Senin, 05 Januari 2009

Happy New Year, Everybody

Happy New Year everybody
Malam tahun baru saya lewatkan di kost. Sengaja memang ingin menyepi dank arena saya punya ujud doa khusus yang sudah saya rencanakan jauh-jauh hari maka saya pasrah ketika dicap teman-teman yang saya tolak ajakannya untuk bermalam tahun baru di luar rumah he-he. Esoknya saya baru melihat matahari 2009 sudah menyingsing tinggi kira-kira pukul 10 lebih. Saya telat bangun lagi karena efek dari begadang semalam, menyepi namun tak tidur hingga jam 4 pagi. Pagi, 1 januari 2009, cuaca Jogja begitu cerah bahkan terkesan sangat panas. Awal yang baik untuk menyadarkan saya (syukur-syukur orang lain) soal bumi yang kian panas, soal efek dari gas rumah kaca yang saban detik dihasilkan miliaran penghuni bumi. Bumi memang sedang menuju ke sekarat, sedang dalam perjalanan ke IGD. Sayang belumbanyak yang sadar soal ini. Saya pun sadar hanya sebentar, setelah itu yah berlagak bodoh saja.
Siangnya, lagi-lagi masih terik saya menuju ke warung makan padang karena hanya ini saja warung yang buka 24 jam, every day, every time. Setelah makan saya menuju ke warnet karena HP modem yang biasa saya gunakan untuk menjelajah dunia entah mengapa sedang ‘membisu’, enggan berproses, padahal saya masih punya gratisan akses plus pulsa yang masih lumayan. Ketika sedang ber-Facebook-ria, eh kakak saya SMS, ‘kalo gak sibuk, ketempat kakak sekarang.’ Wah, dibilang gak sibuk yah sekarang lagi berfacebook, sibuk kan? Saya balas ‘OK, Kak, sebentar lagi kesitu.’. Saya kemudian log out dari warnet dan menuju ke Mangkubumi untuk menuju bus, saya menduga akan macet karena ini tahun baru, banyak sekali wisatawan di sepanjang Malioboro, dan karena saya juga akan melewati jalan yang sudah seperti pasar tumpah saja, gak beraturan, baud an kotor, segala tempat jadi parkiran sampai-sampai tak ada sejengkalpun tempat nyaman buat para pejalan kaki seperti saya ini. Saya membayangkan hidup di luar negeri dengan kota yang rapi, bersih dan nyaman bagi pejalan kaki. Padestrian yang indah. Saya masih membayangkan Malioboro bebas dari kendaraan bermotor, Malioboro jadi daerah pedestrian. Mungkin akan sulit terjadi di Negara yang selalu dilematis soal kendaraan bermotor-pribadi. Kita tahu tapi pura-pura tidak tahu. Hidup dengan tiga hal besar, kemacetan, polusi dan global warming! Masihkan di 2009 pura-pura itu dijunjung tinggi, meski sudah jelas-jelas alam membalaskan kepedihannya kepada manusia dengan caranya yang lebih pedih!
Jalanan masih macet. Panas dan saya pun tak bisa menahan emosi saya. Tahun baru dan keinginan untuk lebih stabil emosinya eh sudah keburu dihadapi, belum juga 16 jam dari tanggal 1 januari ini. Saya mengganti bus di ujung gedung-gedung tua peninggalan belanda yang kini menjadi perkantoran, kemudian mengganti lagu bus menuju kost kakak saya. Saya mendapatkan itu namun dengan kemarahan di setengah jalan. Pasalnya bus yang saya naiki menurunkan saya dengan ‘paksa’ dan mengembalikan setengah bayaran saya, karena mereka ingin memotong jalan saja. Spontan saya langsung memaki si kenek dengan bahasa ‘nenek moyang’ saya ‘dasar, lase kau, c**I, lase telor ni….waduh ampun deh. Benar-benar tak tertahankan. Alhasil sedikit perjalanan sisanya saya gantikan dengan berjalan kaki sambil terus-terusan menggerutu dan memaki. Apa untungnya bagi saya? tidak ada.
Malamnya, kakak saya mengajak ke acara syukuran tahun baru salah satu keluarga asal NTT di bilangan Giwangan. Wah, karena acara orang NTT maka bisa dipastikan hampir seluruh tamu yang datang adalah orang-orang NTT. Benar sekali. Malam itu saya lewatkan dengan berbagai makana khas, jagung bose, daging se’I babi, sup kacang merah, sayur bunga papaya,wah…berasa di rumah, di kampung. Banyak sekali mahasiswa NTT yang hadir. Karena banyak saudara sebahasa, sebudaya dan setanah air, maka jadilah bercanda ria tanpa batas, bercerita lucu khas orang NTT, tertawa dan mengejek silih berganti. Aih, saya baru sadar orang NTT kalau sudah berkumpul bahasanya setinggi langit, tak ada yang mau kalah dan kebiasaan ‘buruk’ untuk menertawakan orang lain he-he. Sesekali tak apalah. Maka malam itu habis dengan cerita dan tawa soal dialek orang Timor, kebiasaan buruk salah satu pendeta di Soe,dll. Kacau abis.
Sungguh tahun baru yang mengesankan sekaligus menambah banyak ‘masalah’. Hidup harus dijalani, baik buruk harus dilewati. Semoga tahun 2009 ini bisa menjadi lebih baik dari tahun 2008 kemarin. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...