Jumat, 14 Juni 2013

Sebuah Catatan Sepulang Dari Solo


untuk kawan-kawan Flobamora Community

Ada baiknya sebelum lu baca tulisan ini, lu baca dulu argumen yang lebe bagus dan masuk akal ini Menatap Asean Blogger dan Ngopi Kere Dari Luar Jawa yang ditulis kaka Almascatie, seorang blogger yang sudah cukup lama makan asam garam (eh!) di duni perblog-an.

***

Bulan lalu saya diundang menghadiri sebuah festival blogger se-Asia Tenggara di kota Solo Jawa Tengah. Saya diundang mewakili Komunitas Blogger NTT (Flobamora Community). Saya tentu punya ekspektasi yang besar sebab ini sebuah event tingkat internasional dan saya berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para blogger aktif se-Nusantara hingga ke negara-negara tetangga. Apalagi ini merupakan kali pertama saya hadir dalam sebuah acara yang mempertemukan para blogger (meski saya sudah menjadi blogger aktif sejak tahun 2006).
Oke, singkatnya sampailah saya di kota Solo dan ketemu dengan mereka yang sebagian kecil sudah saya kenali di twitter atau di blog tapi baru pertama kali ketemu. Selebihnya adalah orang-orang baru yang sebelumnya tidak pernah saya ketemu langsung.
Acara pada event tersebut dikemas dengan cukup baik. Saya disambut dengan lumayan baik pula (awalnya). Niat saya besar, bahwa ini merupakan pengalaman pertama saya, maka saya harus lebih giat membuka diri. Anggapan saya, punya banyak teman baru pasti seru, apalagi jika dikombinasikan dengan pengalaman dan ilmu baru yang saya dapatkan di sana.
Setahu saya, blogger baru yang terlibat di event ini banyak. Melebihi jumlah blogger ‘senior’ atau yang sudah lebih sering hadir di acara-acara sejenis itu. Dari desas desus yang saya dengar, sebenarnya tidak semua blogger aktif se-Nusantara hadir (duh, kata ‘Nusantara’ dalam blogger juga bisa bermakna lain, ampuun hehe). Ada yang katanya punya alasan kuat (baca: prinsipil) untuk tidak hadir atau bahkan bikin event sejenis (dan ada yang menyebutnya ‘event tandingan’) di tempat lain dengan waktu yang bersamaan. Saya menulis ini tanpa mengkotak-kotakan apapun, karena sebelum saya hadir pun kondisinya memang serba kotak-kotak (berbeda dengan baju kotak-kotak Jokowi ya). Apapun alasan atau masalah yang telah ada dalam dunia perbloggeran tanah air saya memilih untuk tidak mau tahu dulu. Yang penting saya hadir, berkenalan dengan sesama blogger, berbagi pengalaman, memperkenalkan blogger NTT dan kondisi NTT, dapat ilmu dari narasumber, lalu pulang dan membangun komunitas saya.
Untunglah saya mengawali kegiatan di sana dengan niat yang tulus dari hati saya, tanpa terlalu larut ke dalam kekisruhan yang ada dalam dunia persilatan para blogger. Syukurlah sebelum berangkat saya sudah dibekali dengan nasihat oleh senior saya di Flobamora Community, “kondisinya sepeti bla bla bla... tapi kau hadir saja, ikuti semua, selanjutnya baru kau nilai sendiri.” Tentu saja saya harus fair. Saya boleh mendengar desas desus dari orang lain, tetapi saya harus melihat sendiri kenyataanya baru deh saya nilai dan simpulkan. Oke, saya berusaha netral dulu.
Acara di sana dikemas dengan yaaa...*tarik napas* dengan agak lumayan baik. Dan pada beberapa kondisi, saya harus siap untuk ‘olah raga pingpong’ yang ditawarkan panitia. Lumayan juga untuk menguatkan jantung saja, menebalkan daun telinga saya dan membesarkan kesabaran saya. Itu upaya penghiburan diri pertama demi menguatkan niat awal saya datang dari Kupang.
Saya bersyukur bahwa kehadiran saya pertama kali itu tak terlalu sia-sia amat sebab:
  1. 1.     Saya dipertemukan dengan beberapa senior yang baiknya luar biasa. Mereka adalah tipikal blogger yang easy going, yang care sama pemula plus plus (baca: anak daerah, mungkin minim pengalaman, Indonesia Timur pula). Dan alasan lain, tentu saja karena mereka mengenal baik kakak senior kami di Flobamora Community, sehingga sebagaimana kakak saya diterima dengan baik, tentu adiknya akan diperhatikan juga hihihihi... *doa penghiburan diri nomor 2* Mereka yang selalu beranggapan bahwa blogger ya harus inklusif bukan ekslusif. Blogger ya gak harus terikat dengan ‘power’ dan ‘modal’. Blogger ya mereka yang bisa kumpul sebagai saudara bersaudara, kapanpun dimanapun, tanpa terpaku pada garis atas bawah-senior yunior. Lebih dari itu, blogger adalah mereka yang mau bersolidaritas, yang tak hanya diam ketika ada teman blogger di daerah lain sedang berjuang sendiri melawan ketidakadilan atau bencana. Mereka-mereka yang saya golongkan dalam poin 1 inilah yang secara tak langsung mengajarkan saya dalam diam, dalam ketiadaan bahasa verbal. Mereka melakukannya dalam perbuatan atau tindakan. Terima kasih untuk mereka-mereka ini: kak Almas, kang Iwok, mbak Rara, mbak Meity dan bang Arham.
  2.       Seperti yang saya bilang, saya hadir di sana dan bertemu dengan begitu banyak orang baru (yang semoga saja dihadirkan oleh panitia tidak hanya sekedar untuk penuh-penuhin kursi! Ya ampun, saya dong termasuk di dalamnya, jika iya. Tapi semoga saja tidak). Tapi jika pun IYA, maka yang saya alami adalah sebaliknya. Orang-orang baru yang hadir di sana memang layak untuk hadir, untuk bersinergi, untuk menguatkan tali solidaritas antar blogger daerah, IYA. Memang begitu adanya. Saya ketemu dengan orang-orang luar biasa, yang benar-benar membawa semangat kedaerahan yang kental: setia kawan. Yang mau menegurmu dan bercerita denganmu bukan karena kamu siapa atau siapa (tergolong seleb blog kah dia? Blogger keren dari luar negeri kah dia?), tetapi karena kamu adalah blogger seperti juga mereka. *doa penghiburan nomor 3* Terima kasih keramahan kalian: kawan-kawan Plat-M (Blogger Madura), Blogger Sidoarjo, Blogger Malang, Blogger Ambon, Blogger Bali, Blogger santri dari Brebes, dari Ponorogo, Nganjuk, dll. 
  3.       Mengikuti seminar yang kadang terasa singkat namun sangat bermanfaat: berbicara marketeer dengan pak Hermwan Kertajaya dan mendengar para blogger luar (misalnya Filipina atau Singapura) yang begitu berperan penting di negaranya, terutama dalam mendukung pariwisata. Preetam Rai, kamu luar biasa. Selebihnya hanya diisi dengan pembicaraan nan membosankan dari para birokrat Deplu, Dep. Pariwisata dan ekonomi kreatif, dari yang punya pengalaman menjelajah isi bumi sebagai blog-packer (padahal jauh lebih menyenangkan jika saya memantau saja timeline penjelajahan Trinity dari pada mendengarnya berbicara). Oya, tak lupa juga pemerintahan kota Solo, yang tanpa harus berbicara banyak tetapi sudah menunjukkan banyak sekali bukti kemajuan dalam hal tata kota, administrasi publik, pengembangan pariwisata, dll. 
  4.      Room-mate saya, bang Arham dan bro Angga. Arham yang seorang penulis gokil dari Kendari dan Angga, fotografer muda asal Bali yang begitu rendah hati dan friendly.
Dan sebagai penutup, saya harus berkata jujur, tentang kebalikan dari 4 poin di atas, tentang kesia-siaan yang terjadi dalam event tersebut. Semoga saja sebagai bahan evaluasi untuk kita semua. (saya tentu tak punya kuasa untuk menyelesaikan polemik antar blogger yang ada). Tulisan ini tanpa bermaksud ‘nyinyir’ sebagaimana biasanya sebuah mekanisme pertahanan diri terjadi pada diri blogger, jika ada pihak lain yang mengkritisi kita, “sudaaah, gak usah peduli sama tukang nyinyir” (termasuk doa penghiburan juga kah?). Selalu begitu reaksi andalah para blogger. Saran atau kritik membangun sekalipun, herannya selalu dianggap sebuah nyinyiran.
  1. 1. Saya tak tahu apa sebutan persisnya apa. Tetapi begitulah adanya sebuah selebriti blogger itu memang ada. Mereka yang umumnya tak terjamah oleh blogger pemula. Mereka yang umumnya ekslusif (dan suka menggelar permainan ‘ping-pong’ jika mereka ada di kursi panitia). Ciri-cirinya sibuk banget atau agak sibuk, dan suka membentuk kelompok sendiri. Mungkin karena saking seringnya mengikuti event blogger, atau saking seniornya, sampai sudah bosan atau eneg sendiri dengan aktivitas merangkul dan bersolidaritas dengan blogger-blogger baru. Lu lu gue gue dah. Bahkan mereka yang umumnya adalah panitia, juga alpa bikin mata acara menarik dimana semua peserta dari dalam maunpun luar, “dikondisikan’ untuk benar-benar berinteraksi. Karena sebenarnya panitia punya trik dan power untuk itu. Bukan sebaliknya, panitia yang membentuk kotak-kotak sendiri (sekali lagi bukan seperti bajunya Jokowi), dan bawaannya nempeeeel saja sama peserta luar negeri dan abai dengan kehadiran blogger-blogger daerah. 
  2.        Event ini didukung oleh power dan modal besar. (Ya iyalaaah, Kemenlu, USAID, kemen pariwisata dan ekonomi kreatif, Telkom, bla bla bla..) pastinya juga punya ‘misi tunggangan’ yang kadang memang berbeda sekali dengan visi misi dasar dari blogger itu sendiri. Nah ini repot. Harus ada jalan tengahnya. Apa? Sonde ada. Blogger sonde dapat apa-apa, pihak di atas ju dapat sonto ambe begitu-begitu saja ju...). 
 ***

Setelah pulang dari Solo, saya memilih untuk mengambil yang baik-baik dan meninggalkan yang sia-sia tadi. Flobamora Community saya rasa telah mengajarkan saya tentang bagaimana menjadi blogger yang sebenarnya. Dengan kondisi keterbatasan fasilitas/infrastruktur, kondisi geografis dengan pulau yang terpencar-pencar, dan keberagamana suku, bahasa daerah, agama, tetapi toh saya bisa berdaya sebagai blogger, bisa belajar untuk solid dan setia kawan. Bahkan dalam kesusahaan yang ada, saya diajarkan tentang solidaritas yang nyata. Itulah semangat orisinil dari seorang blogger. Doa saya kekuatan dan solidaritas kita tetap kuat terjaga. Dari daerah-daerah semangat bloger yang sebenarnya justru terpelihara dengan baik, tanpa hingar-bingar aksi para seleb blog.   
Ini suara saya sebagai blogger daerah, blogger kampung yang tak punya banyak pengalaman. Tapi kepingin menjadi blogger yang benar-benar blogger.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...