Rabu, 17 Desember 2008

Ngomongin Film TWILIGHT, aha....(*sambil senyum*)



Twilight Badge
Twilight Badge

Setelah film Quantum of Solace yang sukses diangkat dari cerita karya Ian Fleming maka kini novel best seller versi New York Times Twilight karya Stephenie Meyer (2005) juga diangkat ke layar lebar. Novel ini bergenre Romance, fantasy. Selain Twilight ada juga karya best seller Meyer lainnya yakni Eclipse, Breaking Dawn dan New Moon, semoga secepatnnya bisa diadaptasikan ke film. Twilight the movie sendiri sudah dirilis di Amerika sejak 21 November lalu dengan sutradara Chaterine Hardwick. Ketika melihat trillernya di Youtube, lumayan membuat penasaran. Jujur novelnya belum saya baca sehingga ketika masuk ke studio bioskop sama sekali tidak ada pikiran apa-apa untuk misalnya membandingkan dengan bukunya, berharap ini itu, karena saya sadar bahwa buku tetaplah buku, film tetaplah film, ada hal yang menarik dan bisa diungkap dengan bahasa tulisan namun bisa saja tidak bisa direpresentasikan ke dalam bahawa film, itulah hebatnya dua medium yang bisa saling mengisi kekurangan masing-masing. Sama ketika dulu menonton Laskar Pelangi pun saya kebetulan sudah membaca duluan novelnya sehingga saya sadar untuk tidak terlalu menuntut bahwa semua yang ada di buku harus tumplek-plek persis sama di film, itu sama sekali tidak mungkin. Meski nyatanya di dalam bioskop saya acap kali berucap di dalam hati ‘kok…gini sih?! Lho, kok jadi aneh dan terkesan memaksa?’. Bagi saya pintar-pintarnya sutradara atau penulis skenarionya saja mengadaptasi dengan jeli apa tidak, tanpa tidak kehilangan esensi atau roh dari karya medium aslinya. Dan saya bersyukur ketika menonton film ini tidak ada ‘gangguan’ untuk berpikir ini itu.
Twilight sebenarnya adalah karya fiksi dengan unsur sainsnya (sci-fi). Kisah seorang ABG bernama Bella Swan (diperankan dengan lumayan baik oleh Kristen Stewart) yang jatuh cinta dengan seorang Vampir bernama Edward Cullen (Robert Pattison), si pucat nan misterius. Bella adalah anak yang sedikit introvert yang baru saja pindah dari Arizona ke rumah ayahnya (Charlie seorang polisi, diperankan oleh Billy Burke) di sebuah daerah selalu hujan, Forks di Washington. Menarik karena berlatar legenda Quileutes dan juga soal perjanjian orang Indian dulu dengan para manusia vampir-serigala yang selalu haus darah, serta cerita vampir ‘vegetarian’ yakni vampire yang hanya makan darah hewan, tidak manusia. Satu-satunya keluarga vampir ‘baik-baik’ yang tersisa adalah keluarga Cullen. Sayang dalam perjalanan ternyata ada juga vampire jahat yang selama ini sudah sering melalukan terror dengan membunuh beberapa orang di wilayah tersebut. Kebetulan ayah Bella adalah seorang polisi yang digambarkan terlalu kaku dan hanya sibuk bekerja sehingga hubungan dengan sang anak kurang akrab.
Sejak awal film ini sudah mengesankan kemisteriusannya, dengan adegan seekor rusa yang sedang minum di sebuah mata air (dalam hutan hujan penuh pinus dan lumut-lumut hijau, hanya hampir memenuhi seluruh film, indah sekali!), kemudian diterkam oleh beberapa sosok misterius, begitu cepat. Kemudian berlanjut ke perpisahan Bella dan ibunya karena ibunya akan pergi bersama ‘brondong’ barunya seorang atlet bisbol ketempat lain. Selanjutnya berlanjut ke sekolah baru Bella dan tingkah teman-teman barunya (saya lantas berpikir sepertinya muka Asia, ras Mongoloid sedang laku di film-film Holywood, belakangan ini ada saja tokoh pembantu yang bermuka Asia, kapan yah wajah Indonesia bisa muncul di Hollywood? Ah, semoga saja saya salah satunya kelak he-he). Juga perkenalan Bella dengan sosok ABG ter-cool dan termisterius di seantero sekolah itu (melebihi kemisteriusan ketiga saudara vampir lainnya).
Rasa penasaran Bella pun dimulai ketika menangkap kenyataan bahwa mata Edward selalu berubah warna hingga insiden di lapangan parkir, kemampuan Edward membaca pikiran dan situasi serta kecepatannya yang bak angin itu. Agak membosankan memang karena keseluruhan film ini tidak terlalu banyak dialog. Lebih banyak dengan ekspresi wajah pucat nan datar Bella dan Edward dan gerak-geriknya yang makin menambah misteriusnya film ini. Dua sosok introvert yang seolah kompak berteman dan bercinta karena mereka sama-sama merasa nyaman dengan diri teman barunya itu. Hingga pengakuan Edward akhirnya keluar sudah.
Selain itu set tempat sepanjang film yang wah keren sekali, benar-benar kota hujan nan indah, hujau ‘gemah ripah loh jinawi’ deh sama kabut, pohon-pohon pinus dan lumut-lumut hijau menentramkan mata. Saya dan dua teman saya sampai terkagum-kagum dengan tempat indah itu. Makin menguatkan sisi kemisteriusan film ini dan percayalah bahwa ke-cool-aan Edward dank e-alamiah-an cantiknya Bella membuat rata-rata penonton beberapa kali memekik koor :‘ohhhh…hah?…aduh…duuuuhhh’. Inilah yang saya bilang hebatnya medium film. Apalagi ketika Edward memperlihatkan rupa dirinya di hadapan cahaya matahari, berterbangan menyusuri deretan cemara lebat-lebat, hingga berdua bertengger bak burung memadu kasih di puncak tertinggi cemara, keren pengambilan gambarnya, keren tempat syutingnya (sama ketika dulu pertama kali menonton film seri ‘the Lord of Rings’ yang rata-rata lokasi syutingnya mengundang decak kagum). Melihatnya saya jadi ingat suasana yang hampir mirip, ketika musim hujan di perbukitan menuju Fatumnasi- Mollo Utara, deretan pinus, ampupu dan mekarnya anggrek hutan serta gladiol hampir di sisi kiri kanan jalan. Andai saya bisa membuat film mungkin tempat itu salah satu lokasi syutingnya he-he.
Bagi saya menonton Twilight dengan kisah percintaan manusia dengan vampir tak bedanya dengan kisah cinta ala Jack dan Rose di Titanic. Ah, mungkin saja ini karena sperasaan aya saja yang memang sedang mellow oleh cinta aha he-he bisa aja…
Buat Lan Hokor dan Ripen, trims dah mentraktir saya kali ini. Ada waktu, ada film bagus saya yang gentian mentraktir yah. Tak salah pilihan kita deh. Paling tidak kita bisa ber-aha-uhu saking terpukau dengan pemandangan alam juga pemandangan cinta Bella dan Edward. Ketika Edward bilang ke Bella: ‘apapun hanya buatmu, saya akan korbankan.. (dengan tatapan sayu-misteri-dinginnya)’ sontak langsung mengundang komentar teman saya Lan ‘Oh..so sweet…’. Adegan menarik selain aksi pacaran nan yang ekstrim (namanya juga pacaran sama Vampir he-he) di atas pohon cemara nan tinggi, wah keren, sangat inspiring tapi cewek mana yang mau yah saya ajak pacaran di atas pohon? he-he lagi, ada juga adegan keren saat Bella bergabung dalam pertandingan Bisbol bareng keluarga besar Cullen yang nyentrik-nyentrik itu di sebuah lapangan dengan latar air terjun menjulang... trus kejar-kejaran bola yang super speed, wah..wah keren! Juga soal tokoh vampir vegetarian, menarik memang karena mereka tidak makan manusia namun hewan saja, lebih manusiawi hehe
Yah, ada cinta, ada persahabatan, ada pembalasan dendam, ada permusuhan, ada cinta lagi, ada misteri, ada senyum lantas cemas karena endingnya tidak begitu manis. Dalam sebuah pesta dansa ‘Prom night’ nan romantic, dibalik jendela vampire jahat si Victoria sedang mengintip kea rah Edward dan Bella penuh murka. Adakah pembalasan itu terjadi? Entah, mungkin ada jawabannya di Eclipse, New Moon atau Breaking Dawn. Let’s we’ll see next…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...