Rabu, 10 September 2008

Manusia Indonesia VS Binatang Dic USA


Saya sih kaget aja dengan satu berita ini, mungkin juga anda. Dari sebuah jajak pendapat oleh Petlan sebuah perusahaan asuransi hewan piaraan di AS sana diperoleh hasil yang mencengangkan itu. Pasalnya dari 1.105 responden yang dilibatkan diperoleh kesimpulan bahwa mereka /warga AS sepanjang tahun 2007 telah membelanjakan 48 Miliar dollar AS atau Rp. 432 triliun atau setengah dari APBN bangsa kita yang memenuhi keperluan 220 juta orang setahun.(dalam Kompas edisi senin, 8 september 2008.)
Saya begitu ‘terpukau’ sekaligus heran-geleng-geleng kepala. Hanya itu, sebelum akhirnya berpikir lebih lanjut dengan kondisi sama saudara saya di Inonesia yang masih terbilang banyak mengkonsumsi nasi aking (nasi bekas yang dijemur dan diolah lagi untuk dimakan) sedang di AS sana binatang piaraannya saja mungkin sudah makan enak (dan mahal) lebih dari warung tegal, tinggal dikandang yang jauh lebih nyaman ketimbang saudara-saudara di pinggiran kali Code Jogjakarta atau bahkan sudah ‘wara-wiri’ ke salon sebulan dua hingga tiga kali mandi atau sekedar meni pedi (potong kuku). Hidup mereka bahkan diasuransikan segala. Saya saja jadi iri betapa hari-hari saya sebagai mahasiswa pas-pasan kalah sama ‘gaya hidup’ binatang piaraan orang AS. Ini jelas menggambarkan bahwa kita, bangsa kita sudah ketinggalan jauh bukan saja manusianya bahkan ditinggal jauh oleh binatang piaraan negeri paman sam itu. Pernah ada berita dibuatnya hotel khusus binatang piaraan atau restoran khusus.
Oh, Tuhan. Betapa kesenjangan di dunia ini kian kentara, sehingga ‘harga’ hidup seorang manusia di sudut bumi lain tak seberapa dengan ‘harga’ hidup anjing atau kucing di sudut bumi yang lain. Jelas ini bukan yang diinginkan apalagi diperintah oleh Tuhan kepada manusia. Kalau sudah begini apa solusinya?
Kiranya berita ini menjadi acuan atau cambuk bagi pemerintah juga rakyat Indonesia untuk optimis maju dan bekerjasama membangun kesejahteraan rakyat. Jelas bahwa kemajuan Negara adidaya itu tak lepas juga karena buah dari ‘memperdayai’ bangsa lain. Saatnya kita lepas dari ‘perdayaan’ itu. Saatnya kita bangkit, kita hidup mandiri. PR buat generasi muda Indonesia, jangan sampai 10 atau 20 tahun lagi kita malah terus-terusan ‘puasa’ hingga kelaparan disaat yang sama anjing dan kucing di AS sudah menikmati hidup di ‘hotel’ bintang lima, makan di restoran mahal atau sekedar ‘ngopi’ di Starbucks, waduh, jangan sampai deh.
Jika di AS binatang saja sudah kecipratan kekayaan/kesejahteraan dari tuannya, maka di Indonesia sebagian besar rakyatnya masih terus kecipratan dosa hasil KORUPSI segelintir orang sesama warga Negara sendiri, kecipratan utang luar negeri, kecipratan kebijakan yang membelenggu rakyat namun herannya ditandatangani konon atas nama rakyat. Lha, kalau sudah begini ujung-ujungnya rakyat jugalah yang kecipratan ketidakjujuran pemimpin pemerintahan atau para wakil-wakil rakyat itu.
Saya jadi berpikir lagi gimana sih sarapannya anjing di AS? Pasti lebih lezat lagi mahal daripada nasi sarapan saya, sega kucing alias nasi kucing. He-he jadi ingat kalau di Jawa nasi kucing saja bisa dimakan manusia, gimana yah rupa makanan kucing betulan? Sudah pasti akan berlaku makanan tuan harus lebih enak ketimbang makanan hewan piaraan. Lantas jika masih ada mansia yang makan nasi aking, lantas kucing makan apa? Aduh Gusti, adakah hari esok yang sejahtera bagi rakyat Indonesia? Saya tunggu yah, AMIN!!!!
Bumijo Lor, 1215 Jetis Jogjakarta (8/9/08)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...