Selasa, 19 Mei 2015

Dikelilingi Pemipin Humanis hingga Tawaran Co-Working yang Menjanjikan

kak Aya dan pak BW (copyright Zulfikar Husain)

Jock Fairwheater (copyright Zulfikar Husain)

Catatan reflektif paska GMB Youth Leaders Forum 2015 (bagian 9)

Jika ditanya siapa inspiring leaders yang paling mengesankan kamu di sepanjang rangkaian GMB youth leaders festival 2015?
Saya rasa setiap peserta punya pandangan sendiri-sendiri dan saya, yang barangkali karena latar belakang pekerjaan dan aktivitas terkait dengan bidang sosial humaniora maka sosol-sosok seperti Bambang Wijdojanto, Eko Prasodjo, Yeni Wahid, Inayah Wahid, Yuni Chuzaifah, Richard Cronin, dan kak Suraiya Kamaruzzaman. Oya, Jock Fairweather dan Kevin Evans juga sama kerennya, sayang waktu diskusi bersama mereka terlalu mepet. Tentu saja board members seperti bang Az dan mas Dede juga punya sisi pribadi yang mengagumkan dan  patut dicontoh.
Mengapa berkesan? Saya melihat banyak dari nama-nama di atas adalah para aktivis kemanusiaan. Mereka menjadi pemimpin di bidang pekerjaanya masing-masing dan punya sisi humanis yang tinggi. Kita semua tahu persoalan bangsa ini, bahkan untuk hak-hak dasar warga negara saja masih banyak yang terabaikan. Lalu coba kita lihat pemimpin-pemimpin kita, mereka yang berkeduduan di kantor pemerintahan, lembaga DPR, hakim, dll, lihat integritas mereka. Coba lihat daftar para koruptor, pendidikan mereka tinggi. Jadi pintar saja hari ini nyatanya tidak cukup. Peka gak dia sama rakyatnya? (saya menulis ini dan membayangkan suara kak Aya yang lebut sekaligus tegas mempertanyakan hal ini berulang-ulang. Nancap di kepala saya, kak Aya).
Maka saya merasa beruntung menjadi keluarga besar GMB. Berada diantara para mentor, board members, dan inspiring leaders yang semuanya berlaku sebagai relawan; datang dan menularkan semangat positif kepada siapa saja dalam forum tersebut.
Pak BW, puji Tuhan akhirnya saya bisa bertemu langsung dan bersalaman dengan sosok yang saya percayai punya integritas yang tinggi. Saya melihat ketulusan dan kesederhanaan terpancar dari dirinya. Beliau masuk ke ruangan forum dan seketika energinya terpancar. Semua yang ada di dalam sana seperti memaklumi dan menyerapnya. Kekuatan spiritual memang melampaui kata dan bahasa manusia. Sangat inspiratif.
Sosok lain yang bagi saya menarik adalah sederet aktivis perempuan seperti kak Aya, mbak Yuni, mbak Yenny dan adiknya, Inayah. Momen sharing bersama mereka saya rasa paling berkesan bagi seluruh peserta. Dan GMB dengan youth leaders forum yang merangkum keberagaman anak muda Indonesia dari Sabang hingga Merauke menjadi sebuah media yang sangat menarik. Saya merasakan betul ajang ini mempertemukan berbagai kisah dan mempertentangkan itu dalam forum. Saya melihat dinamika yang berjalan justru melahirkan banyak tanya yang berujung pada kesadaran personal, bahwa, oh ternyata begini masalahnya, ternyata seperti itu rasanya menjadi anak muda yang bertumbuh di daerah konflik. Oh ternyata begitu rasa sakitnya menjadi anak daerah yang diajajah atau diabaikan oleh bangsanya sendiri. Tapi bukan kemudian sesal, sekedar mengetahui lantas mendiami? Saya rasa juga tidak. Bagi saya dinamika-dinamika yang bertumbuh di GMB menjadi sarana pembelajaran yang tepat juga menjadi sarana untuk sebuah solidaritas. Bahwa setiap masalah pasti ada solusinya, ayo selesaikan bareng-bareng.
Bicara bekerjasama. Saya melihat tawaran menarik dari seorang Jock dari Brisbaen Australia. Ia menawarkan apa yang disebut co-working. Sebuah wadah bernama Little Tokyo Two ia dirikan bersama teman-temannya. LTT adalah tempat berkumpulnya orang muda Australia untuk berdiskusi, bertukar ide hingga membuat project kreatif bersama. Jock menyembutkan bahwa ada bukti di LTT seorang dokter bisa berkolaborasi dengan seorang bankir untuk sebuah project kreatif. LTT saja menawarkan ruang untuk menciptakan kerja bersama, tapi juga menyediakan ruang interaksi dan hiburan sekaligus ruang pameran. Katanya, co-working is the future of ‘working’, co-working as a space, a culture, hot real estate model and 1 person many jobs.
Melihat aksi Jock dkk di Brisbane, saya teringat bahwa di kampung saya yang dulunya terkenal punya tradisi kerjasama, gotong royong atau apapun istilahnya kini malah menjadi pribadi-pribadi yang individualistis, sementara kebalikannya di luar sana, orang yang katanya sangat individual malah sedang giat-giatnya melakukan kerja kreatif bersama-sama. Dunia memang selalu berubah. Tapi saya menyambut baik tawaran inovatif dari Jock. Keren.

Kupang, Mei 2015

NB: ini adalah catatan berseri paska keikutsertaan penulis dalam GMB Youth Leaders Forum 2015. Simak kisah-kisah inspiratif lainnya di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...