Selasa, 18 Juni 2013

Donor Lu Pung Darah Su... (catatan aksi #KupangBagarak)


Kolase (copyright: Noya Letuna)

Pada hari Sabtu (15/6) #KupangBagarak sebuah sebuah kelompok orang muda lintas komunitas yang ada di kota Kupang, melakukan acara donor darah bekerja sama dengan PMI Propinsi NTT,  bertempat di kompleks PMI Propinsi NTT depan Hotel Pelangi. Acaranya dimulai jam 9 pagi, namun karena saya masih bertugas mengawas di sekolah, saya baru bisa bergabung setelah jam 13.00.
Ini suatu gerakan yang baik dari #KupangBagarak untuk warga kota Kupang sebab darah menjadi begitu penting dan vital, namun pada kenyataanya PMI masih sering kekurangan stok darah. Berlandaskan kenyataan tersebut akhirnya teman-teman #KupangBagarak dibawah koordinasi langsung kak Danny Wetangterah dan kak Inda Wohangara berinisiatif menggelar kegiatan ini.
Uniknya, karena banyak member #KupangBagarak adalah juga seniman musik, maka konsep donor darah kali ini agak sedikit berbeda. Di halaman PMI, para koordinator menyediakan alat musik dan soundsystem yang cukup memadai untuk bisa digelar sebuah pagelaran musik akustik (ciiieeh istilahnyaaa hahaha)  untuk menghibur para pendonor yang hadir.




Namanya donor darah tentu tak sembarang orang bisa melakukannya. Ada beberapa tahap yang harus dilalui. Standarnya ya berat badan minimal 45, HB minimal 12,5, dan tekanan darah normal. Nah pada 3 tahap awal ini banyak teman-teman yang gagal untuk lanjut ke proses selanjutnya. Untungnya saya tidak. Berat badan yaaa satu kilogram diatas batas minimal (hahahah buka kartu), HB 13,7 dan tekanan darah 110/70.
Pengalaman Perdana Dondar
Ngjeam (copyright: Noya Letuna)
Awalnya sempat deg-degan. Awiii, kermendes ow dia pung rasa saat jarum ditusuk ke lengan? Apalagi saya agak sedikit kurang berani kalau melihat darah dalam jumlah banyak. (pernah dulu bujari kaki terkena seng tajam saat menjemur padi, darah mengguncur derah dan sempat panik waktu itu).
Tapi saat masuk ke dalam ruangan PMI saya sudah menguatkan hati saya. Saya usahakan perasaan saya rileks, saya buang jauh-jauh rasa takut. Sederhana saja tapi ampuh. Ketika sudah di atas tempat tidur, saya coba ajak kaka nona yang bertugas melakukan proses dondar untuk mengobrol. Pokoknya saya berusaha untuk cerewet saat itu sambil memikirkan hal yang menyenangkan tanpa fokus lagi ke darah dan darah. Motivasi terbesar saya adalah semoga dengan dondar ini, tubuh saya cocok, sehat dan bisa gemuk (begitu kata orang-orang yang sudah pernah dondar). Saya sudah kelamaan kurus, pingin gemuk ah.
Sandro Dandara (copyright: Inda Wohangara)
Sampai ketika tangan saya di gosok dengan alkohol pikiran saya sudah tidak ada lagi ke dondarnya tetapi ke lain hal yang menyenangkan. Bahkan ketika petugas menyuruh saya mengepalkan jarijari tangan kiri. Dan tiba-tiba... ada sedikit rasa nyeri di lengan kiri saya, namun sakitnya sesaat selebihnya saya merasa sedikit aneh dan geli, karena rasanya seperti ada sesuatu bergerak keluar dari tangan saya, hhahhaha...
Kurang lebih 15 menit kemudian prosesnya hampir selesai. Agak lama sebab bapak yang ada di samping saya sudah duluan selesai. Saya sempat pikiran juga, kok lama ya? Petugas menjawab bahwa kemungkinan karena pembulu vena saya yang kecil. Oh, baiklaaaah...
Proses mengeluarkan jarum pun sangat cepat dan tidak terasa nyerinya. Tiba-tiba saja petugas bilang, “silahkan ditekuk lengannya, kak...”. Eh rupanya sudah selesai.
Sungguh kejadian baru saja ini telah mematahkan penilaian salah saya selama ini bahwa dondar itu pasti menyakitkan.
Om Paul Bola (copyright: Inda Wohangara)
Setelah selesai, saya diarahkan menuju ke ruang sebelahnya tempat di mana makanan dan minuman bergizi di hidangkan khusus untuk pendonor. Ada segelas susu coklat, telur rebus, aneka biskuit, air putih dan obat tambah darah.
Sama sekali tidak terasa pusing.
Tiga bulan lagi saya harus donor lagi. Lu karmendes?

***
 
Christian Dicky Senda, blogger, penikmat sastra, film dan kuliner. Saat ini bergiat di Komunitas Blogger NTT dan Komunitas Sastra Dusun Flobamora.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...