Selasa, 30 Desember 2008

Mengenal Gangguan Citra Tubuh pada Kaum Pria


Benarkah gangguan citra tubuh hanya terjadi pada kehidupan wanita? atau apa mungkin kaum pria juga bisa mengalami gangguan citra tubuh? Awalnya saya kaget juga ketika ada tugas mereview jurnal-jurnal psikologis asing oleh seorang dosen saya. Karena sejak awal tertarik dengan teman psikologi dan gender terutama ‘the new Psychology of men’s and masculinity’. Berkaitan dengan masalah citra tubuh, sebenarnya pria Asia punya citra (gambaran mental) tersendiri akan tubuhnya yang berbeda dengan konsep citra tubuh orang barat. Hal ini ada hubungannya dengan konsep maskulin yang melekat pada diri laki-laki, konsep yang bukan terberi melainkan dibentuk oleh manusia sendiri sebagai produk kebudayaan.
Saya melihat yang mejadi masalah kini adalah bahwa era globalisasi membawa banyak perubahan dalam tatanan kehidupan atau kebudayaan dunia karena semakin sempit batasannya. Kebudayaan Barat seolah kini menjadi bagian dari kehidupan dan kebudayaan orang Timur atau sebaliknya. Hal-hal inilah yang mempengaruhi konsep budaya hingga ke perilaku umat manusia. Konsep ‘maskulin’ di Asia sendiri menurut beberapa penelitian ternyata mengalami pergeseran nilai sehingga makin sulit dibedakan dengan konsep ‘maskulin’ orang Barat. Saya mendapatkan informasi bahwa ternyata tingginya gangguan citra tubuh pada pria maupun wanita di Barat ternyata ada hubungan dengan konsep femini dan maskulin yang diberikan lingkup sosial kepada mereka, ada banyak tuntutan yang menyertai jenis kelamin dan peran gender mereka. Jika wanita dituntut untuk langsing maka ternyata pria barat dituntut untuk berotot (muscularity) sebagai bentuk naiknya derajat kemaskulinannya. Semakin berotot seorang pria akan dikatakan maskulin. Hal inilah yang ternyata berdampak buruk jika tuntutan sosial terlalu besar.
Menurut American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) berikut daftar beberapa gangguan yang berhubungan dengan citra tubuh atau Body Dismorphic Disorder:
a. Anoreksia Nervosa sering dipikirkan hanya terjadi pada kalangan perempuan itu salah, hal ini juga bisa berefek pada kalangan pria, hanya saja dengan istilah berbeda. Selalu berpikir untuk menurunkan berat badan yang dirasakan berlebihan, secara intens mereka menunjukan ketakutan akan bertambahnya berat tubuh yang disisi lain diantisipasi dengan melakukan diet yang ekstrim. Happel (1999) menemukan bahwa anoreksia juga dialami para atlet, ini berhubungan dengan keinginan mengontrol berat badan.
Studi lainnya menyebutkan bahwa ada fakta gangguan yang merupakan kebalikan dari Bulimia Nervosa, bahwa pria yang mempersepsikan dirinya kurus dan lemah, meski nyatanya mereka mereka betubuh besar dan berotot yang kemudian lebih dikenal dengan ‘Muscle Dismorphia’.
b. Bigorexia (dari kata BIG.uh.rek.see.uh) merupakan gangguan mental yang mana tipikal penderitanya adalah kaum pria dan tipikal ‘bodybuilders’, para binaragawan atau orang-orang yang terobsesi memiliki tubuh layaknya para binaragawan. Mereka hanya berfokus atau terobsesi pada bentuk fisik semata. Sebenarnya gangguan ini mirip dengan Anorexia, hanya saja jika penderita Anorexia terobsesi akan ‘thin’, langsing, sedangkan Bigorexia terobsesi akan ‘huge’ atau ‘big’ atau besar ototnya, bukan lemaknya. Sebenarnya jika pria ingin bertubuh besar dan atletis sebagaimana merupakan konsekuensi langsung dari konsep maskulinitas, maka yang menjadi masalah adalah bahwa dalam Bigorexia, seorang pria sudah sangat tergantung pada gymnasium atau health clubs. Artinya bahwa berotot secara keseluruhan saja bisa jadi belum cukup, tetapi setiap detil otot harus terbentuk baik. Tidak hanya berpikir tubuh mereka layaknya mesin, mereka juga cenderung mengembangkan sikap benci, stress, ketakutan, kemarahan dan kesulitan menerima kenyataan.
Studi di AS yang melibatkan seribu pria, lebih dari 50 %-nya mengakui ketidakbahagiaan dengan tubuh mereka, dan 40 % pria mengakui ingin melakukan ‘chest implants’ atau operasi penambahan otot di bagian dada, sehingga mereka bisa mendapatkan otot-otot dada (pectoral) yang sempurna (www.healthplace.com/tipe_bigorexia.asp.html).
c. Bulimia termasuk dalam gangguan makan yang dulunya dianggap hanya menjadi masalah kaum wanita saja. Bulimia merupakan awal dari binge eating dan konsekuensi dari obsesi untuk memuntahkan makanan yang sudah dikonsumsi. Artinya untuk menghambat naiknya berat badan mereka kemudian memuntahkan kembali makanan serta berolaha raga yang ekstrim.
d. Binge Eating merupakan gangguan dimana seseorang hanya makan dengan jumlah yang tidak normal sekaligus tidak mampu untuk merubah diri dengan makan secara normal. Kadang mereka merasa didukung secara sosial dan depresi. Menurut Medical Directors Of Eating Disorder dari Friends Hospital, di Amerika dalam kasus gangguan makan 40 % adalah pria (www.healthplace.com/men_dysmorphia_3.asp.html)

e. Muscle Dismorphia
Jika ketiga gangguan diatas dialami pria dan wanita, maka Muscle Dismorphia hanya dialami oleh para pria saja. Menurut Wikipedia.org, setelah lebih dari 2000 studi tentang Muscle Dysmorphia dikatakan bahwa rata-rata gangguan ini muncul pada usia 19.4 tahun. Ada obsesi yang besar dengan pikiran bahwa merka masih saja belum berotot, sehingga secara kompulsif menyediakan waktunya untuk berlatih di gym,/berolah raga ektra di tempat fittnes. Jadi yang ada dipikiran mereka adalah bahwa meskipun sudah berusaha keras mereka masih saja merasa (delusi) ‘kurus’ atau ‘kecil’ atau masih terlalu ‘gendut’, padahal mungkin saja bagi orang lain kenyataanya mereka sudah cukup atau diatas rata-rata memiliki tubuh berotot. Terkadang hal ini disebut Bigorexia, karena ada perasaan ‘gagal’ menurut mereka, meski kenyataanya tidak.
Ciri-ciri Muscle Dysmorphia:
1. Secara konstan selalu bercermin. Menurut penelitian jika pria normal bercermin rata-rata 9.2 kali sehari, maka penderita muscle dysmorphia dan Bigorexia bisa hingga 50 sehari di depan cermin (www.healthplace.com/tipe_bigorexia.asp.html).
2. Selalu membandingkan tubuh mereka dengan tubuh orang lain
3. Membenci
4. Menjadi stres jika mereka sekali saja lupa mengikuti sesi latihan di gym atau lupa mengkonsumsi makanan pendukung untuk pertumbuhan otot.
5. Menjadi stress jika dalam sehari saja jika tubuh mereka tidak menerima konsumsi protein sebagaimana mestinya.
6. Potensial dalam penggunaan obat-obatan pendukung atau suplemen khusus otot.
7. Gangguan dalam hubungan interpersonal dengan keluarga, relasi dengan teman, dan pekerjaan karena terlalu sering berlatih di gym.
8. Selalu delusi bahwa tubuh mereka gendut atau terlalu kurus (dibawah rata-rata standar keberototan).
9. Dalam kasus ekstrim mereka bisa melakukan suntik cairan Syntol, dsb (protein sintetis atau hormon sintetis).
Sering Muscle Dysmorphia disebut juga dengan istilah Megarexia atau ‘menuju anorexia’ (http://www.goaskalice.columbia.edu/1643.html). Meskipun mereka punya beragam aktifitas, namun keinginan yang cukup besar hanya untuk pergi ke gym, berlatih di depan cermin dan terus berlatih dan terjebak dalam keasyikan yang kronis, keasyikan yang irrasional bahwa dengan itu mereka akan selalu terlihat kecil dan atletis.
Kadang mereka mendukungnya dengan mengkonsumsi obat-obatan untuk menaikan masa otot, baik itu steroid maupun Human Growth Hormone (di USA sudah tergolong dalam drugs, berupa hormon sintetik yang berfungsi meningkatkan otot-otot), yang kadang dipersepsikan sebagai satu-satunya cara untuk mempertahankan otot mereka. Padahal steroid dapat membahayakan fungsi hati sedangkan Human Growth Hormon bisa menyebabkan hipertensi, gangguan liver, jerawatan dan diabetes. Penelitian oleh Departement of Health di United Kingdom of England (dalam www.healthplace.com/tipe_bogorexia.asp.html), menyebutkan bahwa dari 1.300 pria yang secara rutin melakukan aktifitas di gymnasium, ditemukan 9 % menggunakan obat-obatan pendukung (steroids).
Ada juga istilah Adonis Complex yakni sebuah gangguan berupa obsesi akan tubuh dn penampilan fisik secara keseluruhan. Ini berhubungan erat dengan Muscle Dysmorphia. Namun yang menjadi karakteristik gangguan ini bahwa obsesi seseorang untuk berotot timbul karena ada sosok lain atau karakter lain diluar dirinya, misalnya tokoh kartun anak-anak G.I. Joe di Amerika yang digambarkan berotot, kuat dan sangat maskulin. Adonis sendiri berasal dari motologi Yunani, tokoh yang bernama Adonis yang juga terobsesi akan tubuh berotot dengan begitu
Dalam kultur Amerika berotot adalah kuat, mendominasi, dan bertenaga. Semuanya sudah terefleksikan lewat penokohan lewat media, lewat figur-figur Arnold Swarzenegger, Silvester Stallone, tokoh-tokoh mainan, kartun, video game,dll. Sejak kecil anak-anak Amerika sudah belajar untuk tumbuh menjadi pria yang berotot. Berotot berarti mempunyai daya tarik seksual yang lebih. Anak-anak belajar bahwa mempunyai otot yang besar berarti nantinya mampu berkompetisi sebagaimana layaknya yang dituntutkan budaya kepada mereka.

Daftar Pustaka

Filaire, E. et al., 2005. Eating attitudes, perfectionism and body-esteem of elite male judoists and cyclists, Journal of Sports and Medicine, 2007, 6, 50-57: Universite Claude Bernard of Lyon, France. Diunduh dari http://www.jsmm.org
Happel, CC. 1999. Male Anorexia Nervosa: An Exploratory Study. Virginia University: USA
Hultom, C. 2006. Boys, body image and eating disorders, Vol. 67 EATING DISORDER SURVIVAL GUIDE FOR PARENTS, diunduh dari www.EDsurvivalguide.com
Jacobi, L., & Cash, T. F. (1994). In Pursuit of the Perfect Appearance. Journal of Applied Social Psychology, 24, 379-396
Luo, Y., Parish, W.L and Laumann, E. 2005. Body Image 2, 333-345. University of Chicago: IL, USA. diunduh dari http://www.elsevier.com/locate/bodyimage.php

Kowner, R. 2002. Japanese Body Image: Structure and Esteem Scores in Across-Cultural Perspective, International Journal of Psychology, 2002 – 37 (2), 149-159; diunduh dari http://www.tandf.co.uk/journals/pp/00207594.html

O’dea, J.A and Abraham, S. 1999. Improving the Body Image, Eating Attitudes, and Behaviors of Young Male and Female Adolescents: A New Educational Approach that Focuses on Self-Esteem. University Of Sydney: Australia

Pope HG Jr, Phillips KA, Olivardia R. 2000. The Adonis Complex: The Secret Crisis of Male Body Obsession. New York, Free Press

Yang, C.J., Gray P, Pope HG Jr. 2005. Male Body Image In Taiwan Versus the West: Yanggang Zhiqi meets the Adonis Complex, an article at Am Journal Psychiatry; 162:263-269. Diunduh dari www.ajp.psychiatryonline.org.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...