Senin, 15 Juli 2013

Cerita Kegiatan Outbound Bersama Orang Muda Katolik Amarasi



“JIKA ingin berbagi, tak perlu menunggu sampai punya banyak materi. Sedikit saja pengalaman yang bisa dibagi kepada yang membutuhkan, rasanya puas luar biasa..”

***

Ketika pulang dari kegiatan pengembangan diri untuk para orang muda Katolik di Amarasi Timur, saya memikirkan kalimat di atas. Untuk berbuat dan berbagi kebaikan dengan orang lain memang harusnya seperti itu. Sedikit saja apa yang kita punya, rasanya senang luar biasa, apalagi karena kita membagikannya dengan tulus hati.
Pada Natal 2012, saya pertama kali mengunjungi sebuah stasi di wilayah Amarasi Timur, kurang lebih 70 km dari Kupang. Wilayah ini boleh dibilang menjadi tempat kawan dan kakak-kakak saya dari kelompok Solidaritas Kupang untuk berbagi berkat dan pengalaman guna pengembangan diri dan iman juga potensi-potensi umat di sana. Setelah kegiatan itu, ada permintaan dari orang muda Katolik di Amarasi Timur untuk diadakannya sebuah kegiatan pengembangan diri bagi mereka, mengingat selama ini fokus Solidaritas lebih banyak ke pengembangan diri anak-anak Sekami (salah satunya penyelenggaraan PAUD dan rumah baca). Sebulan lalu, untuk kedua kalinya saya mengunjungi lagi Amarasi Timur. Ketika itu ada acara syukur panen dan pemberian sakramen krisma. Lagi-lagi kawan-kawan OMK di sana meminta untuk dibuat satu kegiatan pengembangan diri untuk mereka.
Ketika pertama kali diminta oleh kakak-kakak Solidaritas agar saya merancang sebuah kegiatan pengembangan diri, yang saya pikirkan adalah membuat sebuah kegiatan outbound. Saya punya sedikit pengalaman terkait itu, ketika dulu kuliah dan juga aktif di organisasi keluarga mahasiswa Katolik (KMK) di kampus. Kebetulan bahwa outbound juga menjadi kajian saya ketika mengikuti kelas Psikologi Pelatihan saat kuliah dulu. Bagaimana sebuah kegiatan pengembangan diri (atau pembentukan karakter) dibuat dengan permainan-permainan outbound. Konsepnya memang berbeda dengan latihan dasar kepemimpinan. Dalam outbound, kita akan belajar sambil bermain. Artinya bahwa permainan yang diciptakan bukan sembarang permainan, namun permainan yang mempunyai muatan kerjasama tim, komunikasi dua arah, keberanian, kesabaran, dsb. Dalam permainan, orang-orang muda Katolik dituntut untuk aktif berbicara, aktif berkegiatan, yang seluruhnya dilakukan dalam tim/kelompok. Dan yang lebih menarik adalah bahwa kita diberi sebuah permainan tanpa sadar bahwa dalam permainan tersebut mengandung unsur-unsur pengembangan diri/karakter. Pada akhirnya setelah melalui tahap evaluasi dan focus group discussion, peserta baru akan menyadari nilai-nilai yang ia ambil dari sebuah permainan.

***

Kegiatan pengembangan diri untuk OMK Amarasi dilakukan di stasi St. Stefanus Noehaen, Amarasi Timur, diikuti oleh orang muda Katolik dari Noehaen, Buraen, dan Oekabiti. Ada sekitar 50an peserta yang hadir. Pendamping dari Solidaritas Kupang yang hadir antara lain, Rm. Sipri Senda, kak Evi Lemba, Frater kak Nita Fernandez, Lia Feka, Linda, Agnes, Ina, Rosa dan kak Lisa. Hari pertama, kegiatannya antara lain, pembekalan dari Rm. Sipri, tentang siapa itu OMK, apa peran OMK dalam gereja, dll. Dilanjutkan dengan pembagian kelompok dan pemberian tugas bagi seluruh kelompok untuk membuat sebuah acara pentas seni. Lalu malamnya nonton film Soegija (100% Katolik, 100 % Indonedia). Hari Kedua, misa pagi, outbound, evaluasi outbound, nonton film para Martir Katolik, meditasi Kitab Suci, latihan acara pentas seni. Seluruh kegiatan diselingi dengan doa koronka setiap jam 3 sore dan doa rosasio setiap jam 6 pagi. Pada hari ketiga, misa hari Minggu bersama seluruh umat, dilanjutkan dengan pentuan tujuan/goal dari para OMK setelah kegiatan pengembangan diri ini berakhir. Kemudian acara penutupnya adalah pentas seni yang diisi oleh peserta. Pada penutupan ini, nampak sekali peserta menampilkan potensi dirinya dengan baik. Ada drama, lawak, nyanyian, pembacaan puisi, dsb. Secara keseluruhan acara selama 3 hari ini sukses. Peserta yang awal mulanya masih malu-malu pada akhirnya berani berbicara, berani tampil menunjukkan kelebihannya. Dalam kelompok, mereka belajar dan berusaha untuk aktif terlibat dalam setiap tugas yang diberikan dalam kelompok. Secara pribadi, saya puas.
Senang dan bangga rasanya kita bisa berbagi pengalaman yang kita punya untuk saudara-saudara, orang muda yang ada di pedalaman. Membuat mereka merasa lebih pede dan aktif berkomunikasi. Apalagi kenyataanya mereka punya banyak potensi, dan butuh banyak orang yang peduli dan membuka wawasan mereka dengan berbagai macam kegiatan pengembangan diri.

***


berani bicara...



melangkah dengan pasti karena sedang diamati bos hehe...

kerjasama tim


berani

awalnya malu-malu, lama-lama berani juga..

kompak
 

Christian Dicky Senda. Penikmat sastra, film dan kuliner. Bergiat di komunitas sastra Dusun Flobamora, Solidaritas, Komunitas blogger NTT dan Forum Soe Peduli. Menulis buku puisi Cerah Hati (2011) dan kumpulan cerita Kanuku Leon (segera terbit). Bulan Juni 2013, diundang untuk berbicara dan memperkenalkan karyanya di Makassar International Writers Festival di Makassar. Saat ini bekerja sebagai konselor di SMPK St. Theresia Kupang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...