Forum SOE Peduli |
Kok bisa?
Curhat nih? Sebenarnya bisa sekalian. Semalam saya nonton bareng film
Rectoverso (adaptasi dari buku kumpulan cerita karya Dewi ‘Dee’ Lestari),
dengan kawan-kawan Forum Soe Peduli yakni sekelompok anak muda SoE (TTS) yang
punya cita-cita untuk hidup bersolidaritas dari apa yang kami punya. FSP kok
nonton film? Diam-diam saya punya misi,
agar kawan-kawan muda di SoE juga punya alternatif kegiatan. Karena tahu
sendirilah, SoE dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Kota yang mungkin
terlalu dingin sehingga terkesan adem ayem saja. Padahal ada banyak
gerakan-gerakan kecil yang sudah dilakukan komunitas-komunitas di kota Soe,
entah dalam bidang dance, radio, kerohanian, atau klub motor. Tapi saya pengen
juga ada kelompok yanng punya jadwal nonton bareng sebulan dua bulan,
berdiskusi atau berbagi pengalaman. Mungkin ini yang pertama di SoE, FSP bikin
kegiatan nonton bareng film (yaaa, meski dengan segala keterbatasan, antara
lain infocus
juga masih dipinjam sana sini hehehe).
Semalam itu
kali keduanya kami bikin acara nobar. Kali pertama dua bulan lalu, kita nobar
film Linimassa 2 di rumah kak Iren Ully. Dan nobar kedua di rumahnya Cheny
Tutfaut. Cheny adalah anggota FSP termuda, masih kelas 2 SMA. Hebat kan?
Tentang
Rectoverso yang DVD-nya saya dapatkan ketika berada di Makassar ikutan event
MIWF dan ketemu seorang penggemar Dee yang baik hati (saya lupa namanya, aduuuh
maaf) yang dengan sukarela memberikan hadiah buat saya. Saya langsung ingat
kawan-kawan saya di Timor, yang notabene adalah penggemar karya-karya Dee. Saya
langsung mengirim SMS ke Sandra Frans,
koordinator FSP, menawarkan acara acara nobar Rectoverso. Maka dipilihlah
tanggal 8 Juli 2013 di rumah Cheny. Agenda kali ini selain nobar dan tuka
pikiran tentang isi film Rectoverso (secara banyak teman yang sudah membaca
bukunya), tapi kita juga ingin membicarakan agenda berkunjung ke Festival
Ningkam Haumeni (kini berganti nama menjadi Festival Nekafmese) tanggal 21-13
Agustus 2013 di Fatunaususu- Mollo Utara, pengen sekali ketemu Mama Aleta Baun.
Lalu rencana FSP untuk melakukan bakti sosial pengobatan gratis di kecamatan
Amanuban Timur (Telukh dan sekitarnya) sekaligus ingin sekali ketemu ibu Asnat
Bell di Telukh, yang sudah satu dekade menjadi guru honorer dan hanya dibayar
Rp.50.000 saja! FSP hanya ingin berbagi apa yang bisa dibagi dan bisa
dilakukan. Mungkin tak besar sekali, tapi berharap kepedulian untuk masyarakat
Telukh bisa bermakna baik untuk mereka. Kebetulan anggota FSP ada yang juga
merupakan tenaga kesehatan (dokter, perawat, ahli gizi, dsb).
Kembali ke
Rectoverso, yang sudah 3 kali saya tonton tapi menonton dengan kawan-kawan FSP
punya keseruan tersendiri. Semalam hadir Sandra Frans, Angel Marlin Nale,
Chenny Tutfaut, Nansi Amu, kak Yanto, kak Dessy, Joce Lodo dan kak Sherly Leo. Meski
Soe sedang didera musim dingin yang amat menusuk dan kabut tebal berserta
gerimis tak bosan-bosan menutup jalan, tapi antusias kawan-kawan luar biasa.
Hadir dengan jaket tebal masing-masing.
Ketika
selesai nonton kami mulai mengobrol tentang isi film dan membandingkannya
dengan isi buku. Intinya teman-teman memuji interpretasi penulis naskah dan
sutradaranya, sehingga hasil akhir sangat tidak mengecewakan, bahkan mengalami
perkembangan yang menarik. Berhubung ini film omnibus, artinya ada beberapa
film pendek (5 film) yang digabung dengan satu benang merah yakni ‘cinta yang
tak pernah terucap’ (teman-teman langsung mengejek saya, duuh! :D). Rectoverso
memang sangat personal. Cinta yang tak terucap yang ditulis dari sudut pandang
perempuan (yang berhasil bikin Cheny nangis). Editingnya pun juara! Memangkas
adegan-adegan dari 5 buah film berbeda dan menyambungnya menjadi sebuah film
yang utuh tentu bukan perkara mudah. Dan yang terakhir adalah soundtracknya
yang luar biasa. Ketika buku Rectoverso dirilis oleh Dee lengkap dengan CD lagu
yang terilhami dari setiap cerita di dalam buku tersebut, banyak orang yang
senang dan lagu seperti Malaikat Juga Tahu menjadi amat populer. Dan kini dalam
film Rectoverso, lagu tersebut dinyanyikan ulang oleh Glenn Fredly (Malaikat
Juga Tahu), Dira Sugandi (Cicak Di Dinding), Acha Septriasa (Curhat Buat
Sahabat) dan Raisa (Firasat).
saat nobar Linimassa 2 di rumah Iren Ully |
Selesai
ngobrol Rectoverso kami masih sempat membicarakan rencana ke Mollo dan Telukh.
Dalam minggu ini Sandra akan ke Kupang untuk belanja obat-obatan. Berdoa semoga
tanggal 21 Juli, cuaca telah panas sehingga akan mudah melakukan perjalanan ke
Telukh.
Next month, semoga kita bisa nobar lagi,
diskusi lagi, bagi pengalaman, bagi berkat untuk saudara-saudara lain yang
membutuhkan dan saling memotivasi. Senang rasanya bisa bergabung dengan kalian,
kawan-kawan FSP.
*dan saya merenung lagi, kira-kira kapan
cinta saya bisa terucapkan? Ckckckck...*
***
Christian Dicky Senda, penikmat film, sastra
dan kuliner. Bergiat di Komunitas Sastra Dusun Flobamora, Forum Soe Peduli dan
Komunitas Blogger NTT. Menulis buku puisi Cerah Hati (2011) dan segera
menerbitkan Kanuku Leon, kumpulan cerita. Menjadi salah satu penulis asal NTT
yang diundang, berbicara dan memperkenalkan karyanya di Makassar International
Writers Festival 2013. Kini tinggal di Kupang dan bekerja sebagai Konselor di SMPK
St. Theresia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...