Kamis, 18 Desember 2008

Taman Untuk Pintar dan Taman Untuk Sehat








Selasa, 16 Desember kemarin Presiden SBY meresmikan Taman Pintar Yogyakarta. Kata SBY daerah lain perlu membangun taman pintar, dan saya mau menambahkan juga meskipun saya bukan siapa-siapa, bukan hanya Jogja saja (ah, saya ingat Jogja belum ad ataman kota) semua daerah di Indonesia juga harus mempunyai TAMAN KOTA. Untuk dua ‘taman’ ini memang penting untuk diadakan. Dan seperti biasa saya selalu ‘gatal’ untuk berkomentar. Seperti biasa juga saya mohon maaf untuk hal-hal ‘gila’ yang sering saya lakukan, maafkan saya dan lanjutkan bacaan Anda namun jika itu sulit (juga soal tulisan saya yang jelek ini, silahkan tinggalkan saja namun saya harap Anda mau meninggalkan pesan pendek di kotak Shout Box saya. Ok?
Pertama soal TAMAN PINTAR Yogyakarta. Saya kebetulan sering kali lewat jika saya pergi ke Western Union di kantor Pos Gedhe atau ikut misa mingguan di Gereja Fransiskus Asisi Kidul Lodji atau juga jika saya hendak mencari buku murah di komplek took buku yang umumnya dikenal dengan istilah ‘Shoping Center’ (entah hubungannya apa antara nama itu dengan deretan kios-kios buku). Dari luar tempat ini terbilang unik karena arsiteksturnya atau juga karena warna-warna cerahnya. Namanya ‘taman pintar’ maka dijamin ketika Anda masuk kedalamnya Anda akan jadi pintar, maksud saya banyak tahu karena koleksinya cukup lengkap. Memang tidak harus untuk anak-anak saja. Bayangkan saja di taman ini ada stasiun radio khusus anak-anak (penyiarnya juga kadang anak-anak), arena Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), arena Play Ground, ada gedung Oval, Gedung Heritage, Gedung Kotak (berisi zona pengolahan minyak bumi, zona Indonesia, zona teknologi modern, zona teknologi canggih dan zona jembatan sains) dan Gedung Memorabilia atau zona sejarah (berisi hal-hal tentang sejarah kesultanan, kepresidenan, dan tokoh pendidikan), serta ruang teater film 4 dimensi. Menarik memang dan salut buat pemerintah Yogyakarta yang sudah begitu perhatiannya dengan dunia pendidikan anak, bagaimana dengan pemerintah lainnya? Ayolah, bapak-bapak jangan hanya urusin yang lain.
Bagi saya tidak melulu harus mirip dengan yang dilakukan pemerintah Yogyakarta, namun paling tidak ada perhatian khusus buat pendidikan anak dan dunia anak pada umumnya, sama seperti orang dewasa jangan lupa bahwa anak-anak juga punya hak untuk belajar dan bermain, mempunyai tempat belajar dan bermain selain sekolah, salah satu alternative adalah semacam taman pintar ini, atau taman bacaan, perpustakaan, dsb. Ketika berdiskusi dengan dosen soal PAUD, saya begitu bangga program ini begitu diterima oleh masyarakat Jogja. Beruntung bahwa Jogja juga punya status sebagai kota pelajar maka banyak sekali mahasiswa-mahasiswa yang bersedia menjadi pengajar atau Volunteer di PAUD yang biasanya ada disetiap kelurahan/RT/RW. Bagaimana dengan di propinsi NTT? Saya suka membandingkan dengan propinsi tercinta saya meski saya sendiri akan merasa sakit hati sendiri dengan kondisinya. Bahwa dalam banyak hal kita masih jauh-jauh tertinggal dengan daerah lain. Maka solusinya tetap bagi saya adalah PENDIDIKAN! Karena pendidikanlah yang mampu mengangkat derajat SDM seseorang untuk kemudian bisa berkompetisi, bisa berkreasi, bisa berpikir rasional serta bisa bertindak positif, lebih berdaya dalam segala aspek. Saya masih berharap banyak buat bapak Gubernur terpilih!
Berikut soal taman kota, ini sepertinya menjadi masalah serius di Indonesia. Pembangunan kota yang ternyata banyak menyalahi aturan tata kota yang baik, belum lagi soal semrawutnya pembangunan gedung-gedung Mall. Taman kota hampir dipastikan selalu kehilangan tempat di kota-kota Indonesia. Jika adapun itu sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan malah bersiap-siap tergusur oleh gedung-gedung mentereng. Anda mungkin akan bertanya apa sih gunanya taman kota? Ternyata banyak sekali. Beberapa waktu lalu di seputaran kampus UGM terkena angin puting beliung dan katanya ada hubungan dengan perubahan suhu udara disekitar kampus karena ternyata jumlah pohon yang tersisa disana tidak mampu membantu proses penguapan atau pengikatan gas-gas buangan disekitar, akibatnya terjadi masalah, awan-awan hitam yang menggumpal di atas udata UGM kemudian memicu terjadinya angin badai tersebut. Saya lantas berpikir betapa pentingnya pohon itu, disaat panas ia mampu menjaga kestabilan suhu di sekitar, jika hujan ia mampu menyerap air yang penting untuk kehidupan dan daunnya pun berperan dalam mengikat gas-gas buangan yang bisa mencemar, kemudian melepaskan lagi gas-gas yang sehat, oksigen. Ah.
Saya iri jika melihat tayangan-tanyangan lewat TV di luar negeri sana, mereka begitu peduli dengan keberadaan taman kota. Pemandangan jadi indah, anak-anak bebas bermain, orang-orang bisa bercengkrama, bebas berekspresi dengan menyanyi, bermain alat music, melukis atau jogging dengan binatang peliharaan, betapa sehat fisik dan mental orang-orang yang akrab dengan TAMAN KOTA. Segala beban bisa lepas melayang jauh ketika menghirup udara bersih, peredaran darah menjadi lancer, stress hilang, badan sehat, jiwa tentram, bisa tertawa sepuasnya, bercanda sepuasnya, ‘berbagi diri’ dengan sesam manusia, binatang, pohon, dan alam sekitar. Dan ini bukan hanya retorika belaka, isapan jempol belaka karena sudah banya penelitian berkaitan dengan efek positif taman kota. Minggu lalu saya sempat browshing internet di psychologytoday.com dan ada artikel yang membahas hal diatas. Dalam majalah Intisari edisi berapa yah saya lupa ada luputan khusus di taman Suropati Jakarta yang menjadi tempat berlatih sekelompok orang yang hobi bermain biola, beberapa minggu sekali mereka berkumpul, berlatih biola bersama dan memainkan beberapa nomor lagu. Menarik sekali! Bagi saya ini bukan sok kebarat-baratan karena meniru-niru kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat di luar sana yang memang sering menggelar ‘konser’ mini di tengah taman kota, ini lebih kepada belajar melakukan hal-hal positif yang seharusnya menjadi hak dan kewajiban semua orang sebagai insan manusia.
Kembali lagi soal dua ‘taman’ tadi yang sama pentingnya, sama positifnya. Taman pintar menjadi wadah anak-anak untuk belajar dan berkreasi, sama dengan taman kota yang yang juga berfungsi mirip taman pintar, anak bisa bermain, berinteraksi dengan anak-anak lain, belajar melukis, berolah raga, atau membaca buku.
Saya menulis dan terus berharap pemerintah Indonesia bisa ramah terhadap anak-anak, terhadap hak warga masyarakat untuk mendapat kesempatan berekreasi, belajar dan berkreatifitas, demi mewujudkan kualitas individu dan kualitas masyarakat yang sehat baik fisik maupun psikis. Tidak ada yang tidak mungkin untuk dilakukan. Masukan yang baik juga buat pemerintah proponsi NTT tercinta.

(NB: Jangan kira foto taman diatas adalah taman di Indonesia, salah besar, itu foto di taman Central Park New York, Iri gak?! Kalo foto lain itu benar adalah Taman Pintarnya Orang Jogja!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...