Kamis, 14 Mei 2015

Bahagia

copyright: Karen Rosa www.travel.nationalgeographic.com

Ada suatu masa ketika seseorang, sebut saja C, sedang menjadi sebuah rumah. Ia dilihat dari sisi Utara sebagai penganggur sementara sisi Timur melihatnya sebagai Pelamun-Yang-Mencintai-Kamar. Sah-sah saja Barat memanggilnya Aktivis atau siapapun pemilik mata dari berbagai penjuru mengartikannya sebagai apa dan siapa. Namun ia lebih suka menyebut dirinya: seorang yang sedang mengecat rumah dengan warna biru muda, menaruh beberapa pigura yang di dalamnya ada kisah-kisah bahagia dan tak lupa memasak untuk tamu-tamu masa depannya. Di dalam setiap ruangan; ia menumbuhkan kebahagiaan-kebahagiaan, melahirkan dan merawat mereka. Mendoakan dan menyentuh hati mereka dengan bulir-bulir kayu. Ia mengajak mereka untuk memakan dan meminum apa saja yang keluar dari sorot putih yang keluar dari dada seorang dengan mata teduh yang menempel di dinding. Setiap hari ia akan berkeliling kemana saja ia suka dan menyebarkan kebahagiaan yang telah ia tumbuhkan di rumahnya ke celah dada, bibir dan rambut teman-teman seperjalanan. Makanya ia ingin disebut yang bahagia.
Di luar rumahnya, tidak lupa pula ia menaruh sebuah papan besar bertuliskan, “Selamat datang di kediaman Bahagia.”

Liliba, Mei 2015

#FiksiMini #CatatanHarianLeon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...