Rabu, 13 Mei 2015

Kain



 
kain tenun Nunkolo, Timor. copyright pintares.com

Kau sedang beruntung karena bisa merasakan bagaimana motif kain diciptakan nenek moyangmu dulu. Kau harusnya bilang bahwa hidup ini adil karena Tuhan memberi kesempatan kepadamu menjadi selembar kain yang harum kapas bercampur aroma kulit kayu masuk dengan sempurna ke dalam inderamu. Kau adalah kapas yang tumbuh di halaman, mekar ketika embun dan cahaya pagi selesai mengawini ketulusanmu. Kau adalah perempuan yang tumbuh dari nyanyian dan dongeng ibumu. Kau adalah perempuan sekaligus kapas, perempuan yang memetik kapas ketika dadamu belum mekar dan cairan merah belum menetes dari balik kuncup rahasiamu. Baiklah ritual memetik kapas diawali dengan doa. Lalu ibumu mulai merangkai mimpi dan imajinasinya lewat tembang syahdu yang kau sukai: penguasa langit, oh, penguasa bumi, datanglah ketika kami lapar dan telanjang, maka turunlah biji-biji kapas dan umbi. Burung-burung datang dan pergi meninggalkan warna dan kisah di mata kami. Kaki kami menemui anak sungai, tangan kami menyentuh tiris hutan belukar, datanglah burung-burung, datanglah penguasa langit, oh penguasa bumi. Jadilah warna, jadilah kisah di mata kami. Jadilah kekal dalam mimpi.
Kau adalah perempuan yang dilahirkan oleh mimpi ibumu. Kapas, dedaunan dan akar yang menciptakan warna dalam mimpi lain untukmu. Maka genaplah sudah: lagu ibu yang syahdu tentang turunan penguasa langit yang jatuh dan berdiam di tengah kampung. Lalu orang-orang datang dan menjadikannya bintang, menari bonet untuknya hingga kaki mereka mengakar, jadi pohon, jadi rumah, jadilah kampung. Burung-burung datang dan pergi, para lelakimu datang dan pergi. Bertemulah mereka dengan keajaiban hutan dan pengasihan sungai. Mereka pun bersorak-sorai dalam tarian magis, jadi baris, jadi garis-garis warna. Kau kini melahirkan selembar kain yang berkisah tentang sungai, hutan dan rumahmu. Pada akhirnya kau akan kawin denganku, yang malam ini melihatmu tergeletak di atas lantai tanah sebagai kain. Sebagai ibu dan nenek moyangmu. Kau kurengkuh dalam wangi kapas dan aroma kayu.

Liliba, 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...