Minggu, 30 Juni 2013

Yang Beta Suka Dari MIWF2013

Galerry MIWF2013 

Saya begitu terkesan dengan MIWF tahun ini. Yang mempertemukan lebih dari 40 penulis/sastrawan dengan partisipan lainnya dalam sebuah festival. Ada begitu banyak interaksi terjadi di sini. Antara penulis Indonesia dan luar, antara penikmat sastra dan penulis kesayangannya. Tak ada sekat, tak ada batasan dan semuanya terjadi dengan GRATIS. Selama 5 hari anda boleh berinteraksi, berdialog, atau sekedar berfoto dan meminta tanda tangan. Inilah yang saya sukai dari MIWF 2013. 
Berikut ini beberapa foto yang berhasil saya abadikan selama festival berlangsung.

 Inilah keenam penulis asal Indonesia Timur yang secara khusus diundang oleh MIWF lewat seleksi karya tulis, dari kiri ke kanan: Christian Dicky Senda, Jamil Massa (Gorontalo), Amanche Frank OE Ninu, Muhary Wahyu Nurba (Makassar), Mario F Lawi dan Mariati Atkah (Makassar).
Momen ini dimabil ketika baru saja selesai Indonesia Program: Literature From The East Featuring 6 Participating Writers form Eastern Indonesia pada hari Rabu 26 Juni 2013.
 Keempat member komunitas sastra Dusun Flobamora Kupang, saya, Mario, Rm. Amanche dan Ridwan. Ridwan adalah putra Makassar yang sempat menetap setahun lebih di Kupang dan menjadi anggota Dusun Flobamora, namun kini ia telah kembali berkarya di tanah Makassar.

 Foto ini diambil di Restoran Ayam Goreng Sulawesi. Tampak Mario F lawi bersama Rm. Amanche sedang mengobriol bersama bang Aslan Abidin (tengah) kurator di MIWF2013, seorang sastrawan Makassar dan dosen sastra yang sangat ramah dan dikenal kritis membicarakan bahasa dan sastra Indonesia.
 Selesai program pertama kami, rupanya Mario langsung diserbu penggemar karya-karya tulisnya. Nampak Mario sedang berfoto bersama para mahasiswa sastra Indonesia dari Universitas Negeri Makassar (UNM).

 Romo Amanche pun demikian, diminta untuk berfoto bersama dengan para mahasiswa sastra. Secara khusus mereka memang mengapresiasi karya sastra dari 3 penulis asal NTT. Ada banyak pertanyaan tentang perkembangan kesusastraan di NTT, karena menurut publik Makassar, yang selama ini juga mengamati geliat sastra yang teradi di NTT, bahwa ada perkembangan yang signifikan. Entahlah. Orang NTT memang wajib menulis, untuk menilai terserah publik.


 Nampak 5 penulis asing sedang asyik mengobrol di Resto Ayam Goreng Sulawesi, dari kiri Josephine Chia (bercelana putih) seorang penulis keturunan Singapura yang kini menetap di Inggris, lalu Wendy Miller (penulis dan pendongeng asal Australia, berbaju hitam), Suaminya Qasra Shahraz (berkemeja putih), Paul Sochacsewzki, Qaisra Shahraz (berbaju merah, penulis keturunan Pakistan kini menetap di Inggris) dan Peter Zilahy, penulis nyentrik keturunan Hungaria namun kini menetap di Jerman.

 Luka Lesson (paling kiri, penyair dan penyanyi asal Brisbane), Amir Muhamad, asal Malaysia, sineas dan pemilik usaha penerbitan buku, bersama para volunteer MIWF
 Ketiga penulis asal NTT ketika diwawancarai mas Karis dari Tempo

 Qaisra Shahraz (INGGRIS) bersama Sapardi Djoko Damono (Indonesia)
Rm. Amanche bersama Agustinus Wibowo, penulis buku best seller, Titik Nol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...