“JIKA ingin berbagi, tak perlu menunggu
sampai punya banyak materi. Sedikit saja pengalaman yang bisa dibagi kepada
yang membutuhkan, rasanya puas luar biasa..”
***
Ketika
pulang dari kegiatan pengembangan diri untuk para orang muda Katolik di Amarasi
Timur, saya memikirkan kalimat di atas. Untuk berbuat dan berbagi kebaikan
dengan orang lain memang harusnya seperti itu. Sedikit saja apa yang kita
punya, rasanya senang luar biasa, apalagi karena kita membagikannya dengan
tulus hati.
Pada Natal 2012, saya pertama kali
mengunjungi sebuah stasi di wilayah Amarasi Timur, kurang lebih 70 km dari
Kupang. Wilayah ini boleh dibilang menjadi tempat kawan dan kakak-kakak saya
dari kelompok Solidaritas Kupang
untuk berbagi berkat dan pengalaman guna pengembangan diri dan iman juga
potensi-potensi umat di sana. Setelah kegiatan itu, ada permintaan dari orang
muda Katolik di Amarasi Timur untuk diadakannya sebuah kegiatan pengembangan
diri bagi mereka, mengingat selama ini fokus Solidaritas lebih banyak ke
pengembangan diri anak-anak Sekami (salah satunya penyelenggaraan PAUD dan
rumah baca). Sebulan lalu, untuk kedua kalinya saya mengunjungi lagi Amarasi
Timur. Ketika itu ada acara syukur panen dan pemberian sakramen krisma.
Lagi-lagi kawan-kawan OMK di sana meminta untuk dibuat satu kegiatan
pengembangan diri untuk mereka.
Ketika pertama kali diminta oleh kakak-kakak
Solidaritas agar saya merancang sebuah kegiatan pengembangan diri, yang saya
pikirkan adalah membuat sebuah kegiatan outbound. Saya punya sedikit pengalaman
terkait itu, ketika dulu kuliah dan juga aktif di organisasi keluarga mahasiswa
Katolik (KMK) di kampus. Kebetulan bahwa outbound juga menjadi kajian saya
ketika mengikuti kelas Psikologi Pelatihan saat kuliah dulu. Bagaimana sebuah
kegiatan pengembangan diri (atau pembentukan karakter) dibuat dengan
permainan-permainan outbound. Konsepnya memang berbeda dengan latihan dasar
kepemimpinan. Dalam outbound, kita akan belajar sambil bermain. Artinya bahwa
permainan yang diciptakan bukan sembarang permainan, namun permainan yang
mempunyai muatan kerjasama tim, komunikasi dua arah, keberanian, kesabaran,
dsb. Dalam permainan, orang-orang muda Katolik dituntut untuk aktif berbicara,
aktif berkegiatan, yang seluruhnya dilakukan dalam tim/kelompok. Dan yang lebih
menarik adalah bahwa kita diberi sebuah permainan tanpa sadar bahwa dalam
permainan tersebut mengandung unsur-unsur pengembangan diri/karakter. Pada
akhirnya setelah melalui tahap evaluasi dan focus group discussion, peserta
baru akan menyadari nilai-nilai yang ia ambil dari sebuah permainan.
***
Kegiatan pengembangan diri untuk OMK Amarasi
dilakukan di stasi St. Stefanus Noehaen, Amarasi Timur, diikuti oleh orang muda
Katolik dari Noehaen, Buraen, dan Oekabiti. Ada sekitar 50an peserta yang
hadir. Pendamping dari Solidaritas Kupang yang hadir antara lain, Rm. Sipri
Senda, kak Evi Lemba, Frater kak Nita Fernandez, Lia Feka, Linda, Agnes, Ina,
Rosa dan kak Lisa. Hari pertama, kegiatannya antara lain, pembekalan dari Rm.
Sipri, tentang siapa itu OMK, apa peran OMK dalam gereja, dll. Dilanjutkan
dengan pembagian kelompok dan pemberian tugas bagi seluruh kelompok untuk
membuat sebuah acara pentas seni. Lalu malamnya nonton film Soegija (100%
Katolik, 100 % Indonedia). Hari Kedua, misa pagi, outbound, evaluasi outbound,
nonton film para Martir Katolik, meditasi Kitab Suci, latihan acara pentas
seni. Seluruh kegiatan diselingi dengan doa koronka setiap jam 3 sore dan doa
rosasio setiap jam 6 pagi. Pada hari ketiga, misa hari Minggu bersama seluruh
umat, dilanjutkan dengan pentuan tujuan/goal dari para OMK setelah kegiatan
pengembangan diri ini berakhir. Kemudian acara penutupnya adalah pentas seni
yang diisi oleh peserta. Pada penutupan ini, nampak sekali peserta menampilkan
potensi dirinya dengan baik. Ada drama, lawak, nyanyian, pembacaan puisi, dsb.
Secara keseluruhan acara selama 3 hari ini sukses. Peserta yang awal mulanya
masih malu-malu pada akhirnya berani berbicara, berani tampil menunjukkan
kelebihannya. Dalam kelompok, mereka belajar dan berusaha untuk aktif terlibat
dalam setiap tugas yang diberikan dalam kelompok. Secara pribadi, saya puas.
Senang dan bangga rasanya kita bisa berbagi
pengalaman yang kita punya untuk saudara-saudara, orang muda yang ada di
pedalaman. Membuat mereka merasa lebih pede dan aktif berkomunikasi. Apalagi
kenyataanya mereka punya banyak potensi, dan butuh banyak orang yang peduli dan
membuka wawasan mereka dengan berbagai macam kegiatan pengembangan diri.
***
Baca juga: Kabar Sukacita dari Amarasi
berani bicara... |
melangkah dengan pasti karena sedang diamati bos hehe... |
kerjasama tim |
berani |
awalnya malu-malu, lama-lama berani juga.. |
kompak |
Christian
Dicky Senda. Penikmat sastra, film dan kuliner. Bergiat di komunitas sastra
Dusun Flobamora, Solidaritas, Komunitas blogger NTT dan Forum Soe Peduli. Menulis buku puisi
Cerah Hati (2011) dan kumpulan cerita Kanuku Leon (segera terbit). Bulan Juni
2013, diundang untuk berbicara dan memperkenalkan karyanya di Makassar
International Writers Festival di Makassar. Saat ini bekerja sebagai konselor
di SMPK St. Theresia Kupang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...