(sebuah catatan dari ruang sidang di DPRD NTT. Maaf sonde sempat diedit lai)
Saya baru saja bergabung dengan aksi solidaritas rakyat peduli Guriola Sabu Raijua yang digelar siang ini (7/7) pukul 10.30 WITA dimulai dari kampus Undana Lama menuju ke gedung DPRD Propinsi NTT di jalan El Tari. Sehari sebelumnya seorang teman yang juga aktivis di kota Kupang, kak Rosna Bernadeta mengirim berita aksi ini kepada saya. Seminggu yang lalu pun lewat twitter saya ngetweet sebagai bentuk solidaritas untuk saudara di Sabu Raijua yang sedang mengalami musibah. Apa musibahnya?
Saya baru saja bergabung dengan aksi solidaritas rakyat peduli Guriola Sabu Raijua yang digelar siang ini (7/7) pukul 10.30 WITA dimulai dari kampus Undana Lama menuju ke gedung DPRD Propinsi NTT di jalan El Tari. Sehari sebelumnya seorang teman yang juga aktivis di kota Kupang, kak Rosna Bernadeta mengirim berita aksi ini kepada saya. Seminggu yang lalu pun lewat twitter saya ngetweet sebagai bentuk solidaritas untuk saudara di Sabu Raijua yang sedang mengalami musibah. Apa musibahnya?
![]() |
warga yang dipukul (dok solidaritas raenyale) |
Maret 2014 tanah warga
18 KK di desa Raenyale, kabupaten Sabu Raijua, NTT, dirampas secara sepihak
oleh pemda setempat untuk pembangunan embung Guriola. Namun pembangunan itu
tentu saja ditentang oleh rakyat. Mengapa? Di atas 9 hektar tanah yang akan
dibangun embung ada 6 hektar sawah, ratusan pohon tuak/lontar dan jati. Sisanya
adalah perkampungan 8 kk warga tersebut. Mereka jelas menolak digusur sebab
dari tanah tersebut mereka mendapat makan. “Setiap tahun kami berladang,
selesai panen padi kami melanjutkan aktivitas menyadap nira dari pohon lontar. Semua
penting, makanya kami bisa hidup sepanjang tahun. Lalu kalau tanah kami
dirampas paksa, kami dapat perlakuan kasar dari POL PP, kami hidup dari mana
lagi?” Teriak salah satu mama ketika rombongan kami tiba di depan kantor DPRD
Pronpinsi NTT dan pagarnya masih dikunci.
Saya menyadari betul
kegelisahan mereka. Sejak Maret lalu, ladang mereka digusur oleh 2 eksavator
milik CV Arison Karya, perusahaan pemenang tender. Total dua ratus lebih pohon
lontar yang tumbang, dan pohon jati yang tak terhitung jumlahnya. “Yang lebih
menyakitkan lagi, kami mendapat intimidasi. Ada yang luka-luka karena dipukul,
kami pun diancam lewat SMS maupun telepon oleh orang tak dikenal.” Begitu keluh
kesah seorang perwakilan keluarga korban di depan Komisi A DPRD Propinsi NTT,
Kadis PU Propinsi NTT, Kasat Pol PP Propinsi NTT. “Keluarga yang datang
mengandu di Kupang pun mendapat ancaman akan dipukuli jika nanti kembali ke
Sabu. Kami takut pulang. Mohon ada ketegasan dari bapak-bapak sekalian untuk
menjamin keselamatan kami,” pintanya.
Aksi yang didukung oleh
elemen mahasiswa asal Sabu dan Institute of Reseacrh Government and Social Change
(IRGSC) Kupang sempat tertahan di pintu gerbang kantor dewan perwakilan rakyat
dan sempat terjadi diskusi alot dengan POL PP yang berjaga. Mereka berasalan
sedang ada rapat penting sehingga tidak bisa digangu. Setelah bernegosiasi
akhirnya mereka masuk untuk menyampaikan pesan solidaritas kepada Humas DPRD
NTT. Sepuluh menit kemudian kami akhirnya dibolehkan masuk ruang sidang dewan. Setelah
sebelumnya disambut Humas, pak Samuel Pakereng, rombongan kemudian berdialog
langsung dengan bapak-bapak dari Komisi A, PU, dan Pol PP.
![]() |
Aksi long march menuju DPRD NTT (dok pribadi) |
Pertama, Dokumen resmi
atas tanah yang dimiliki rakyat tidak pernah diakui bupati Sabu Raijua. Kedua, Embung
ini dibangun oleh pemerintah pusat lewat Kementrian PU melalui Balai Wilayah Sungai Nusra II (menurut
pengakuan pak Andre, kadis PU NTT)
Ketiga, Pak Andre (yang
juga berdarah Sabu) sebagai Kadis PU NTT sudah pernah bersurat kepada Balai
Wilayah Sungai untuk menghentikan proyek ini. “Pada prinsipnya sebuah
pembangunan harus ada sosialisasi. Tujuannya kan untuk kesejahteraan rakyat,
harus ada syarat yang dipatuhi misalnya ada RT/RW, desain engineering, tanah
harus clear! Sejak bulan Mei lalu sudah saya sarankan untuk berhenti. Tapi
kenapa kontraktornya terus kerja? Hebat sekali mereka?” jelas Andre. Karena ini
proyeknya PU pusat maka ini sebenarnya bukan kewenangannya sebagai Kadis PU NTT
untuk menghentikan. “Kan kontrak kerjanya antara Arison Karya dengan Satker dan
PPK dibawah Balai Wilayah Sungai bukan dengan saya. Saya hanya bisa
menyarankan,” kilah Andre. Lebih lanjut Andre lagi-lagi mempertanyakan motif CV
Arison Karya yang seolah bersikukuh pasang badan untuk melanjutkan proyek ini. Meski
Andre tidak menyebut bahwa apakah ngototnya eksekusi lahan oleh Arison Karya
karena sudah dibekingi atau diperkuat oleh Pemda Sabu Raijua.
![]() |
rakyat yang ketakutan (dok solidaritas raenyale) |
Dialog berakhir dengan
beberapa poin salah satunya adalah jaminan dari DPR NTT dan POL PP NTT untuk
warga Raenyale yang ingin pulang kampong. DPRD lewat komisi A berjanji akan
mengirim surat lagi untuk Pemda Sabu Raijua. Meski di sisi lain, pertanyaan
warga soal ganti rugi tanaman produktif mereka yakni ratusan pohon tuak, kelapa
dan jati yang sudah mati. “Tuak penting bagi kami, Karena bermakna ganda:
ekonomi, social dan kebudayaan,” tegas korlap yang mendampingi masyarakat
Raenyale ini. Untuk ganti rugi, harus menjadi tanggungjawab pemda. Tapi harus
dilihat dulu kontrak kerjasamanya. Apakah pembangunan embung oleh CV termasuk
juga pembersihan kebun/lahan warga? Tambah kadis PU NTT.
![]() |
lontar yang tumbang (dok solidaritas raenyale) |
Perjuangan mereka masih panjang. Katong sedang berhadapat dengan Pemda yang otoriter, suka pakai cara kekerasan dan menolak dialog yang manusiawi. Untuk contact person aksi solidaritas ini, kalian bisa menghubungi 085239 298
590 atau 085 239 825 696
Untuk
ketidakadilan rakyat kecil, siapapun, sebagai sesama manusia mari katong bantu….Lu bisa ikuti perkembangannya dan beri dukungan via Facebook Solidaritas Untuk Warga Raenyale Sabu Raijua
***
Christian Dicky Senda, ketua Komunitas Blogger NTT. Bergiat di Dusun Flobamora dan Forum SoE Peduli.
bergabunglah dengan change.org untuk melakukan petisi,..
BalasHapus