Senin, 29 September 2008

Sendirian ditinggal Mudik dan Perasaan campur aduk...

Akhirnya hari ini benar2 sepi. Teman-teman pada mudik. Heran juga ketika sedang libur rasa kangen untuk kuliah begitu besarnya, berbeda jauh ketika sudah kuliah, eh malah terus malas-malasan. So, kesimpulannya jelas, bahwa kuliah adalah saat berkumpul dengan teman2, bercanda, bepergian bersama,dll, ketimbang menjalani aktivitas kuliah itu sendiri. He-he anak muda.
Barusan nonton TV, sendirian di kost, eh malah ada satu berita yang membuat emosi saya meletup-letup. Ini soal seorang pembantu rumah tangga di Tangerang yang disiksa habis-habisan oleh sang majikan. Miris memang. Pengen marah, pengen si majikan jika ada didekat saya, mungkin sudah saya tonjok saking kesalnya. Sang korban penuh luka, luka bekas akibat benda tumpul, akibat setrika panas. Saya lantas berpikir dalam hati, manusiakah kedua majikannya itu? Lebih dari itu saya bertanya kepada diri saya sendiri, sudahkah saya berlaku baik, penuh kasih terhadap sesame saya? Adakah kekerasan fisik atau psikis (berupa kata-kata, makian,dll) sering saya lakukan terhadap sesame saya, terlebih buat yang lemah? Saya seutuhnya berterima kasih kepada stasiun TV juga acara tersebut yang pada momen bulan Ramadhan ini, sudah menyadarkan saya, mungkin juga sekian juta pasang mata masyarakat Indonesia yang menontonnya. Saya yakin semua yang menonton, yang merasa masih sebagai manusia, mungkin akan berkata seperti saya tadi.
Lebih jauh menilik nurani, ada sejuta tanya bergelayut, memaksa untuk dicerna dan dijawab oleh diri saya sendiri. Adakah kedua pasangan majikan itu adalah manusia? (tak perlu jauh berpikir, saya sampai pada titik ‘tak boleh ada hukuman, perlakuan sepihak, ketidakadilan dari saya, bahwa apapun kebengisannya saya sama sekali tak punya hak lebih untuk menghukum kedua majikan tersebut, saya masih percaya bahwa masih ada hakim nan agung, nan adil, yang lebih pantas untuk bertindak. Toh dalam sisi lain saya juga kadang tak ubahnya kedua pasangan majikan tadi. Maksud saya perilaku saya mungkin tanpa saya sadari sudah cukup banyak menyakiti orang lain.
Lebih jauh lagi kedalam, saya kian miris dengan keadaan bangsa ini. Banyak sekali kesenjangan social yang Nampak yang justru membuat yang kuat selalu semena-mena terhadap yang lemah. Bahwa masih banyak yang kaya, dengan mudahnyaa menindas orang-orang yang lemah.
Belum lama kita dirundung masalah ketika ada sekelompok orang dengan semena-menanya berlaku ttidak adil, memukul, melempar kelompok seberang hanya karena kelompok seberang lebih memilih jalan/cara sendiri dalam mengisi hidupnya. Banyak sekali pertemuran, adu kekuatan atas dasar iri, ketakutan, keegoisan, keengganan disaingi, dsb, sehingga perang lebih dipilih sebagai satu-satunya jalan terbaik. Terror dianggap sesuatu yang mulia ketimbang sikap sabar, rendah hati, mencari solusi dengan bijak dan rasional ketimbang memakai emosi.
Mungkin ada benarnya juga ramalan dari tokoh besar yang hidup pada tahun 1802 hingga 1873, mengenai Kalatidha (zaman rusak), ketika zaman sudah gila, hati gelap, kacau pikiram…zaman yang begitu gelap, sesame manusia saling membunuh, korupsi dimana-mana, main hakim sendiri, yang kuat menindas yang lemah, tak ada keadilan disini. Tak ada lagi sifat kemanusiaan yang begitu diagung-agungkan, manusia yang katanya makhluk paling mulia sejagad raya, makhluk yang berakal budi melebihi yang dimiliki segala binatang, tumbuhan yang ada di bumi. Makhluk yang katanya selalu bertindak bukan dengan naluri semata namun deengan hati sekaligus dengan otaknya. Lantas dimana kemanusiaan kini?
Benarkah ramalan Ranggawarsita soal Kalatidha tersebut sudah atau sedang terpenuhi sekarang ini…
Mungkin saja iya, antar manusia saja sudah begini, apalagi denga alam, dengan binatang? Global warming mungkin adalah satu tanda yang kian kasat mata akibat dari ulah manusia itu sendiri, membawa bumi pada zaman rusak, zaman yang gelap, bukan ulah siapa-siapa. Tak usah saling menyalahkan, benahi diri demi diri masing-masing jika ingin zaman yang rusak itu tidak keburu banar-benar rusak. Saya kira masih ada waktu, tak terlambat, hanya dan jika hanya kita mau berubah, kembali menggunakan kesejatian kita sebagai manusia…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...