Kamis, 29 Januari 2009

Mengapa Harus Menulis?

Saya suka menulis. Beberapa waktu lalu saya sempat bilang ke beberapa teman di facebook ini untuk menulis dan memposting tulisan mereka ke fasilitas yang disedikan facebook, jangan lupa menandai teman-teman yang lain, dan kita bebas saling mengapresiasi, saling berbagi atau bertukar pikiran. Saya lakukan ini karena saya tahu betul teman-teman saya ini juga suka menulis. Saya ingin menyebarkan virus ‘ayo menulis!’ kepada siapa pun, terutama teman-teman dekat saya.
Sejak kecil saya terbiasa menulis karena hanya ini yang bisa saya lakukan, maksudnya saya datang dari latar keluarga yang jarang menggunakan komunikasi verbal secara konsistea, sehingga saya pun tercipta menjadi pribadi yang awalnya pendiam, pasif (dalam hal komunikasi verbal), sehingga terbiasa ‘pelariannya’ adalah menulis. Hal ini diperkuat dengan karakter pribadi saya yang suka menghayal. Ah…lengkaplah sudah he-he. Saya mempunyai kebiasaan jika sedang mendapat ide ‘tulisan’ di jalan, saya biasa untuk menyimpan ‘kalimat kunci’ di HP, baru setelah di rumah, saya secepatnya melajutkannya ke buku atau langsung ke komputer.
Ketika di SMA saya terbiasa menulis sehingga dalam waktu tiga tahun ada lebih dari 5 buah buku/agenda/diary ah apapun itu, isinya yah ‘curhat’ gak jelas (remaja puber aneh!), nulis puisi, nulis cerpen, nulis karena lagi makan enak, nulis karena barusan ketemu pacar, dsb. Kini saya selalu tertawa geli ketika membuka kembali catatan-catatan dahulu. Dengan ‘arsip-arsip’ dari tulisan itu saya bisa tahu perkembangan psikologis dan sosial saya dulu hingga tahu, saya bisa menertawakan masa lalu saya, menertawakan kepolosan/keluguan saya di masa dulu, atau sisi lain saya baik itu yang positif dan negative. Dari tulisan-tulisan itu saya sadar bahwa dulu saya begitu egoisnya, begitu pemalunya, begitu intravertnya, begitu sensitifnya. Macam-macam.
Saya berterima kasih kepada keluarga saya yang sangat mendukung perjalanan ‘hobi’ menulis saya. Dari kakak sulung, saya tahu bahwa tulisan begitu berartinya. Menulis bisa juga sebagai ‘terapi’ ketika kita sedang kondisi yang tidak mengenakan, menulis bisa mencerahkan kehidupan orang lain, tak ada salahnya deh menulis itu. Dia bilang tulisan apapun adalah sejarah hidup, yang akan penting bagi generasi dekat kita nantinya. Dia selalu mengarsipkan semua tulisan yang ada di keluarga, hingga surat-surat keluarga dan surat yang pernah dikirimkan orang-orang ke rumah. Kini dia menggagas ide agar kami menulis silsilah keluarga dari pihak ibu yang bermarga Kamlasi itu, kami masing-masing diberi tugas untuk mewawancara keluarga-keluarga dekat lantas menulisnya. Mengapa? Sebab katanya, ini penting untuk anak cucu nanti.
Kini saya mau menyebarkan ‘virus’ baik ini untuk anda. Ketika menulis saya terbiasa untuk tidak memikirkan kaidah-kaidah penulisan yang ada. Saya terbiasa untuk menulis seenak perut sendiri, menuruti mood, tanpa terikat dengan kaidah-kaidah tetek bengek itu, karena jika yah malah itu akan membuat saya terlalu lama berkutat dan akan mandek. Bagaimana dengan anda? Ayo menulis! Dan diposting ke facebook/blog, jangan lupa menandai teman-teman untuk bisa berpartisipasi. Bisa berbagi ‘isi hati’, berbagi pengalaman, berbagi informasi, bisa mengembangkan potensi diri. Tak ada ruginya deh menulis itu! Gimana??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...