Kamis, 05 Februari 2015

Kelompok Jurnalis Pelajar Speqsanter: Kembangkan Bakat Sekaligus Belajar Peduli Sesama

Sejak akhir Januari 2015 saya mulai sibuk dengan beberapa program kecil yang saya rancang bersama kelompok murid dari kelas 7 SMPK St. Theresia. Mengapa kelas? Tahun ajaran ini saya dipercaya untuk menjadi konselor kelas 7. Saya memulai dengan sebuah kepercayaan bahwa mereka, murid-murid saya punya potensi yang besar. Sejak tahun 2012, saat pertama kali mengajar di Speqsanter, begitu biasa sekolah ini disebut muri dan alumninya, saya sudah memulai dengan membentuk kelompok jurnalis pelajar. Konselor kok bikin kelompok jurnalis? Saat itu pikiran sederhana saya adalah mading sekolah sedang tak aktif, di sisi lain para siswa sangat aktif di dunia online (media sosial). Mereka punya segala fasilitas yang bisa mendukung kegiatan memotret, mengutak-atik laptop, dll. Kedua, saya punya backgorund sebagai penulis dan blogger. Ketiga, mereka cukup percaya diri untuk menampilkan apa saja yang mereka punyai. Nah potensi itu yang saya tangkap.


Lalu hubungannya dengan dunia konseling? Media dan segala potensi itu saya pakai sebagai salah satu jalan saya untuk melakukan bimbingan dan konseling. Amanat departemen pendidikan nasional kita mengamanatkan tugas guru BK sebagai pendorong minat dan bakat siswa. Klop sudah kan? Kami memulai project perdana dengan membuat film pendek, Proverbs 17:17. Film bagi saya sebagai media komunikasi. Menyampaikan ide, gagasan sekaligus media konseling. Film bisa jadi alat kampanye. Selanjutnya kami menangkap adanya isu-isu seputar disiplin, persahabatan, dan bully maka lahirlah beberapa film kampanye yang kami buat bersama, dan kami tampilkan dari kelas ke kelas. Ada diskusi yang menarik selanjutnya.
Sebagai bloger, saya juga membuat blog yang sekarang sudah menjadi www.smpktheresia.web.id. Segala hal yang terjadi disekolah saya upayakan terekam dan dimuat di blog tersebut. Sejauh ini sudah berjalan baik. Sabtu, 7 Februari 2015 rencananya saya akan memberikan pelatihan untuk 5 siswa yang saya pilih sebagai admin blog tersebut. Selain admin, kelompok siswa yang saya rekrut ada yang bertugas sebagai reporter, saya tugaskan menulis berita, menulis artikel dan mewawancarai narasumber. Saya ingin mereka belajar sensitif terhadap perubahan kecil di sekitar mereka. Perubahan, fenomena atau kejadian yang kapan saja terjadi di sekolah.
Seminggu sekali kami bertemu. Saya percayakan mereka berganti-gantian memimpin rapat. Saya ingin melatih kemampuan leadership mereka.
Oya, mereka yang saya pilih adalah perwakilan dari setiap kelas, dua hingga 4 siswa. Saya punya tujuan, mereka ini akan menjadi contoh di kelas. Kami akan melaksanakan pelatihan konselor sebaya bulan depan. Kelompok ini juga akan menjadi konselor sebaya. Banyak sekali ya tugas mereka. Lalu siswa yang lain tidak dilibatkan?

Mewawancarai Suster Kepala Sekolah

Semua siswa yang saya bimbing mendapat kesempatan yang sama untuk menampilkan minat dan bakat mereka. Saya mengawali program saya dengan asesmen seluruh siswa: potensi, minat dan bakat paling saya utamakan, termasuk juga kelemahan mereka di bagian mana. Mulai sekarang tugas majalah dinding saya serahkan ke setiap kelas untuk menerbitkan mading per minggu. Semua mendapat jatah. Seluruh siswa dari setiap kelas saya dorong untuk menampilkan setiap potensi mereka. Bikin puisi, cerpen, opini, sketsa? Bikin manga dan fotografi? Hasil terbaik dari majalah dinding biasanya saya masukan juga ke blog.

Sejak tahun lalu, komunitas tempat saya bergiat, Solidaritas Giovanni Paolo sedang merintis taman baca dan PAUD di Noehaen Amarasi Timur, Kabupaten Kupang. Lewat kelompok Jurnalis Pelajar Speqsanter, saya ajak seluruh siswa untuk peduli pada teman-teman mereka di pinggiran Kota Kupang. Saya katakan kepada mereka, saat ini kesenjangan pembangunan dan akses ke pendidikan amat kentara antara Kota Kupang dan area di sekitarnya. Noehaen tak seberapa jauhnya dari Kupang namun akses terhadap buku bacaan sangat minim. Sedangkan murid-murid saya di sekolah, orang tua mereka mudah sekali membelikan mereka buku di Gramedia, dll. Ketika saya tanya, apa punya buku bekas pelajaran SD, Majalah Bobo dan Komik di rumah? Mereka serempak menjawab, banyaaaak pak. Katong ju sonde baca lai, tatumpuk digudang. Baik sekali kalau itu dikirim ke taman baca di Noehaen kan? Maka lahirlah ide #BukuUntukNoehaen di media sosial. Kami memakai twitter @smp_theresiakpg dan Instagram untuk menggalang buku-buku tersebut dari siswa. Lumayan responnya.
Lalu apa saja agenda berikutnya? Tanggal 15 Februari 2015 kami berencana mengunjungi Klenteng Lay untuk liputan. Sebentar lagi akan ada Imlek. Ini momen yang pas untuk mereka belajar sejarah kota tua Kupang, tahun baru Cina sekaligus belajar bertoleransi terhadap segala perbedaan agama dan budaya di sekitar mereka. Doakan kami, segala kegiatan ini berjalan baik. Bagi kakak-kakak sekalian, jurnalis, fotografer dan praktisi mulitemdia di Kupang, boleh lho ya punya waktu mampir ke sekolah kami untuk bikin kegiatan workshop kecil untuk kami. Ayolah...hehehe....
Putry Kolfidus dan Anna Waso

Habel Rodja

Liputan Cooking Class

Latihan mewawancarai narasumber

dropbox #BukuUntukNoehaen

Charryn dan Angel

Grant

Misel Bell

Laura Kennenbudi Ketua Tim Jurnalis Pelajar Speqsanter

James Fanggidae mendapat tugas pimpin rapat

Rapat Mingguan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...