Selasa, 13 Januari 2009

Oh My God! di Golden Globe Award, Saya Harus Ikut Menertawakan Victoria Beckham!





Tulisan ini saya buat tepat jam 12 malam lewat 2 menit, sesaat setelah acara penganugerahan Golden Globe berakhir. Saya memang sudah mempersiapkan waktu khusuhs untuk acara yang ditayangkan di GlobalTV ini, sejak beberapa minggu lalu. Tadi siang tidak sempat mengecek ke internet siapa-siapa saja yang Berjaya di ‘GG’ kali ini, hanya saja ketika sibuk dengan tugas laporan tes Wartegg yang ‘ampun deh!’ ini, tak sengaja dari radio Swaragam memberitakan bahwa aktris cantik asal Inggris Cate Winslet menjadi best aktrisnya, dan pencapaian yang juga tidak kalah sia-sia bagi almarhum Heath Ledger, yang sangat-sangat apik sebagai Joker di The Dark Knight (urutan 2 box office all time setelah Titanic). Wow! Saya makin penasaran saja, dan mala mini, thanks GlobalTV sudah menjawabi rasa penasaran saya ini. Menonton acara penganugerahan film atau festival-festival bergengsi di luar sana bagi saya menjadi salah satu hiburan dan apa yah, asyik aja, beda aja melihatnya, misalnya yah Golden Globe ini atau yang sebentar lagi si mas Oscar, atau juga Cannes Film Festival di Perancis sono. Satu, saya penggemar film dan bagi saya festival film atau movie award di atas sudah sangat keren sehingga bisa menjadi referensi bagi saya untuk menyaksikan film-film bermutu, karena masih soal rasa percaya saya bahwa jika ada film yang masuk nominasi di fest2 tadi sudah pasti yang terbaik dari yang terbaik. Anda tentu punya alasan berbeda dengan saya. Saya harus mengakui hal ini dan hanya film saja karena untuk serial TV masih jarang bahkan sulit untuk saya nikmati ketimbang dalam media film.
Tadi pagi saya membeli Koran Kompas yang memuat kata-kata Cate Winslet yang sedikit emosional soal keinginannya untuk kali ini benar-benar bukan menambah daftar nominasi saja tapi lebih dari itu bisa pulang membawa piala, dan itu terbukti mala mini, dengan sangat-sangat emosionalnya si Cate yang kurusan tapi tetap cantik ini meluapkan seluruh ekspresi jiwanya, waduh mbak Cate kok bisa yah masih ‘speechless’ tak karu-karuan, nangis lagi, tapi kemudian saya harus meralat pikiran saya, lha Cate juga manusia. Hal yang sama ketika Colin Farrel juga tak kalah ‘salting’, ‘speehless’ neneknya tidak karu-karuan, garuk sana-sini ketika harus tampil sebagai sang pemenang diatas panggung. Mereka selebritis terkenal, namun mereka juga manusia biasa, mereka bisa saja salah tingkah, bisa saja berlagak aneh dan memalukan, bisa saja berbuat konyol (seperti Sacha Baron Cohen, yang gila itu, hei, mas gue suka banyolan lo he-he, ada saja kata-kata untuk ‘mengejek’ tingkah laku ‘manusiawi’ sesama selebrtits. Alhasil, inilah alasan mengapa saya betah menonton acara-acara hiburannya orang bule, yah karena selera humor mereka yang bebas dan agak liar itu, tapi yah apa adanya. Menertawakan diri sendiri dan kehidupan ini saya kira bukan jalan yang salah untuk lebih menghargai diri sendiri dan orang lain. Saya suka dengan selera humor orang bule, terutama selera humor para selebriti dunia. Dua jam menonton ‘GG’ adalah hiburan yang menarik sekaligus menawarkan banyak kekonyolan.
Perasaan saya kemudian bergerak arah menuju ke suatu titik yang lain, berbeda dari kebanyakan di cara GG ini, apa lagi kalau bukan film Slumdog Milionaire. Mengapa saya harus membiarkan pikiran saya tertarik pada judul film itu, pada cuplikan adegannya atau pada para pendukung filmnya? Tiga minggu yang lalu saya membaca sebuah majalah film lokal yang memuat berita soal film ini, sedikit sekali reviewnya kira-kira hanya 35 kata saja. Waktu itu yang menarik bagi saya adalah ini film berlatar budaya India, kedua bahwa dasar ceritanya adalah kuis TV terkenal Who Wants To Be a Milionaire. Cerita yang say abaca simple sekali, seorang remaja pria sengaja mengikuti kuis TV tersebut karena hanya ingin membuktikan cintanya pada salah satu cewek yang menjadi penggemar acara ini. Cuma itu yang saya baca, lumayan membekas memang. Dan mala mini ketika mendengar nama film itu apalagi melihat bahwa ada orang-orang bertampang India di acara GG maka saya seolah teringat sesuatu, apa yah? Ow…majalah itu. Yang terjadi kemudian adalah rasa penasaran saya akan film-film yang menjadi nominasi di GG ini, salah satunya yang banyak menyedot perhatian kalangan Hollywod dan juga saya adalah film dari sutradara Hollywood namun dengan cast lokal yang m’Bollywood’ abis dah! Apa ini langkah positif bagi perfilman Asia di mata dunia? Saya kira soal ini kita tidak kalah kok. India dengan ‘raksasa’ Bollywoodnya konon menjadi raksana beneran karena produksi film pertahun mereka yang bisa mengalahkan produksi film Hollywood sekalipun. Selain itu ada juga film dan aktris/actor Asia lainnya yang sudah sukses di dunia internasional. Cina dan Thailand sudah cukup maju, Korea dan Taiwan juga. Nah bagaimana dengan Indonesia? mampukah suatu saat film kita juga berlaga di GG atau Oscar atau Cannes? Melihat Dian Sastro atau Nicolas Saputra misalnya berdiri di panggung Golden Globe mungkin hanya sekedar membaca nominasi (bentuk lain dari sebuah pengakuan kan?) seperti yang malam tadi dirasakan oleh Shah Rukh Khan dan Anil Kapoor yang senyam-senyum bahagia di depan Angelina Jolie, Tom Cruise, Meryl Streep atau Stephen Spielberg? Saya belum merasakan mimpi itu sudah mengarah kesana. Maafkan jika saya saja yang terlalu berlebihan. Perasaan yang terlalu prestisius!
Saya kemudian memilih untuk melepaskan kerisauan yang bergelayut di pikiran soal perfilman tanah air dengan mengingat kembali joke Baron Cohen ‘Victoria Beckham yang kelaparan karena tidak makan selama beberapa hari…’. Melihat orang-orang terkenal sejagad itu bisa berlagak konyol, gila dan eneh di kenyataan bukan dalam sebuah syuting film. Bisa saling memuji habis-habisan atau menertawakan Victoria Beckham yang kian menyisahkan tulang belulang di sekujur tubuhnya? Mungkin saya bisa ‘sehat’ sesaat karena bisa terhibur selama 2 jam acara. Otot-otot wajah saya pun bisa tersenyum lebih lebar lagi, lebih cerah lagi bersiap menapaki 13 Januari yang kian merangkak cepat ini, Oh My God, sudah tahun 2009!!!
Maafkan saya juga soal kekurangan di tulisan ini. Ini sudah pukul 01.00, tanggal 13 Januari 2009 (oh my God 20009!) saya sedikit menoleh ke cermin dan mencoba meniru lagak Cate Winslet yang menagis terharu-salahtingkah-kagok-speecless-konyol-dsb di panggung GGA tadi, ouch..saya benar-benar gila kalau sudah malam! Ayo tertawa, dengan mulai menertawakan diri sendiri, kemudian menertawakan Victoria, Colin Farell, Sacha Baron Cohen atau Cate. Ah…

Bumijo Lor 1215 Jogjakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...