Selasa, 03 Desember 2013

Kanuku Leon: Kisah-Kisah Manusiawi Dalam Aneka Warna

(Press Release Launching Buku Cerpen Kanuku Leon, Alpi Cafe 29 November 2013)*
 
Kanuku Leon adalah cara pandang seorang anak Timor kepada tanah kelahirannya dan cara ia memandang dunia juga manusia-manusia dalam aneka warna hidup. Buku ini penulis persembahkan untuk Bapatua dan Mamatua, para pencerita terbaik saya, sumber energi yang selama ini mengisi jiwa dan raga penulis. Kepada tanah Mollo, tanah kelahiran penulis yang setiap hari menunjukkan keajaibannya kepada saya dengan cara-cara yang amat rahasia.
Buku cerpen ini berisi 16 cerpen yang ditulis di Kupang, Jogja, SoE dan Kapan. Di dalam kumpulan cerpen ini termuat juga 16 ilustrasi terbaik hasil interpretasi dari dua orang teman baik saya, anak-anak muda NTT kreatif: Rara Watupelit (@jamduapagi) dan Arystha Pello (@arystaa). Tak lupa pula teman baik saya saat di Syuradikara, Gerald Louis Fori, yang membuat sampul buku ini menjadi keren. Untuk melengkapi kesempurnaan saya bertutur, saya dibantu sahabat baik saya, penyair Nasional, Mario F Lawi. Mereka semua anak muda NTT, kebanggaan kita semua.
Keenambelas cerpen tersebut adalah Soleman, Sakura dari Fujikawaguchiko, Menghapus Ilona, Menikahi Anjing, Suatu Malam yang Penuh Hujan dan Aku Gila, Pohon Kersen dan Batman, Sifon, Dua Aktor Mamatua, Kabut Kota Ini, Namaku Neontuaf, Suanggi, Klang-Klang, Gugur Sepe Usapi Sonbai, Noorlientje, Ada Kisah Tentang Lukisan Ikan di Fetonai, dan Kanuku Leon. 

Kanuku Leon
Cetakan Pertama Oktober 2013
Editor: Mario F Lawi
Ilustrator:  Arystha Pello dan Rara Watupelit
Desain Sampul: Gerald Louis Fori
Penerbit: Indie Book Corner Jogjakarta
ISBN: 978-602-1599-27--3

bersama cerpenis Amache Frank Oe Ninu (moderator)


Berbicara setting, sebagian besar setting dalam Kanuku Leon adalah tanah Mollo, tanah kelahiran penulis, antara lain Soleman, Sifon, Dua Aktor Mamatua, Kabut Kota Ini, Namaku Neontuaf, Suanggi, Noorlientje dan Kanuku Leon. Soleman berkisah tentang keluarga tentara KNIL di masa perang dunia ke-2 hingga awal kemerdekaan, dan Noorlientje juga mengambil sudut yang sama, tentang keluarga pensiunan KNIL yang dipercaya untuk mengelola sebuah pesanggerahan meski terkucil karena disangkakan terkait dengan komunis. Pada cerpen Kabut Kota ini, penulis mencoba mengangkat kisah hidup dua tokoh asal Mollo, seorang klerek dan anemer berdarah Tiongkok.Sedangkan isu-isu budaya seperti suanggi, proses sunatan tradisional dan penjaga gunung keramat digambarkan dalam cerpen Suangi, Sifon dan Namaku Neontuaf. Cerpen Suanggi sendiri mencoba mengungkapkan perspektif para agamawan (suster, guru agama dan pastor terhadap sosok suanggi itu sendiri). Dan yang terakhir, Kanuku Leon berkisah tentang sosok-sosok yang dipercayakan oleh penguasa alam semesta untuk menjaga lingkungan hidup Mollo: Ma’Leti (interpretasi langsung dari tokoh Aleta Baun, pejuang lingkungan asal Mollo) dan raja bijak pelindung hutan, gunung dan air yang digambarkan serupa dengan pohon beringin. Kanuku Leon sejatinya terinspirasi dari perjuangan orang-orang Mollo dalam menjaga alam sebagai sumber dan kekuatan hidup mereka. Kanuku Leon adalah seruan untuk kembali mengelola alam secara bijaksana agar awet lestari. 
Dari kiri ke kanan: Amanche Frank, Christian Dicky Senda, Mario F Lawi dan Gusti Brewon
Sedangkan pada cerpen lainnya, seperti Menghapus Ilona, Pohon Kersen dan Batman dan Suatu Malam yang Penuh Hujan dan Aku Gila, penulis secara lugas menggali sisi psikologis (mental dan alam bawah sadar) dari setiap situasi dan tokoh yang terlibat. Ketiganya berbicara tentang cinta dan pengkhianatan sekaligus keinginan untuk meniadakan yang nyata (membuat menjadi absurd). Tentu gaya menulis seperti ini karena penulis sangat menggemari karya-karya besar dari Ayu Utami, Seno Gumira Ajidarma dan Albert Camus.
Kisah Crowd-Funding Kanuku Leon
Kanuku Leon adalah buku sastra NTT yang diterbitkan secara independen dan diupayakan dalam bentuk penggalangan dana dari masyarakat luas (crowd-funding) lewat media sosial seperti blog, twitter dan facebook. Selama kurang lebih 3 bulan penulis melakukan upaya crowd-funding dan pre order dan terkumpulan sejumlah dana yang kemudian dipakai untuk mencetak buku Kanuku Leon.
Kanuku Leon adalah buku yang ditulis, didesain, diedit dan disempurnakan dalam berbagai ilustrasi menarik yang seluruhnya dilakukan secara bersama-sama oleh anak-anak muda NTT. Dan kebanyakan donatur yang terlibat dalam crowd-funding adalah orang-orang muda NTT. Luar biasa. Ini bukti nyata kekuatan media sosial di kalangan anak muda NTT dewasa ini. Ini bukti nyata dari solidaritas dan kreativitas yang bertumbuh di kalangan anak muda NTT untuk saling mendukung dan mengapresiasi.
Ketika menawarkan proposal crowd-funding Kanuku Leon, penulis menawarkan kepada donatur sebuah bentuk kerjasama: sebagian dari hasil penjualan Kanuku Leon akan dipakai untuk membeli buku-buku sastra penulis asal NTT dan akan disebar ke beberapa rumah baca dan perpus sekolah di NTT. Kedua, Kanuku Leon dijual dengan harga bersahabat untuk kalangan pelajar dan mahasiswa di NTT. Gerakan ini sebagai wujud kepedulian generasi muda NTT terhadap perkembangan kesusasteraan NTT. Kita ingin agar sastra NTT dikenal dan diapresiasi di kampung sendiri. Rumah Baca dan perpustakaan yang akan mendapatkan bantuan adalah Namu Angu (Sumba), Pelangi (Alor dan Manggarai), LC Corner (Ruteng), Komunitas Sandal Jepit (Maumeri), Rumah Kreatif (Pulau Ende), Kamu Rote Ndao (Rote), Lentera Alam (Kupang), Taman Baca Noehaen (Amarasi), dan SMAN 1 Mollo Utara. Penyaluran buku-buku sastra NTT akan dilakukan Januari 2014.
Christian Dicky Senda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...