Senin, 29 September 2008

Facebook dan Narsisisme


Saya tak begitu kaget dengan berita di Koran media Indonesia edisi jumat, 26 September kemarin, pada kolom ‘pause’ Fcebook ukur tingkat narsis, soal berita hasil penelitian seorang ilmuwan AS, prof W Keith, atas diri pengguna situs pertemana yang sedang ‘tren’ ini, Facebook. Beliau memulai dugaannya dengan mengaitkan dengan variabel ‘narsisime’, dan ternyata hasilnya benar-benar menjawab dugaan beliau bahwa ada korelasi positif antara penggunaan Facebook (atau situs-situs pertemana sejenis) dengan perilaku narsisime. Narsis disini dimulai dengan jumlah teman berpengaruh terhadap tingkat PD seseorang yang berlanjut kepada meningkatnya sikap narsis. Begitu sebaliknya.
Saya tidak terlalu kaget karena tak sengaja dalam sebuah diskusi dengan dosen di kelas membahas soal dugaan saya (masih sebatas dugaan karena ada pengalaman pribadinya he-he) soal menjamurnya penggunaan Blog pribadi di internet yang memungkinkan seseorang terbuka kepada ‘dunia’, yang malah kadang blog itu juga berisi hal-hal yang terlalu sepele, sangat pribadi sekali, terlalu banyak tetek bengeknya, itu karena blog tak ubahnya diary yang online. Dan dugaan saya juga atas pengalaman pribadi saya yang juga sering menulis blog, memang ada perasaan pede apalagi jika tulisan saya dibaca dan dikomentari banyak orang, akhirnya tanpa sadar saya juga mulai menunjukan sikap narsis, misalnya denga terus mengapload foto-foto terbaru saya dan ‘berharap’ saya dilihat orang lain,dsb. Dan dosen saya yang juga ‘gaul’ dengan teknologi menyetujui pendapat saya itu.
Saya juga belum sebulan memanfaatkan situs Facebook. Sebelumnya saya memakai Friendster hanya saja ketika mendengar perkataan teman-teman bahwa Facebook sedang ‘tren’ dan lebih ‘berkelas’ ketimbang fs, saya pun tergiur untuk mendaftar. Dan ternyata lebih mengasyikan. Saya bisa merkomentar dengan selebritis dan penulis terkenal, saya bisa mengapload foto atau video saya kapan saja, dan lucunya saya tertawa juga ketika beberapa minggu bergaul di Facebook, saya mendapati diri saya kian narsis seperti dugaan ngalor ngidul saya di kelas dulu. Saya lucu karena saya kini jadi ‘korban’ dari dugaan yang pernah saya pikirkan. Kini baru seminggu ketika saya tertawa, tak sengaja membaca Koran Media Indonesia, lagi-lai tertawa atas kenyataan hasil peenelitian bapak prof. Keith, soal narsisya penggunaan situs Facebook.
Bagi saya syukurlah karena saya sadar lebih dini. Sehingga kedepan bisa tahu antisipasinya. Jika saya yang dulunya pemalu kemudian berkat Facebook atau blog menjadi pede mengapa tidak. Hanya saja saya perlu tahu diri juga bahwa ada bayangan narsis yang mengintai saya. Sebagai mahasiswa psikologi, saya tahu bahwa narsis juga termasuk dalam kelompok ‘gangguan’ kepribadian. Kini tergantung intensitasnya, jika saya bisa dikategorikan ‘terganggu’ pribadinya atau masih dalam taraf normal. Bagaimana dengan anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...