Jumat, 17 Oktober 2008

Ketika Sultan Jadi Presiden

Sultan Jogja Hamengkubuwono X tentu bagi saya adalah sesosok pemimpin yang hebat, berkharisma dan selalu jujur. Saya pertama kali mengetahui siapa itu Hamengkubuwono X sebenarnya ketika waktu itu saya kelas lima SD, saya ingat betul ketika itu Reformasi terjadi di Indonesia dan sosok Sultan Jogja ini tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa ini. Saya ingat betul ketika ayah saya dari Kupang harian Pos Kupang, Kompas juga majalah Tempo yang memuat profil Sultan. Meskipun di daerah terpencil (pegunungan Mollo bagian Utara, Timor) waktu itu kami sekeluarga tidak ketinggalan berita Nasional. Karena waktu itu di rumah tidak ada TV (ada namun tak terpakai dengan alasan kondisi geografis membuat kami kesusahan menangkap sinyal TV). Saya membaca dengan bersemangat meski tidak saya ketahui sepenuhnya soal peristiwa itu, atau proses politik dibelakangnya, yang saya ingat adalah ada beberapa mahasiswa yang tewas tanpa tahu siapa yang seharusnya bertanggungjawab. Kontan saya pun mengenal dekat sosok-sosok seperti Sultan, ibu Megawati, Amien Rais, atau Gus Dur yang waktu itu turut berperan dalam peristiwa itu.
Di sebuah majalah wanita milik kakak perempuan saya, ada juga profil tentang keluarga Kraton ini. Saya lantas jadi tahu siapa nama istri beliau juga anak-anaknya yang perempuan semuanya. Lama sekali untuk mengikuti berita tentang beliau, terhitung hingga ketika saya melanjutkan kuliah ke Jogja. Ketika kuliah inilah saya benar-benar mengetahui lebih mendalam akan sosok dengan nama gelar lain yakni BRM Herjunodarpito – GPH Mangkubumi - - KGPH Haji Mangkubumi, SH. Itu karena saya tinggal di Jogja sehingga otomatis apa yang terjadi dengan Jogja juga beliau saya ketahui baik lewat TV ataupun Koran local seperti Kedaulatan Rakyat.
Seperti kata saya tadi beliau mungkin saja menjadi Sultan yang istimewa di daerah yang Istimewa (meski keistimewaan itu belakangan kembali menjadi isu sensitif dan katanya sangat politis sekali, saya memang kurang begitu paham soal politik namun sah dong jika saya melihat sosok politikus sepeti Sultan bukan dengan kacamata politik). Keistimewaannya antara lain begitu kuat tergambar ketika dalam salah satu Episode acara TV Kick Andy di Metro TV beberapa waktu lalu. Saya melihat sosok pemimpin yang kalem tapi tidak kehilangan ketegasannya sebagaimana pembawaannya sebagai seorang raja Jawa, bijaksana, kritis, hingga hal-hal lain dari pribadinya misalnya soal keputusannya untuk tidak berpoligami sebagaimana umumnya raja-raja dimanapun, komitmennya yang besar pada dunia kebudayaan, Nasionalisme, NKRI atau Pancasila dengan Bhineka Tunggal Ikanya. Jelas semuanya menandaskan bahwa beliau adalah sosok pemimpin yang cerdas dan tidak terlalu kaku, fundamental, otoriter sebagaimana juga kebanyakan raja-raja yang ada. Saya kira kekritisan juga dialog yang selalu menjadi keutamaannya dalam berkarya. Saya semakin jelas melihat ada beberapa hal unik dari diri Sultan sebagai pemimpin yang bisa jadi sangat dibutuhkan Negara kita saat ini. Jelas saya respek dengan orang yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan juga keberagaman. Untuk yang terakhir ini jelas penting dan perlu untuk kondisi bangsa Indonesia kini, semangat pluralism. Karena hanya semangat inilah yang menguatkan Indonesia hingga kapanpun, tak tergantikan deh.
Beberapa waktu lalu untuk keistimewaan propinsi DIY, memang sempat terjadi sedikit ‘perang’ statement yang jelas ada unsur politisnya, untuk ini jujur saya tak tahu banyak, namun bagi saya jelas sah jika Sultan sebagai pemimpin, Raja, mempertanyakan kelanjutan dari keistimewaan Jogjakarta ini, demi rakyat Jogjakarta, demi keadilan. Ini juga ada hubungannya denga sejarah, perjanjian antara sultan Jogja dulu dengan pemerintahan Indoensia hanya karena Jogjakarta jelas sudah lebih dahulu berdaulat dibandingkan Indonesia. Ah, tak usah bicarakan itu. Karena sangat politis kita tentu tak tahu motif dibelakang peristiwa ini, baik itu ‘serangan’ statemen dari pihak-pihak luar Keraton. Apapun itu, saya bangga akan sikap Sultan yang selalu bijaksana tenang, khas seorang raja besar. Dan jelaslah jika pihak mana yang terkesan ‘lebaay’ dalam bersikap, apakah ini sebagai bentuk kecemasan,ketakutan atau kecemburuan kepada Sultan jika akan maju sebagai Presiden bisa jadi iya, kondisi ini memang selalu dipakai lawan politik untuk menyerang. Lawan politik yang selalu kekanak-kanakan, selalu tidak pe-de.
Apapun itu keputusannya jelas dari hati yang terdalam saya lebih memilih jika Sultan masuk dalam bursa calon Presiden di 2009 nanti. Toh, ini bukan saya merugikan masyarakat Jogja namun malah membawa kebanggaan tersendiri, misalkan saja Sultan terpilih menjadi Presiden, Bangga dong ada raja Jawa juga memimpin Indonesia. (saya lantas teringat sosok patih Gajah Mada dengan semangat ‘nasionalisme’nya mempersatukan Nusantara. Kehadiran Sultan jelas bisa bisa membawa perubahan atau melanjutkan cita-cita patih Gadja Mada terus menguatkan NKRI, Pancasila dan kebhinekaanya seperti yang sudah Sultan lakukan selama ini. Saya menjadi tidak ragu lagi.
Sultan Hamengkubuwono X bukan saja istimewa sebagai raja Jawa kini, namun konsistensi belai dalam hal nasionalisme, pluralism, kebudayaan dan spiritulitas tentu memberi warna tersendiri bagi pemimpin masa kini. Ingatan saya pun melampaui sekat waktu kira-kira beberapa bulan lalu saya membaca dalam sebuah buku tentang bagaimana peran aktif seorang Sultan ketika runtuhnya rezim Orde Baru diikuti oleh sekian kerusuhan dimana-mana, namun tidak di Jogja, hanya karena begitu besar peran seorang Sultan Jogja ini menenangkan ‘kecemasan-ketakutan-emosi’ rakyat Jogja. Salut. Juga pikiran saya dibawa pada ruang waktu beberapa hari lalu ketika Sultan membuka kampanye masyarakat Jogja untuk kembali bersepeda.
Akhirnya saya menutupi tulisan saya ini dengan sekian hormat kepada Sri Sultan Hamengkubuwono, yang sudah dengan hati dan jiwa yang ksatria member sekian warna perubahan pada Indonesia, sedikit atau banyak saya yakin itu sudah mampu membakar semangat sebagian masyarakat Indonesia, terutama soal rasa persatuan dan kesatuan itu, keindonesiaan yang pluralis. Semoga ini bukan saja mimpi bagi saya jika Sultan benar-benar maju sebagai Presiden di pemilu 2009 nanti.
(beberapa waktu lalu saya mebuka situs acara Kick Andy di www.kickandy.com, dan ada kolom poling capres 2009, saya begitu terkejut dan bangga karena oleh para pengunjug situs bung ‘Kribo’ Andy Noya itu sultan mendapat polling tertinggi mengalahkan nama-nama seperti SBY, Megawati atau Amien Rais. Saya berpikir, jelas kondisi ini mengggabarkan siapa-siapa sih orang yang menikmati tayangan Andy Noya ini? dan karakter apa dari Kickandy lovers tentu bisa dipahami mengingat imej acara ini juga penonton acara ini tentu saja tak bisa dinafikan sudah menggambarkan siapa mereka (maaf jika ini berlebihan, namun bagi saya tak sembarang orang yang menonton atau mengunjungu situs Kick Andy). Jelas keduannya berhubungan. Meski mungkin saja orang-orang seperti itu masih sedikit, namun saya optimis masyarakat sekarang tidak bodoh. Maka Sulta tentu saja memilikki kans besar untuk itu)
Saya lantas menguatkan tekad saya, pilih atau dukung SULTAN HAMENGKUBUWONO X menjadi CAPRES 2009!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...