Minggu, 28 April 2013

Dari Nae Mutis Sampe Save Kota Tua


Catatan kopdar blogger Kupang chapter 2


Senja pantai Lasiana terlukis indah sore ini di depan saya, Mario F Lawi dan romo Patris Allegro yang baru saja tiba di depan cafe OCD Lasiana. Romo Patris rupanya sudah lebih dulu hadir di Lasiana demi memburu senja di pantai yang konon kata teman saya keindahannya selalu ajaib dan unik. Tetapi saya lebih suka senja Lasiana dengan kondisi gerimis dan langit kelabu seperti pada saat kopdar blogger Kupang chapter 1 lalu.

Dari kiri ke kanan: Danny Wetangterah, Rm. Patris Allegro, Mario F Lawi, Josua Natanael, Sandra Olivia Frans dan Nike Frans

Di Facebook dan Twitter saya mengundang teman-teman Blogger Kupang dan Soe untuk bertemu, berdiskusi dan bisa menghasilkan sesuatu. Kebetulan Sandra Olivia Frans dan Josua Natanael ‘turun gunung’ dengan kostum Soe Peduli-nya yang keren. Hadir juga Nike Frans yang saat ini lagi magang di IRGSC Kupang. Tak lama kemudian, kak Danny Wetangterah dan seorang teman fotografernya ikut bergabung ke OCD. Blogger Kupang yang berhalangan hadir, Kak Noya Letuna, kak Inda Wohangara, kak Sandro Dandara, romo Arky Manek dan kak Dody Dohaan. Kak Selus Fahik dan frater Januario Gonzaga telat saya kabari. Jadilah obrolan sederhana kaya makna ditemani kopi Manggarai, kelapa muda dan tuak manis yang baru saja dipanen langsung dari warga kompleks Lasiana.
Saya sedang berada pada titik kepercayaan yang tinggi terhadap gerakan positif anak-anak muda kota Kupang atau NTT pada umumnya. Terlebih bahwa gerakan tersebut diawali dari dunia maya dan benar-benar dilakukan dengan kebersamaan dan solidaritas tinggi dalam kehidupan nyata. Ini penting. Refleksi saya sore itu, “kuat jika bersama,” meminjam lirik lagu Superman Is Dead. Semua karena ada kerelaan untuk berbagi dan bekerjasama.
Singkat cerita kopdar Blogger Kupang chapter Kupang hari ini mendapatkan hasil yang membuat semangat saya makin meletup-letup.
bareng Rm.Patris
Pertama, ide teman-teman untuk melalukan sebuah ekspedisi budaya (cieeeh istilahnya boo!) ke Mollo, antara lain naik gunung Mutis yang tak sekedar naik gunung biasa namun tak lupa pula menyertakan ritual kebudayaan orang Mollo sebelum naik gunung. Idenya pernah saya lempar di sini. Sebelumnya kita akan mampir ke Naususu, mampir ke rumah Aleta Baun pejuang lingkungan Mollo, penerima Goldman 2013. Kalau dalam gambaran saya, kegiatan ini lintas komunitas.
Kedua, kak Danny mewakili Sekolah Musa yang dirintisnya (mirip Akademi Berbagi mbak Ainun Chonsum, dkk) mengajak teman-teman blogger untuk terlibat sebagai relawan di program kelas menulis kreatif, blog, dan fotografi di sekolah-sekolah yang ada di Kupang. Direncanakan minimal 3 kali pertemuan/workshop, para siswa



sekolah tersebut akan menghasilkan sesuatu entah blog dan tulisan juga karya foto yang bisa dipamerkan.
Ketiga, menyambung dengan topik hangat yang sedang berkembang di Kupang tentang akan dijadikannya kompleks kota tua Kupang untuk pusat bisnis/perbelanjaan. Di media sosial sudah muncul gerakan #SaveKotaTua Kupang, maka blogger pun ingin sekali punya andil juga untuk menyuarakan itu lewat media blog. Kota Tua jelas adalah identitas sejarah dan kebudayaan kita warga Kupang. Jika semua bangunan cagar budaya itu lenyap apa yang bisa kita banggakan dari masa lalu kita? Jangan sampai kita akan kehilangan jejak peradaban kita sendiri.
dua Frans: Sandra dan Nike
Maka muncullan ide untuk membuat tur kecil-kecilan para blogger Kupang ke kota tua Kupang, merekamnya dalam tulisan dan foto. Misalnya topik utama yang kita update di blog tentang #SaveKotaTua dalam waktu 1 minggu atau 1 bulan.
Keempat, mendukung ide teman-teman Sekolah Musa dan Rumah Desain Kupang yang berencana akan mengadakan sebuah festival film indie secara kecil-kecilan di Kupang yang melibatkan karya film yang dibuat anak-anak NTT. Plus ide untuk membuat festival permainan tradisional di Hari Anak Nasional. Sehari dua hari, abaikan perhatian mereka dari Angry Bird dan sejuta game online kepada gala asing, mariyeti mari yo, tobe-tobe, tumbu belalang, sikidoka, dll.
Kelima, Kupang Bagarak dan Soe Peduli, direncakan akan melalukan sebuah charity act untuk kesekian kalinya bagi Rokatenda di kota Soe. Tema yang diambil adalah 100 tembang cinta untuk Rokatenda. Kolaborasi yang menarik. Sebab akan ada banyak komunitas anak muda di Kupang dan Soe berkumpul, berlaku seni dan menggalang dana. Saat ide ini dilempar di Twitter pun, para nona kardus (nadus) dan nyong kardus (nyadu), yakni para relawan pembawa kotak amal gerakan seribu sudah begitu sumringah ingin segera naik ke Soe.
Wow, obrolan kami semakin menarik. Tetapi saya harus bilang bahwa kak Danny Wetangterah adalah pribadi yang luar biasa. Menarik ada fotografer, blogger, aktivis sekaligus pengusaha yang punya banyak mimpi dan wawasan yang selalu ingin dibagi bersama.
Ide sudah kita tuang bersama, saatnya kita semai dalam aksi nyata. Jang tunda talalu lama o kaka dorang...inga katong blogger NTT pung tagline, talk more, do more...
Hehehe...

Salam blogger.

Christian Dicky Senda. Blogger, penikmat sastra, film dan kuliner. Penulis buku puisi Cerah Hati (2013). Konselor di SMPK St. Theresia Kupang. Saat ini sedang berusaha menerbitkan buku kumpulan cerpennya Kanuku Leon dengan sistem crowd-funding, hasilnya akan dihibahkan ke rumah baca dan sekolah-sekolah di NTT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...