakit kanker otak dan besok akan diantar ke rumah sakit, dan lusa akan dioperasi. Mengingat rawannya operasi kanker otak dengan risiko kematian sangat tinggi, kita tidak bisa berbuat apa-apa, selain berpasrah saja pada kehendak Tuhan. Saya pribadi dengan sepenuh hati mendoakan ibu yang baik ini. Dalam offici dan misa, selalu dengan intensi untuk kesembuhan ibu Gerith. Kemudian, ketika saya di Belanda, saya mendapat kabar dari ibu Agnes tentang perkembangan kesehatan ibu Gerith, bahwa mula-mula ia berada dalam koma, tapi kemudian sadar dan kekuatannya berangsur pulih. Saat dalam koma itulah, saya memohon rahmat Tuhan melalui hambaNya ibu Ignazia pendiri RVM. Saya doa spontan dan sederhana, “Ibu Ignazia, saya percaya ibu sudah berbahagia di surga. Ibu dekat dengan Tuhan Yesus, maka mohonlah kesembuhan bagi ibu Gerith yang sedang sakit. Tolonglah, semoga dia sehat kembali.” Sejak saat itu saya mempercayakan ibu Gerith dalam kasih hamba Allah ibu Ignazia. Kekuatan ibu Gerith berangsur-angsur pulih dan akhirnya bisa keluar dari rumah sakit. Saya dengar kabar yang terakhir malah sekarang sudah bisa nyetir mobil sendiri. Tuhan mahabaik. Ia mendengarkan doa kami. Saya percaya, ibu Ignazia pendiri RVM juga telah mendengarkan doa dan harapan saya. Beliau memang orang suci yang berkenan di hadirat Allah.

Usai makan siang bersama, kami berpisah. Ibu Gerith dan suaminya kembali ke rumah, sedangkan kami bertiga jalan-jalan ke beberapa tempat tamasya. Mula-mula ke kapela ortodoks rusia “Russische Kapelle” dan gedung HOCHZEITSTURM (HOCHZEIT = pernikahan ; TURM = MENARA) di Mathildenhoehe. Kapela ini kecil tapi kaya dengan ornamen, ikon dan mosaik klasik gereja ortodoks rusia. Di depan ikon kudus Santa Perawan Maria, para penganut ortodoks dengan takzim menghormati seraya berdoa dengan khusuk. Saya juga berhening sejenak di depan ikon Bunda Maria dan berdoa untuk semua orang yang berbuat baik dan mendukung saya dalam hidup saya sebagai imam. Tuhan memberkati semuanya, Bunda Maria melindungi dan mendampingi mereka. Dari situ kami berangkat ke danau, naik perahu sambil menikmati keindahan alam. Tempat rekreasi ini banyak sekali dikunjungi orang, dan memang dikelola dengan baik dan profesional. Saya bayangkan kalau bendungan Tilong di Kupang juga dikelola dengan baik, akan jadi tempat rekreasi yang bagus dan ada pemasukan bagi Pemda, tapi juga membuka lahan usaha ekonomi bagi banyak orang, terutama penduduk setempat. Selesai berperahu, kami menuju lokasi arkeologi, tempat ditemukannya fosil. Di lokasi itu disajikan film animasi yang menjelaskan seluruh proses arkeologi di tempat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...