Selasa, 28 Juni 2016

Mimpi dari Mollo



Setelah tinggal hampir 6 tahun di Kupang, beta akhirnya memutuskan untuk pulang kampung, kembali ke Kapan, sebuah kota kecamatan kecil di lereng pegunungan Mollo (gunung Mollo, Fatumnasi, hingga Mutis). Beta lahir di Kapan dan tinggal hingga SMP, selanjutnya sudah merantau ke Ende dan Jogja untuk sekolah dan kemudian tinggal dan bekerja di Kupang. Sungguh menyenangkan bisa berkarya di kota yang sedang bertumbuh seperti Kupang. Orang-orang mudanya begitu luar biasa energinya untuk berkumpul dan melakukan banyak kerja kolaboratif. Komunitas Sastra Dusun Flobamora, Kelompok Solidaritas Giovanni Paolo II dan Kupang Bagarak adalah tiga komunitas besar di Kupang yang beta ikuti, belajar dan ikut berkembang bersama. Terakhir beta juga bergabung dengan Komunitas Film Kupang. Bukan seorang sutradara, beta cuma punya mimpi, paling tidak saat ini beta sudah mulai pede untuk mengadaptasikan cerpen-cerpen beta ke dalam medium skenario film secara otodidak tentu saja dengan bimbingan kawan-kawan seperti Abe Maia di KFK. 

Di Kupang beta tergolong pribadi 4L, lu lagi lu lagi (menurut om Gusti Brewon yang notabene 4L juga) artinya sejenis orang yang hampir ada di setiap komunitas dan event kreatif yang dibuat orang muda. Hahaha. Selain sebab aktualisasi diri yang rasanya setiap orang punya itu, besarnya energi beta, ya karena ingin belajar. Beta suka mengamati, mendengar kalau dibolehkan ikut berbicara dan berkarya dalam sebuah social movement wah dengan senang hati. Sebenanrya bukan juga melulu karena keinginan beta, sikap terbuka kawan-kawan di Kupang juga luar biasa justru yang membuat beta dan siapa saja yang terlibat di dalamnya akan merasa betah, ingin berkontribusi dan mau bekerja kolaborasi. Semangat kerja kolaborasi dan volunteerism beta rasa adalah kekuatan baru, modal sosial baru anak-anak muda Kupang. Kuncinya sebenarnya sederhana saja: buka diri, percaya diri, dan... temuilah simpul-simpul seperti om Gusti Brewon, Amanche Frank, Danny Wetangterah, Elen Bataona, Abe Maia, Mario F Lawi, Inda Wohangara, Noya Letuna, om Oddy Messakh, Marinuz Kevin, LSM seperti IRGSC dan Pikul, Gerry Pratama atau dokter Sahadewa. Ada banyak nama sebenarnya. Mereka adalah orang yang jaringannya lebih luas dan kuat ketimbang jaringan Telkomsel di NTT. Beta sungguh merasa beruntung bisa kenal dengan mereka. Ketemu mereka dijamin sonde akan dibikin PHP, laiknya Telkomsel kasih bonus Wifi dan 4G melimpah tapi sonde bisa pakai juga karena aksesnya belum ada. Bajingan kan? Oya, Elen sepertinya sedang jomblo. Kalau Abe, maybe yes, maybe no.

Ketika sudah ada di tahap atau posisi enak, rasanya kita perlu naik kelas, perlu suasana baru, tantangan baru. Dengan melihat potensi yang ada di kampung beta di desa Taeftob, rasanya beta harus pulang dan bikin sesuatu. Dari beberapa pengalaman misalnya mengikuti residensi di Bumi Pemuda Rahayu Jogja dan Asean Japan Residency di Kampung Muara, belajar dan berdiskusi dengan kawan-kawan di Katakerja atau Rumah Sanur, pernah juga berdiskusi dengan Jok pendiri Little Tokyo di Brisbane, melihat semangat berwirausaha dari kawan-kawan Sekolah Musa  dan Geng Motor Imut di Kupang hingga belajar langsung dari Opa Matheos Anin di lereng Fatumnasi beta kemudian terinspirasi untuk membuat Lakoat.Kujawas. Tentu saja ada banyak hal menarik beta temui ketika hampir 10 tahun aktif di media sosial seperti blog, Facebook atau Twitter lantas terhubung dengan begitu banyak orang hebat, kalian semua. Oke, ide ini harus beta wujudkan. Dimulai dari kampung beta sendiri, Desa Taeftob di Mollo, Timor Tengah Selatan. Tak disangkat, ketika berdiskusi dengan kawan-kawan di Kapan, ternyata mimpi kita sama. Mereka bahkan sudah lebih dulu memulainya. Bukankah ini kerja kolaborasi yang nyata? Di kampung seperti Mollo, bukan sonde mungkin apapun bisa terwujud. Kita toh sudah ada dalam pergaulan generasi Y, generasi internet.

Apa itu Lakoat.Kujawas? Beta membayangkan sejak beberapa tahun terakhir sebuah platform di dunia maya yang bisa menghubungkan siapa saja untuk bekerjasama dengan warga Taeftob, warga Mollo. Lakoat.Kujawas adalah semacam co-working space, antara sesama orang Mollo maupun dengan orang dari luar Mollo. Untuk mengawali ide ini, melihat juga dengan potensi SDM dan SDA yang ada, kami sengaja membatasi untuk berkaya di bidang pendidikan (literasi), ekonomi kreatif (ekowisata, homestay dan toko online produk-produk lokal) dan tentu saja sebuah ruang diskusi, apresiasi, workshop dan pementasan di jalan Kampung Baru, No. 2, Desa Taeftob Mollo Utara. Ini pekerjaan-pekerjaan jangka pendek dan menengah yang sudah mulai kami garap. Ke depan, Lakoat.Kujawas bisa menjadi pusat informasi dan riset mengenai sejarah, kesenian dan kebudayaan Mollo. Beta senang ketika ide ini beta kemas dalam sebuah proposal sederhana dan beta coba tawarkan ke beberapa kawan dan kerabat dekat, misalnya Romo Sipri Senda kakak beta, Sandra Frans dan Angel Nalle dari Forum SoE Peduli, Yustin Liarian dari Sumba, om Danny Wetangterah dari Sekolah Musa yang kemudian ternyata diteruskan om DW ke om Oddy Mesakh, om Torry Kuswardono dan om Fritz Nggili. Sebuah jejaring yang beta juga om DW bisa bayangkan efeknya. Kita semua. Omong-omong terima kasih untuk koreksi, masukan, kritikan dan sebagainya terkait proyek social enterprise ini. Lengkap mengenai Lakota.Kujawas bisa dibaca di www.lakoatkujawas.blogspot.co.id atau sesekali mampirlah ke akun Instagram kami: @lakoar.kujawas. Sstt, ada bocoran nih, mulai bulan depan kalian sudah bisa membeli sambal lu’at dan biskuit asin khas Mollo di Instagram kami.

Beta sudah mulai mengumpulkan simpul-simpul penting di Kapan dan sekitarnya, beberapa pemuda gereja, perempuan penenun, guru, dan... membuka perpustakaan (dari bekas gudang) yang bisa diakses oleh siapa saja. Terima kasih Elen dan jaringan Buku Bagi NTT yang siap support buku-buku. Koleksi novel, buku cerpen dan puisi sih banyak. Masih kurang buku bacaan anak-anak dan buku terkait pertanian dan peternakan. Ruang ini diharapkan akan menjadi tempat bertemu, berdiskusi dan melakukan banyak hal kreatif. Putar film, pementasan juga sangat representatif. Punya ide apa yang bisa ditampilkan atau diimplementasikan di Mollo, mari sudah, saling support. Yang ingin jalan-jalan, menikmati pangan lokal (bisa beta masakin hehe), di rumah beta dan rumah warga lainnya siap menampung.

Mungkin hanya ini saja dulu kabar baik dari beta. Untuk diskusi lanjut bisa hubungi beta di 081 338 037 075 atau email: dickysenda@gmail.com. Btw, terima kasih untuk Gerald Louis Fori, yang sudah mendesain logo Lakoat.Kujawas ini. Diambil dari salah satu motif kain tenun Mollo, yang bermakna ruang sosial, ruang yang mempererat dan menghubungkan satu dengan lain. Mimpi dari Mollo.


Salam
Christian Dicky Senda

2 komentar:

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...