Selasa, 09 Juli 2013

Ada Cinta Yang Tak Terucap di SoE



Forum SOE Peduli
Kok bisa? Curhat nih? Sebenarnya bisa sekalian. Semalam saya nonton bareng film Rectoverso (adaptasi dari buku kumpulan cerita karya Dewi ‘Dee’ Lestari), dengan kawan-kawan Forum Soe Peduli yakni sekelompok anak muda SoE (TTS) yang punya cita-cita untuk hidup bersolidaritas dari apa yang kami punya. FSP kok nonton film? Diam-diam saya punya misi, agar kawan-kawan muda di SoE juga punya alternatif kegiatan. Karena tahu sendirilah, SoE dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Kota yang mungkin terlalu dingin sehingga terkesan adem ayem saja. Padahal ada banyak gerakan-gerakan kecil yang sudah dilakukan komunitas-komunitas di kota Soe, entah dalam bidang dance, radio, kerohanian, atau klub motor. Tapi saya pengen juga ada kelompok yanng punya jadwal nonton bareng sebulan dua bulan, berdiskusi atau berbagi pengalaman. Mungkin ini yang pertama di SoE, FSP bikin kegiatan nonton bareng film (yaaa, meski dengan segala keterbatasan, antara lain  infocus juga masih dipinjam sana sini hehehe).
Semalam itu kali keduanya kami bikin acara nobar. Kali pertama dua bulan lalu, kita nobar film Linimassa 2 di rumah kak Iren Ully. Dan nobar kedua di rumahnya Cheny Tutfaut. Cheny adalah anggota FSP termuda, masih kelas 2 SMA. Hebat kan?

Tentang Rectoverso yang DVD-nya saya dapatkan ketika berada di Makassar ikutan event MIWF dan ketemu seorang penggemar Dee yang baik hati (saya lupa namanya, aduuuh maaf) yang dengan sukarela memberikan hadiah buat saya. Saya langsung ingat kawan-kawan saya di Timor, yang notabene adalah penggemar karya-karya Dee. Saya langsung mengirim SMS ke Sandra Frans, koordinator FSP, menawarkan acara acara nobar Rectoverso. Maka dipilihlah tanggal 8 Juli 2013 di rumah Cheny. Agenda kali ini selain nobar dan tuka pikiran tentang isi film Rectoverso (secara banyak teman yang sudah membaca bukunya), tapi kita juga ingin membicarakan agenda berkunjung ke Festival Ningkam Haumeni (kini berganti nama menjadi Festival Nekafmese) tanggal 21-13 Agustus 2013 di Fatunaususu- Mollo Utara, pengen sekali ketemu Mama Aleta Baun. Lalu rencana FSP untuk melakukan bakti sosial pengobatan gratis di kecamatan Amanuban Timur (Telukh dan sekitarnya) sekaligus ingin sekali ketemu ibu Asnat Bell di Telukh, yang sudah satu dekade menjadi guru honorer dan hanya dibayar Rp.50.000 saja! FSP hanya ingin berbagi apa yang bisa dibagi dan bisa dilakukan. Mungkin tak besar sekali, tapi berharap kepedulian untuk masyarakat Telukh bisa bermakna baik untuk mereka. Kebetulan anggota FSP ada yang juga merupakan tenaga kesehatan (dokter, perawat, ahli gizi, dsb).
Kembali ke Rectoverso, yang sudah 3 kali saya tonton tapi menonton dengan kawan-kawan FSP punya keseruan tersendiri. Semalam hadir Sandra Frans, Angel Marlin Nale, Chenny Tutfaut, Nansi Amu, kak Yanto, kak Dessy, Joce Lodo dan kak Sherly Leo. Meski Soe sedang didera musim dingin yang amat menusuk dan kabut tebal berserta gerimis tak bosan-bosan menutup jalan, tapi antusias kawan-kawan luar biasa. Hadir dengan jaket tebal masing-masing.
Ketika selesai nonton kami mulai mengobrol tentang isi film dan membandingkannya dengan isi buku. Intinya teman-teman memuji interpretasi penulis naskah dan sutradaranya, sehingga hasil akhir sangat tidak mengecewakan, bahkan mengalami perkembangan yang menarik. Berhubung ini film omnibus, artinya ada beberapa film pendek (5 film) yang digabung dengan satu benang merah yakni ‘cinta yang tak pernah terucap’ (teman-teman langsung mengejek saya, duuh! :D). Rectoverso memang sangat personal. Cinta yang tak terucap yang ditulis dari sudut pandang perempuan (yang berhasil bikin Cheny nangis). Editingnya pun juara! Memangkas adegan-adegan dari 5 buah film berbeda dan menyambungnya menjadi sebuah film yang utuh tentu bukan perkara mudah. Dan yang terakhir adalah soundtracknya yang luar biasa. Ketika buku Rectoverso dirilis oleh Dee lengkap dengan CD lagu yang terilhami dari setiap cerita di dalam buku tersebut, banyak orang yang senang dan lagu seperti Malaikat Juga Tahu menjadi amat populer. Dan kini dalam film Rectoverso, lagu tersebut dinyanyikan ulang oleh Glenn Fredly (Malaikat Juga Tahu), Dira Sugandi (Cicak Di Dinding), Acha Septriasa (Curhat Buat Sahabat) dan Raisa (Firasat).
saat nobar Linimassa 2 di rumah Iren Ully
            Selesai ngobrol Rectoverso kami masih sempat membicarakan rencana ke Mollo dan Telukh. Dalam minggu ini Sandra akan ke Kupang untuk belanja obat-obatan. Berdoa semoga tanggal 21 Juli, cuaca telah panas sehingga akan mudah melakukan perjalanan ke Telukh. 
            Next month, semoga kita bisa nobar lagi, diskusi lagi, bagi pengalaman, bagi berkat untuk saudara-saudara lain yang membutuhkan dan saling memotivasi. Senang rasanya bisa bergabung dengan kalian, kawan-kawan FSP.
            *dan saya merenung lagi, kira-kira kapan cinta saya bisa terucapkan? Ckckckck...*

***

Christian Dicky Senda, penikmat film, sastra dan kuliner. Bergiat di Komunitas Sastra Dusun Flobamora, Forum Soe Peduli dan Komunitas Blogger NTT. Menulis buku puisi Cerah Hati (2011) dan segera menerbitkan Kanuku Leon, kumpulan cerita. Menjadi salah satu penulis asal NTT yang diundang, berbicara dan memperkenalkan karyanya di Makassar International Writers Festival 2013. Kini tinggal di Kupang dan bekerja sebagai Konselor di SMPK St. Theresia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...