Saya baru saja berkunjung ke ruang kerja Romo Amanche Ninu di SMAK Giovanni Kupang. Pegiat sastra dengan nama pena Amanche Franck Oe Ninu ini meminta saya untuk mampir guna membicarakan beberapa hal seputar kesiapan saya mengirim karya ke UWRF. Beliau ingin membagi beberapa tips. Rasanya sudah lama juga saya tidak berkunjung ke ruangannya di lantai 3, sebuah ruangan di pojok penuh buku sastra dengan view menghadap pantai Ketapang Satu Tode Kisar. Biasanya di ruangan itu selalu ada siswa yang mampir untuk baca buku atau sekedar berdiskusi dengan romo amanche. Benar saja tadi saya ke sana dan ada beberapa siswa yang mampir untuk membaca buku atau sekedar berbagi kisah. Diantara mereka ada bekas murid-murid saya di SMPK St. Theresia dulu.
Di ruangan ini, diskusi dibangun, perkenalan akan buku-buku sastra Indonesia mutakhir dimulai.... |
Feby Openg, pembaca setia Jurnal Santarang, mantan murid saya di Speqsanter |
Saya akhirnya pamit pulang karena sudah lapar. Diperjalanan pulang Romo masih sempat menunjukkan hasil penelitian siswa tentang ritual natoni di suku Dawan yang sempat jadi finalis di sebuah perlombaan karya ilmiah tingkah nasional di Jogja akhir tahun lalu. Saya benar-benar hampir meninggalkan halaman Giovanni ketika sekelompok siswa heboh. Seorang siswi kelas 3 baru saja pingsan. Saya tiba-tiba ingat pembicaraan kami sebelumnya. "Barangkali tidak makan pagi. Hampir tiap hari selalu begitu," Romo Amanche memberi tahu saya.
Saya pulang dan membayangkan dua fragmen kecil di kepala: sekelompok siswa dalam situasi menghafal teori dari pagi hingga sore hari, senin hingga sabtu. Situasi kedua, sekelompok siswa belajar dengan porsi yang pas, mereka masih punya waktu untuk olahraga, ikut teater, ikut klub fotografi dan baca buku sastra.
Motor saya tiba di sebuah rumah makan Bali di Oeba. Sekian.
Foto: copyright Amanche Frank
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...