***
Setelah tinggal di Kupang beta su
jarang dengar radio. Tapi dua hari lalu beta iseng buka radio dari hape, dari
kurang lebih 10 radio yang beta dengar cuma Tirilolok sa yang masih beta dengar
penyiarnya dengan bangga berbahasa melayu Kupang. Apa yang beta temukan itu
sama sekali sonde ada di radio-radio lain. Agak illfeel ju kalo dengar ini penyiar-penyiar dong sepanjang waktu baomong sa dengan bahasa gaul
orang Jakarta. Lu tau sendiri. Gue-nggak-bangeet...bla bla bla. Hal yang sama
pula beta temukan di salah satu radio yang katanya paling gaul dan ‘anak muda mamati’
di Soe. Hamper sonde ada celoteh ala anak Soe. Semua obrolan mendadak jadi
kejakarta-jakartaan (tetapi justru terkesan aneh dan dipaksakan). Kata beta
pung kawan, “biar gaul. Kalo sonde begitu, nanti dianggap kuno, kuper, dan
sejenisnya!”. Padahal beta pung pikir justru media (dalam hal ini radio) yang
harusnya menyediakan/menciptakan ruang untuk itu. Minimal satu saja acara yang
di situ semua orang bebas berbicara
dengan logat/dialek atau bahasa ibunya sendiri tanpa canggung,tanpa merasa
rendah diri. Hal itu yang mestinya dibangun. Artinya media yang harusnya
membangun imej, bahwa pake bahasa melayu Kupang itu tetap gaul kok. Asyik dan
seru.
Beta jadi ingat, suatu ketika ada
konser amal yang diadakan kawan-kawan #KupangBagarak di Kupang untuk membantu
korban letusan gunung api Rokatenda di Flores. Salah satu koordinator acara,
kak Noya Letuna sempat mewanti-wanti MC saat itu, berkali-kali bahkan, untuk
sonde menggunakan bahasa gaul Jakarta. Saran beliau, pake saja, ungkapan: beta,
lu, bosong, katong, sonde, dll... Itu acara anana muda Kupang, dan semua
komunitas anak muda bakumpul di sana. Saat yang tepat waktu itu yang beta rasa,
untuk ‘membangun imej positif’ memang harus diusahakan terutama oleh ana muda
sendiri. “Kalo sampe katong berpikir bahwa sonde pake
bahasa gaul Jakarta katong sonde gaul, sebenarnya katong sedang merasa minder
(inferior) deng katong pung identitas sendiri. Katong sedang dijajah oleh
kebudayaan orang laen.”
sumber: www.dreamstime.com |
Ketika ide-ide ini beta tweet-kan
di akun beta @dickysenda, beta jadi ingat sebuah akun anonim semacam @carihal
yang selalu konsisten ‘baomong’ pake bahasa melayu Kupang di setiap tweetnya.
Beta rasa itu kunci suksesnya, dimana Selus mencitrakan dirinya sebagai konjak
bemo di Kota Kupang, yang gaul dan carewet (baca: kritis) dalam melihat segala
hal. Dia adalah tipikal konjak (meski sebenarnya bukan konjak, siapa tahu.
Namanya juga akun anonim) yang umumnya ada di kota Kupang, yang terbiasa
baomong ceplas-ceplos deng bahasa melayu Kupang. Mirip deng ulasan-ulasan Om
Paul Bolla yang dulu menulis kolom Tapaleuk di Pos Kupang. (Sekarang ditulis
oleh wartawan lain, namun rasanya ruh Ama Tobo, dkk, paling pas ya saat ditulis
om Paul) . Atau juga tulisan
sejenis yang coba digagas, dikembangkan dan dicitrakan oleh Amanche Frank OE
Ninu dalam kolom “Kusu-Kusu” di Jurnal Sastra Santarang. Dan yang paling
mantap, beta rasa, adalah grup Dadegu Kita-Kita di Facebook. Di mana setiap
hari seluruh anggota bebas menulis ungkapan dalam bahasa melayu Kupang. Dan
lihat saja, ada begitu banyak kosakata ‘ajaib’ yang tumpah ruah di sana.
Kata-kata yang mungkin katong sonde tahu. Kata-kata yang kalo sonde dibiasakan
untuk dibahasakan lagi mungkin sabantar lai akan mati. Kasian su katong pung
ana cucu besok-besok, nanti akan gaul deng orang lain pung bahasa, bukan deng
dia pung bahasa ibu sendiri.
Dalam bidang sastra, Ragil
Sukriwul pernah menulis sebuah puisi yang unik To’o Kas be doi do, dalam kumpulan puisinya berjudul Avontur. Sangat
menghentak pikiran saya, kok bisa ya? Ya memang bisa dan orisinil. Ide-ide
sejenis juga mulai digalakkan teman-teman pengusaha kaos oblong khas NTT,
semacam Rumpu Rampe Inc dan B64Kupang dalam produk mereka. Beta sendiri, secara
perlahan dan konsisten mewujudkan ide-ide beta ini ke dalam kumpulan cerpen
beta, Kanuku Leon yang semoga bisa terbit tahun ini. Beta lebih banyak pake
sebutan ‘beta’ ketimbang aku atau saya, lalu ‘katong’ dan ‘bosong’ dan ‘sonde’
juga konsisten beta munculkan.
Dulu ada yang bilang ke beta kalo
berbicara bahasa melayu Kupang itu sonde baik, karena katong harusnya berbicara
dalam Bahasa Indonesia sesuai EYD. Tapi menurut beta, Bahasa Indonesia akan
kehilangan akar dan kekhasannya jika katong lupa atau sengaja melupakan katong pung
bahasa ibu, bahasa lokal, bahasa yang setiap hari katong pake di pasar,
dijalanan, di lingkup per’GAUL’an katong... Pada saat-saat resmi, katong memang
harus pake bahasa Indonesia baku. Dan pada momen lain, pakelah katong pung
bahasa lokal dengan baik. Afrizal Malna dalam pengantarnya di buku puisi frater
Ishack Sonlay, Kuyup Basahmu, menulis demikian: “Bahasa Indonesia membutuhkan
emansipasi bahasa lebih jauh lagi untuk mendapatkan akar kultur dari bahasa
lokal. Bahasa Indonesia memang telah kehilangan akar kulturnya sehingga sudah
tidak bisa dikembalikan kepada ibunya dalam bahasa Melayu.”
Salah satu alasan kenapa saat ini
bermunculan penulis-penulis asal NTT yang karya-karyanya diapresiasi oleh orang
dari luar NTT adalah karena penulis tersebut mengedepankan unsur lokalitas
dalam karyanya, salah satunya adalah penggunaan bahasa daerah, termasuk bahasa
melayu Kupang. Rekan guru saya, yang pernah menjadi guru Bahasa Indonesia dari
Mario F Lawi, yakni Pak Ambros Oki, dalam suatu kesempatan pernah bilang kepada saya,
“Adik, sebenarnya potensi terbesar kita adalah memakai istilah atau bahasa
lokal dalam tulisan kita. Kenapa banyak bahasa Jawa
kemudian diserap ke dalam kosakata Bahasa Indonesia? Ya karena orang Jawa
selalu bangga dan terbiasa memakai bahasa lokal mereka, terutama yang
digencarkan oleh penulis/sastrawan mereka. Kalau mau kosakata lokal
kita NTT diserap dalam kosakata Bahasa Indonesia ya terbiasalah menggunakannya
setiap hari lalu populerkan dalam tulisan-tulisanmu.”
Jadi mau alasan apa lai katong
harus merasa rendah diri deng katong pung bahasa lokal? Beta mau kasih
tantangan buat lu, buat beta, buat katong semua. Misalnya dalam 10 hari
berturut-turut, lu harus bikin status Facebook, Twitter, BBM, dll dalam bahasa
melayu Kupang (atau bahasa lokalmu, melayu Ende, melayu Larantuka, dll...). Lu
bisa juga menuliskannya juga di blog, entah dalam bentuk tulisan lepas, cerpen,
puisi, dll. Mungkin gerakan ini katong pake (hastag) semacam 10DaysChallenge #BetaCintaKupang
#JaOCintaEnde, bla...bla... atau ada ide lain?
Mari katong bergerak, katong
populerkan kosakata lokal yang sudah hampir punah itu...
***
Christian Dicky Senda,
blogger, penikmat sastra, film dan kuliner. Bergiat di Komunitas Sastra Dusun
Flobamora dan Komunitas Blogger NTT (Flobamora Community). Pembina di Kelompok
Jurnalisme Pelajar SMPK St. Theresia, #Speqsanthers+. Saat ini bekerja sebagai
konselor di SMPK St. Theresia Kupang.
hahaa...mantaapp ..
BalasHapusbae sonde bae..bahasa Kupang lebe bae.. :D
salam kenal oww pak Dick
setuju kaka. tapi agk sedikit koreksi pribadi dari beta, kalau akun cari hal, okelah ktg salut dia pke bhsa kupang, tp isi dari dia pung tweet ju kdang2 terlalu frontal dan agak kurang bijaksana sa. malah kadang kek cenderung ke provokasi, dan sonde tlalu penting2 ju. tp salut dia bangga dengan bahasa sndri.
BalasHapusTergantung sikonnya Boss.... coz sonde selamanya ktong teman deng ana2 kupang .. Klow boleh lihat statistik ala mayoritas minoritas, bahasa yg paling banyak dipakai di NTT justru bahasa manggarai, menyusul bahasa lamaholot. Klow di tempat kerja yg kebanyakan orang jawa, yah kadang2 terbawa juga. Jadi klow di pesta ada Dress Code, harusnya setiap acara ada Speak Code jg tentang caranya omong, pake melayu kupang, bahasa turki, atau bahasa roh halus. Biar nyaman dengan sesama yang hadir tow. Btw, tulisannya asik.... maju terus blogger NTT....
BalasHapustenang sa.. yg su hidup lahir besar di kupang sonde akan lari dari bahasa melayu kupang, tapi untuk situasi formal ya lbih baik ktong gunakan bahasa indonesia yang baik dan benar , bahasa kupang selamanya adalah bahasa pergaulan
BalasHapusDa crita lucu...b ktmu ne nona satu dri manufui ttu b omong dgn katong pu bhasa pasar dy jwb b pake aku ngga??##$#@@#$$$@#%&$45&
BalasHapusB tnya su brapa lma d smarang??
Aku baru setahun??eut kit aku...
Lucu juga kalo alasan pergaulan banyakan dgn org luar trus lupa bahasa sendiri....ond msok akal ju aa....wkakakaa dgn org timor y imong timor sa knapa.???