Senin, 15 Desember 2008

Ini Bukan Gado-Gado, Ini Jeritan CERAH HATI!






Ini cara saya dalam berkomentar, bagaimana dengan anda? Hayo, kita ‘bermain’ komentar, yuuukk! (eits, tunggu dulu *hati lagi termehek-mehek*, ditulis sambil dengar duet terbaru Rossa dengan Pasha Ungu, Sekali Cinta Tetap Cinta, kalau dua-tiga kali cinta tetap? doyan namanya..he-he ngawur yah?! Tulisan ini awalnya juga dari pikiran yang ngawur karena banyak tugas laporan praktikum tes proyektif huh!)

1.Kita mulai dari peristiwa yang dialami bapak yang satu ini, creng...dede...dreeengg...! Yakh, Presiden AS George W Bush ketimpuk sepatu. Dalam sebuah jumpa wartawan di Irak. Konon ‘tradisi’ melempar sepatu sebagai simbol penghinaan terhadap seseorang di Arab. Hal yang sama juga pernah terjadi pada patung Sadam Husein saat diruntuhkan, banyak masyarakat yang menginjak-injaki dengan sepatu sebagai tanda kekecewaan sekaligus penghinaan. Bagaimana dengan di Indonesia? Ah, dulu artis RF (yah yang skuter ini, a.k.a selebriti kurang terkenal, lagi miskin prestasi!) pernah menimpuki pacar salah satu penyanyi muda yang suaranya ngejazz abis dengan high heelsnya, mungkin sang artis juga menganut paham seperti masyarakat di Arab sana. By the way, kasihan yah pak Bush junior ini, untuk beliau bisa cepat menghindar, sieth…seth…cihaaaa kayaknya pak Bush suka latihan silat yah sehingga bisa cepat gitu mengantisipasinya.
2.Kata bapak Wapres JK, premium rencananya tidak akan disubsidi lagi (?). ‘Bagus pak, karena toh selama ini yang menikmati premium kan yah mereka-mereka yang bermobil itu kan? Mending subsidi itu dialihkan ke gas saja pak JK?’. Tapi ternyata saya salah harga premium turun menjadi 5 ribu rupiah per tanggal 15 Desember pukul 00.00 WIB (pagi tadi). Solar malah jadi Rp. 4.800,-. Namun pertanyaan saya apakah harga angkot, bus kota dan angkutan umum lain. Juga perubahan harga barang-barang karena biaya distribusi barang yang pasti akan menurun. Semoga yah pak JK?!
3.Omong-omong ‘termehek-mehek’ (saya tidak tahu persis arti kata sebenarnya, tersedu-sedu mungkin, atau terobrak-abrik perasaan mungkin iya, entahlah) saya jadi ingat dengan kontroversial berjudul sama di salah satu TV swasta tanah air. Ini soal perdebatan antara wajar dan tidak wajar (untuk ukuran orang Timur), antara ruang privat dengan ruang public, antara penting tidak penting dan masalah pribadi atau masalah umum?. Menarik memang melihat sesuatu yang reality, terkesan menantang dan terbawa emosi namun akan kembali lagi soal pantas tidaknya masalah pribadi diuber-uber kamera tersembunyi dan ditonton berjuta-juta pasang mata setanah air.
Saya sebenarnya penikmat acara reality show tapi agak jarang nonton karena terkadang ‘bertambarakan’ dengan aktifitas saya. Selain ‘Termehek-Mehek’ saya juga menggemari ‘Oprah Big Gives’ di Metro. Karena hobi saya suka mengamati hal-hal yang menarik sekaligus ‘janggal’ untuk kemudian menjadi menarik untuk ‘diutak-atik’, itu serunya. Sebagai mahasiswa Psikologi saya pun harus belajar melihat reality yang ada di sekitar, dan kalau banyak orang mempermasalahkan efeknya negatif yah memang itulah gambaran kualitas manusia di Negara kita (aduh, semoga tidak terlalu berkesan terdramatisir he-he…). Memang tidak kalah menarik jika kita melihat kejelekan dan masalah orang lain selain baiknya orang itu. Dan orang-orang pun banyak yang suka mempertontonkan kebaikan juga kejelekannya untuk ditonton orang-orang se-Indonesia. Saya pun jadi sadar betapa memprihatinkan masyarakat kita (mungkin juga saya!) yang benar-benar kehilangan arah, terjebak habis-habisan oleh penjajahan industri kapitalis. Ah, saya jadi malu.
4.Masih terkait, saya membaca di salah satu Koran lokal Jogja yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka, soal tingginya angka penjualan produk CCTV atau Closed Cirkuit Televisi) kamera yang tersembunyi disudut-sudut ruangan sebagai pengintai di wilayah pemasaran DIY-Jateng. Alasan si penjual adalah bahwa belakangan tindakan kejahatan marak ternjadi dan terbukti bahwa CCTV ternyata bisa berperan dalam memberikan informasi penting atau sebagai barang bukti. Masih ingat kasus kematian penyanyi Alda Risma, aksi terosis di depan gedung kedutaan Autralia dan teror di India baru-baru ini telah mengokohkan fungsi dari alat kecil tapi besar manfaatnya ini. Anda tertarik memasang di rumah atau di kantor? harganya dari Rp. 600.000,- 25 juta.
Saya juga pernah membaca di Koran lain bahwa ternyata London ternyata adalah salah satu kota di dunia dengan rasio CCTV terbesar di dunia jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya, artinya bahwa satu kamera bisa beberapa orang (angkanya saya lupa). Wah, wah betapa hidup masa kini memang soal privasi makin minim saja. Kemana-mana selalu terekam kamera. Teman saya berkomentar betapa susahnya jadi anak muda di Jakarta yah. Saya Tanya kenapa? lha, lihat saja berapa jumlah acara reality show di TV yang saban hari memperlihatkan aktifitas ‘penyergapan’ dan ‘pengintaian’ kamera acara-acar TV tersebut terhadap aktifitas seorang yang menjadi target dalam acara tersebut. Lihat saja si pria selingkuh dengan perempuan lain, si cewek melaporkan si pacar ke acara TV itu dan di aktifitas si laki-laki diintai secara sembunyi-sembunyi’ kata teman saya ini panjang lebar. Benar juga yah.
5.Ini soal gas yang belakangan langkah. ‘saya jadi bingung dengan sikap pemerintah, kasihan rakyat sudah dipaksa beralih dari minyak tanah ke gas, eh baru saja tarik napas karena ngos-ngosan belajar memakai gas, eh si gas malah hilang dari pasaran’. Oknum penjual malah memanfaatkannya dengan menimbun kemudian dijual mahal. Saya jadi makin suka dengan pemerintah yang LAMBAN ini karena saya sudah muak dengan kinerja, mau 2009 bukan sibuk ngurusin rakyat, saban hari yah si Bapak kita itu nongol aja di TV.
6.Kalau yang ini soal pupuk yang juga langka.
‘heran yah sama bangsa ini yang perlahan seolah mau lari dari jati dirinya yang ‘tercipta’ sebagai Negara AGRARIS. Akhirnya yah beras, yah jagung yah kedelai saja masih impor. Apa kelangkaan pupuk ini benar menjawab pertanyaan saya? Saya lucu dengan ulah para pemimpin kita, sudah pupuk langka, eh dulu padinya saja LETOY karena katanya unggulan, eh gak ada isinya. Memang benar TONG KOSONG NYARING BANGET BUNYINYA! semenjak Suharto lengser, tak ada satupun PRESIDEN yang mau mengakui bahwa kita ini Negara AGRARIS dengan menggalakan semangat AGRARIS itu, yah perbaiki irigasi, pembibitan, dsb’.
7.Film LASTRI akhirnya benar-benar GAGAL!
‘saya sedih dengan isi kepala sebagian masyarakat Indonesia yang menolak produksi film LASTRI. Dengan alasan film ini berbau KOMUNIS! Hanya karena mereka baru saja tahu bahwa cerita film berlatar tahun 1965. Ada banyak pihak yang mungkin takut KETAHUAN BELANGNYA, betapa tragedi tahun 1965 bagi saya tidak lebih dari skenario untuk menggagalkan salah satu pihak dan mengunggulakan satu pihak, bahwa ternyata kita takut mengakui bahwa ada pelanggaran HAM berat pada waktu itu, tak kalah hebat dari aksinya HITLER, bahwa ternyata mereka yang TEWAS dibantai itu banyak yang adalah korban semata, tanpa diadili, mereka mati karena sebuah STIGMA!. Dan lagi-lagi yang menolak itu juga karena sudah puluhan tahun otak kita sudah dicuci habis saban 30 september oleh film yang wajib diputar di TV Nasional itu.
Saya dengar setelah di tolak syuting di SOLO, ketika hendak pindah ke Jogja pun akhirnya ditolak, lalu ke Sukabumi/Sumedang juga ditolak. Lantas kita masih ngaku-ngaku Negara DEMOKRASI? mana kebebasan berkespresi? Coba kita biarkan bung Eros Djarot,dkk menyelesaikan syutingnya, kan ada lembaga sensor film, dan jika memang film itu berbau komunis atau mengajarkan komunis kan bisa dilaporkan ke polisi, di siding kalau terbukti bersalah yah di penjara aja para pembuat film ini, jika memang mereka salah. Karena orang tolol saja yang sudah menilai sesuatu misalnya makanan ini asin atau pahit, bahkan sebelum sesuatu itu dibuat, dicampur, dibumbui, atau direncanakan untuk dibeli bumbunya? Konyol saja! Hari ini semua orang diberikan kesempatan untuk menjadi polisi, berlaku main hakim sendiri, merasa paling benar dan orang lain selalu salah sebelum ada bukti kuat. Semua hanya ada di mana anak-anak? yah di Indonesia pak guru…100 deh buat kalian semua anak-anakku yang pintar-pintar ini.
Saya jadi berpikir lagi, mang kita masih di jaman ORDE BARU apa REFORMASI sih? Kini tak lagi pemimpin, polisi atau tentara saja yang bersifat represif, masyarakat pun seolah dibiarkan untuk berlaku represif terhadap kelompok masyarakat lain, yang mayoritas menekan yang minoritas, semua pada berlagak ala preman sehingga lagi-lagi polisi kehilangan legitimasinya, powernya! Negara yang edan.
8.Coldplay adalah satu-satunya grup dari Inggris dengan nominasi terbanyak dalam ajang Grammy Award untuk album terbarunya. ‘mereka adalah salah satu band favorit saya. Belakangan ketika album ‘Viva la vida…’ muncul mereka memang hebat. Mendengar single ‘Via La vida’ memang khas Coldplay, dengan orkestrasi yang kental dibuktikan dengan jreng-jreng dari biola dan alat gesek lainnya yah melengking. Ah, keren.
9.Kalo berbicara musik indie dalam negeri satu yang gokil dan menarik secara tematik adalah album terbaru dari grup band ‘Efek Rumah Kaca’ dengan album berjudul Kamar Gelap. Makin matang dan berisi, sarat kritik sosial misalnya dalam lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika, yang berdasar atas makin maraknya video atau foto tidak senonoh dari para remaja Indonesia. Ada juga lagu dengan isu lingkungan dan kosupsi. Tak sabar melihat aksi mereka di kampus FIB UNY.
Komentar saya: ini dia seniman sejati, anak band sejati. Jangan hanya terjebak tren lagu-lagu ‘termehek-mehek’ he-he (bukan mau mengikuti jejak MUI yang sudah menegur bahkan ingin membuat fatwa soal lagu-lagu yang marak bertema ‘selingkuh-selingkuhan’ gitu hehe..Jadi ingat juga soal cerita di era 80-an lagu-lagu yang dibilang cengeng misalnya lagu-lagunya Obie Mesakh yang sempat dilarang Pak Harmoko. Saya malah gatal untung berkomentar lagi, bukankah secara psikologis perilaku-perilaku ‘aneh’ dari masyarakat Indonesia, menggambarkan kondisi apa adanya kualitas mental kita saat ini? Seharusnya jadi cambuk juga buat pemerintah, mengapa demikian, jangan asal fatwa sana sini. Tanya kenapa sinetron dan lagu-lagu ‘cengeng’ atau ‘selingkuh’ jadi juara di sini?
10.Hari ini saya sakit dan terpaksa harus bedrest, flu berat deh! Lantas saya menyaksikan salah satu acara reality show yang sepertinya sudah membuat pemirsa TV tanah air sudah ‘mempermehek-mehekan’ (saya makin bingung dengan kata ini!). Soal si bule yang doyan selingkuh, soal paket misterius yang diterima sang pelapor berisi bangkai burung dara dan sebuah boneka Barbie, orang tua korban lain yang pemabuk, dan si bule yang sudah mengganti gandengan baru kakak dari si pelapor. Aneh. Saya sempat bertanya lagi ke teman saya apa ini benar adanya? Saya lantas berpikir lebih dalam, saya kira hal-hal seperti itu hanya ada di sinetron atau film saja, apa ini kenyataanya orang Indonesia masa kini? Apa mungkin ada pengaruhnya dengan tayangan sinetron yang sudah sukses mencuci otak orang Indonesia? Entahlah, saya masih diam. Teman saya juga begitu. Ah, saya pun tak mau tertipu se’reality’ apapun ‘show’nya.
11.Kemarin saya menyempatkan diri untuk membuka profile mas Muhammad Guntur Romli di Facebook, dan mengetahui jika Novel terbaru Ayu Utami ‘Bilangan Fu’ itu didaulat menjadi best roman dalam Katulistiwa Literary Award, sedangkan puisi terbaik diberikan kepada Nirwan Dewanto lewat kumpulan puisinya ‘Jantung Lebah Ratu’. Selamat yah.
12.Anggaran pulsa bulanan mahasiswa Jogja lebih besar dengan anggaran belanja buku bulanan. Saya mendengar cerita dari teman saya soal hasil penelitian ini. Saya juga tidak tahu persis siapa penelitinya, namun jika itu sudah menjadi ‘generalisasi’ maka sudah pasti penelitian itu melibatkan subjek penelitian yang banyak.
13.Terkait soal represif, juga soal film LASTRI juga, dan saya kira sejumlah persoalan-persoalan yang terjadi pada Bangsa kita ini. Saya baru saja membaca sebuah novel karya Seno Gumira Ajidarma berjudul Kalatidha. Kata KALATIDHA sendiri berarti zaman rusak, mengacu pada tulisan Ranggawarsita (1802-1873), saya mengutip dari novel Seno:
‘mengalami zaman gila/ hati gelap kacau pikiran/mau ikut gila tak tahan/jika tidak ikut tak kebagian/ akhirnya kelaparan/sebenarnyalah kehendak Tuhan/ seuntung-untungnya yang lupa/lebih untung yang ingat dan waspada’.
Apa benar dugaan Ranggawarsita itu telah terwujud nyata kini? Jika merujuk kata ‘jika tidak ikut tak kebagian’ mungkin tepat sekali menggambarkan perilaku KORUP dari banyak sekali pejabat-pejabat kita, yah tak ikut tak kebagian memang benar karena yang ada sekarang adalah memikirkan diri sendiri dan memikirkan kelompok sendiri (dan partai sendiri) tak usah peduli deh sama orang lain.
Di Kalatidha, Bung Seno mengambil set cerita peristiwa G30 S/PKI lengkap dengan cuplikan berita di Koran-koran Indonesia pada masa itu, dan kebetulan latarnya sama dengan latar di film Lastri hanya saja seperti yang sudah diberitahu Eros Djarot bahwa sama sekali tidak berhubungan dengan paham komunis, lebih dominan cinta-cintaan antara manusia yang kebetulan ‘terjebak’ dalam peristiwa berdarah tersebut. Dan nyatanya nasib Kalatidha dengan Lastri berbeda. Kalatidha sudah beredar dari Januari 2007 tanpa protes sedangkan yang apes bagi Lastri adalah belum syuting saja sudah ditolak mentah-mentah. Awal bulan ini saya ke pameran buku akhir tahun di Wanitatama, di stand penerbit Galang Press ternyata banyak sekali buku-buku berkaitan dengan peristiwa tersebut, kebanyakan sih adalah para korban, mereka yang puluhan tahun hidup dalam lingkaran bernama stigmatisasi, ‘lu kan anak PKI, lu kan cucu PKI, dsb..dsb..kasihan mereka. Ada ketidakadilan mengangga disana, hanya demi kepentingan politis semata dari salah satu pihak yang kemudian mengabaikan orang lainnya, hingga yang paling asasi pun dirampas! Memalukan sekali. Lantas sampai kapan kita harus jujur dengan diri sendiri soal SEJARAH BANGSA kita, meskipun sekelam, sebejat atau semulia apa pun? Sampai kapan kita harus hidup dengan deretan kepura-puraan? Saya pun hampir tak kuat lagi melihat deretan buku-buku yang rata-rata bercover ‘nyentrik-menggugah’ maksud saya berwarna berani dan bergambar berani pula. Saya bahkan tak mampu melanjutkan bacaan novel saya.
Yah, inilah wajah zaman Rusak lagi edan barangkali! Ada saja masalah. Korupsi, kemiskinan, AIDS yang angka estimasinya meningkat tajam, pupuk petani yang susah, ormas-ormas yang berlagak preman, kebutuhan-kebutuhan pokok yang mahal, belum lagi soal efek pemanasan global, makin banyak orang stress, depresi bahkan bunuh diri, saling jagal-menjagal, perilaku konsumtif masyarakat, disisi lain kita sudah dihajar habis-habisan oleh industri raksasa bernama Kapitalis sampai-sampai kebingungan hendak dengan cara apa kita melawan atau mengambil langkah preventif. Waduh sepertinya akan tak muat jika kita sebut satu persatu.

(Jogjakarta, 15 Desember 2008, 17:30 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...