Suatu kehormatan saya bisa didaulat menjadi moderator untuk acara nonton bareng dan diskusi film dokumenter Memory And Hope atau judul Indonesianya Masih Ada Asa yang diproduseri kak Olin Monteiro, produksi Peace Women Across the Globe Indonesia. Film ini sendiri berkisah tentang dua perempuan penyintas (survivors) dari peristiwa kekerasan seksual yang dialami mereka. Ros diperkosa oleh 11 orang lelaki saat ia pulang dari pesta di kampungnya, sedangkan Ati, diperkosa oleh pemilik kos-kosan tempat ia tinggal (si pelaku bahkan diketahui sebagai anggota DPRD Kabupaten Sikka). Keduanya kini telah survive berkat dukungan suster Estochia, SSpS dkk aktivis dari TRUK-F Maumere. Ros sudah bekerja sebagai asisten rumah tangga di Bekasi, sedangkan Ati menjadi guru SD di pulau Pemana, Sikka. Jelas masih ada luka, tapi mereka sudah lumayan mantap untuk melanjutkan hidup mereka secara wajar. Tak mudah memang. Para pelaku pemerkosaan terhadap Ros kabarnya sudah dijatuhi vonis 3 tahun penjara, sayangnya untuk kasus Ati tak ada penyelesaian sama sekali. Kita tahu, seorang anggota DPRD tentu saja lebih punya power untuk berhadapan dengan korban yang adalah guru honorer di sebuah pulau kecil. Truk F mencat ada penikatan 25% untuk kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak serta perdagangan manusia di Kabupaten Sikka di tahun 2014. Tahun 2013 tercatat ada 104 kasus, namun meningkat menjadi 130 di tahun 2014. (Baca
Korban Kekerasan di Sikka Meningkat 25 Persen). Data tahun 2009 menunjukkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di NTT yang sangat tinggi, ada 1.580 kasus menurut Polda NTT. (Baca Gila, 1.580 Kasus Kekerasan, Menimpa Wanita NTT). Film sebagai salah satu media yang cocok untuk kampanye stop kekerasan terhadap perempuan dan anak. Memori and Hope lahir dengan misi itu dan saya kira cukup berhasil. Jika komunitas kalian ingin memutar film tersebut untuk kampanye dan edukasi ke komunitas atau kelompok masyarakat sekitar bisa sekali menghubungi kak Olin selaku produser (email: olin.monteiro@gmail.com).
Menyenangkan bisa berkumpul dan berdiskusi dengan para aktivis perempuan NTT, teman-teman komunitas lainnya yang hadir dan ikut mendukung upaya kemanusiaan ini.
|
saya dan kak Olkes nyempil bersama para aktivis perempuan NTT |
|
kopdar pertama dengan kak Wenda Radjah |
|
bersma kak Olin, Yadi Diaz, kak Noya dan Mario F Lawi |
|
sedang ada diskusi dengan tamu PWAG dari Swiss dan Argentina |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...