Minggu, 07 Juni 2015

Festival Sastra Santarang: Mempertemukan Simpul-Simpul Baru Komunitas Seni Budaya di NTT

Booksigning at Gramedia Bookstore Kupang

Tak ada yang paling membahagiakan bagi saya seminggu ini selain kenyataan bahwa Festival Sastra Santarang yang kami gagas bersama di Komunitas Sastra Dusun Flobamora dan berpartner dengan Komunitas Salihara sudah berjalan dengan sangat baik. Sebagai sebuah festival sastra, barangkali yang pertama ada di Kupang atau NTT pada umumnya, semua hal yang terjadi sudah lumayan baik. Memang masih ada kekurangan di sana sini tapi berkat dukungan semua pihak yang hadir dalam festival ini semuanya baik juga pada akhirnya.
bincang-bincang di RRI Pro 2 Kupang
Tentu tidak gampang mengorganisir sebuah festival tapi juga bukan mustahil bahwa kami bisa mengeksekusi semua program di festival dengan baik. Saya sebagai ketua panitia festival merasa bahwa meski sumberdaya kami di Dusun Flobamora terbatas, namun saya melihat sendiri bagaimana akhirnya teman-teman bisa memanfaatkan potensi yang terbatas itu secara maksimal. Barangkali aneh ketika kami yang menilai kinerja kami sendiri. Berdasarkan evaluasi langsung dengan Komunitas Salihara maupun teman-teman komunitas partisipan yang kami undang, semuanya mengakui bahwa festival ini awal yang baik dan berhasil menjaring simpul-simpul komunitas seni budaya anak NTT. Memang itulah tujuan awal festival ini digagas bersama, bahwa harapannya ada komunikasi yang intens, ada jejaring baru komunitas seni budaya di NTT dengan komunitas dari luar.
Sehari setelah festival, saya hadir dalam sebuah forum diskusi yang melibatkan 11 komunitas anak muda kota Kupang di kantor Pikul bersama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi. Kami sedang membahas sebuah strategi baru kampanye antikorupsi dengan format yang lebih kreatif dan tepat sasaran. Di forum ini, berkali-kali saya mendengar pengakuan langsung dari kawan-kawan komunitas yang sudah terlibat langsung di festival Santarang. Dengan mengundang komunitas seni budaya dari luar Kupang, antara lain dari Ruteng, Maumere, Ende, Kefa, Betun, SoE dan Atambua, tentu saja memberikan kekaguman sendiri bagi kawan-kawan pegiat komunitas yang ada di Kupang. Dusun Flobamora berhasil mejaring simpul baru komunitas yang ada di daerah dengan festival Santarang ini. Karena benar bahwa NTT tidak hanya Kupang, masih ada banyak potensi di daerah lain, misalnya di Rote, Sumba, Lembata dan Alor. Berharap akan ada lagi festival selanjutnya yang bisa menjaring lebih banyak lagi komunitas di daerah.
Saya sengaja mengontak mas Abu Nabis Wibisana, penjaga gawang di Sekretariatan panitia festival. Saya penasaran dengan jumlah pengunjung festival yang kami selenggarakan 3 hari di 5 tempat dengan jumlah sesi atau topik bahasan hampir 9 topik/sesi. Dan hasilnya memang lumayan bikin takjub. Paling tidak pengakuan itu datang sendiri dari mas Yoyo perwakilan KPK yang hadir dalam FGD itu. Apakah bisa bikin festival sastra di Kupang, di hari bukan weekend (kami menyelenggarakan di hari selasa hingga kamis), Apakah bisa bikin festival di 5 lokasi berbeda di Kupang? Apakah bisa bikin festival dengan jumlah pengunjung total 760-800 peserta? Festival Sastra Santarang sudah membuktikannya.
Festival ini akhirnya meninggalkan kesan yang baik. Di twitter, festival ini lumayan mendapat lirikan. Paling tidak tweet kami telah dilirik dan diretweet Alinea TV, id writers, Kata Bergerak, Bernard Batubara, Asean Literary Festival, Makassar International Writers Festival, dll.
Tentu saja ada kesan yang masih kurang, yakni komunikasi dengan media lokal yang masih kurang, kelas lokakarya yang terlalu padat dan perlua diurai, dan beberapa kendala teknis lainnya.
Niat kami masih membara bahwa di Kupang, kota karang ini kita perlu lebih banyak lagi even-even seni dan budaya.
Terima kasih kepada Salihara, Hivos, Ayu Utami, AS Laksana, Hasif Amini, RRI Pro 2 Kupang, Gramedia, Bank NTT, Taman Dedari Sikumana, RS Dedari, Universitas Nusa Cendana, Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui, Komunitas Penginapan Kesukupan Agung Kupang, 27 komunitas seni budaya yang sempat diundang dan hadir, kawan-kawan panitia yang sudah bekerja keras selama 3 minggu terakhir. Kesuksesan festival sastra Santarang ini untuk kita semua.

bersama Rm Sipri Senda dan Rm Patris Neonub di Aula Seminari Penfui

diskusi puisi dan prosa di Aula Seminari Penfui

lokakarya menulis kreatif di Univ. Nusa Cendana

bersam dua penyair NTT, Dody Doohan Kudji Lede dan Cyprian Bitin Berek

koen nok tem, malam pembukaan festival sastra Santarang

sarasehan pengembangan komunitas seni budaya di Hotel Romyta

diskusi sastra

musikalisasi puisi oleh Ishack Sonlay, dkk di Taman Dedari Sikumana

lokakarya menulis kreatif di Undana, dimoderatori Mario F Lawi

Sarasehan Pengembangan Komunitas Seni Budaya di Hotel Romyta
sesi klinik karya bersama AS Laksana dan Hasif Amini di Taman Dedari Sikumana

Media Visit: Victory News Kupang

bazar jurnal dan buku-buku sastra NTT dan nasional
meet the author at Gramedia Bookstore Kuanino

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...