Senin, 26 Maret 2012

Kupang - Batuna - Kupang : Yang Muda Yang Berkreasi


catatan BLOGGER pengangguran

Kamis 22 Maret 2012 siang saya diajak Gerald Fori teman baik saya sejak di Syuradikara, untuk ikut bersama rombongan Orang Muda Katolik paroki Penfui mengunjungi Romo Bob yang hari itu ultah di tempat tugas barunya di Batuna (daerah yang subur dan sejuk di Amarasi, letaknya antara Buraen dan Baun). Dengan sigap saya lansung menerima tawaran menarik itu. 

Perjalanan siang itu kami tempuh dari Kupang melewati Oesao menuju arah Buraen, lewat Sanraen belok kanan menuju Batuna. Dari Kupang hingga Sanraen kondisi jalannya bagus, cuma setelah itu kondisi jalannya mulai rusat/ berlubang dan cenderung menurun. Daerahnya sih subur, masih banyak hutan dan perkebunan di kiri kanan, mirip dengan perjalanan Ende Wolowaru. Sepanjang jalan ke Batuna banyak sekali ketemu warga yang barusan pulang panen jagung di kebun. Seru.
Sampai di Batuna, ternyata sudah ada serombongan OMK yang sudah duluan sampai beberapa hari yang lalu. 

Romo Bob sendiri sudah saya kenali sejak SMP tahun 2001, waktu itu beliau menjadi frater TOP di paroki saya, Maria Immaculata di Kapan. Sejak saat itu gak pernah ketemu lagi dan baru bertemu saat di Batuna ini. Maka sore hingga malamnya, menjadi momen yang menarik sekali untuk banyak mengobrol dengan Romo Bob tentang banyak hal, umumnya yang sudah pernah terjadi dulu, saat di Kapan. Dan dari banyak obrolan itu, saya sendiri bisa memetik banyak hal, pertama, cerita-cerita Romo Bob banyak membantu saya merefreshkan kembali ingatan saya dulu. Kedua, banyak cerita tentang keluarga saya dari versi Romo Bob yang ternyata belum saya ketahui hahaha. Wah, makasih banyak romooo….

Pukul 19.00 WITA, kami pamit karena harus balik lagi ke Kupang. Menyenangkan. Banyak terima kasih untuk bro Geral Fori dan pacarnya Nuki Da Silva, mama papanya Gerald, dan kawan-kawan OMK Paroki Penfui.

Pukul 20.40 WITA, kami baru saja sampai ke Kupang ketika bung Pion Ratuloly menelpon dan menawarkan untuk ikut bergabung dengan beberapa kawan dari komunitas Dusun Flobamora (KDF) yang rencananya saat itu juga akan berkunjung ke kediaman pak Marsel Roboth untuk membahas beberapa hal terkait penerbitan Santarang, jurnal sastra KDF. Saya menyanggupi meski masih ada rasa letih pasca perjalanan bolak balik Kupang-Batuna barusan. Mereka sudah ngumpul di Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui. Saya bilang, Oke, kebetulan saya sedang melewati Bundaran burung rajawali dekat Undana, kalau bisa ada yang jemput di situ. Bung Abdul Djou menelpon saya dan bilang kalau dia akan jemput. 

Pukul 21.00 WITA, rombongan kami bertolak dari Seminari Penfui menuju rumah pak Marsel di daerah Matani (kalau gak salah…). Medannya diluar dugaan, bisik saya ke Abdul. Hehehe. FYI, pak Marsel adalah salah satu dosen sastra di Undana, bergelar doctor dan punya semangat yang besar juga untuk membesarkan kesusastraan NTT. Malam itu di rumah pak Marsel, kami makan jagung katemak, daun ubi dan sambal yang enaaak sambil mengobrol plan A, plan B untuk Santarang dan sastra NTT secara umum. 

Jujur saja, saya baru di komunitas ini. Enam tahun lebih banyak bergiat di komunitas blogger, memang sih di jogja beberapa kali sempat berkumpul dengan kawan-kawan sastrawan muda di Jogja. Tapi yah tidak pernah memilih terjun seutuhnya ke komunitas yang kegiatannya muri sastra. Baru kali ini, sejak seminggu bergabung dengan kawan-kawan KDF, dengan kawan-kawan yang punya kualitas bersastra, lebih mumpuni dan berpengalaman, yang karya-karyanya sudah banyak dikritik/diulas oleh kritikus sastra, yang rajin muncul di kolom puisi/cerpen koran local, yang sudah menang lomba sastra sana sini, banyaak. Tapi itu tekad baru saya. Harus banyak belajar di sini. Terima kasih juga karena saya diterima dengan baik. Dicky, bersiaplah untuk karyamu dikritik, diulas dari kacamata teori sastra, dibaca oleh teman lain, dan bersiap-siap juga untuk banyak-banyak baca, perluas sensivitas bersastra, perluas jaringan. Yang selama ini menulis puisi atau cerpen otodidak, maka mulai, harus…memperhatikan hal-hal teknis/ teoritis.
Are you ready, dicky?
Siiiiiiiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaappp!!!

Pukul 11.30 WITA, kami bubar. Tapi di perjalanan masih sempat juga menemukan ide: yuk, mari kita ngopi dan berpuisi di taman Nostalgia. Lagi. Malam ini juga. Oke, besok libur. Bagi kalian, karena saya masih libur panjang (pengangguran maksudnya). Di taman Nostalgia, kami ngopi dan melanjutkan beberapa topic obrolan yang tak sempat selesai di bahas di rumah pak Marsel tadi. seru melihat bung Amanche dan bung Pion larut dalam adu argument tentang rencangan acara peluncuran dan saya yang agak ‘gelagapan’ mencari posisi tengah diantara dua orang hebat di depan saya ini. Sedangkan bro Abdul, bung Janu dan Bung …. Sibuk juga berbagi ide kreatif tentang Santarang kedepan, bikin desain ini itu, bikin kaos, stiker plus agenda-agenda yang bakalan hadir dalam satu tahun ini. Hahaha, ini sudah mendekati jam 1 pagi dan kami masih berkutat menghabiskan sisa energy hari itu untuk sastra. 

Tapi kami harus bubar, karena masih ada beberapa agenda esoknya; Romo Amanche akan mendampingi diskusi dengan anak-anak Giovani, dan kami yang lain harus kembali mendesain cover Santarang edisi perdana. Karena sudah dini hari, saya ditawari menginap di penginapan Keuskupan, kediaman romo Amanche, yang lokasinya persis di depan taman Nostalgia.

Jumat, 23 Maret 2012, 07.00 WITA, Penginapan Keuskupan Agung Kupang, Jalan Frans Seda.
Ketika saudara-saduara yang beragama Hindu sedang menjalani ritual laku tapa, menyepikan jiwa dan raga dari rutinitas duniawi.

Saya bangun dengan badan yang terasa berat dua kali berat tubuh saya. Saranya mau tumbang lagi tapi…Dicky ini bukan di rumahmu, ini di rumah oraaaang ckckckck
Romo Amanche menawarkan agar saya bisa ikutan acara diskusi yang akan dia pandu. ‘Mungkin lu bisa bagi beberapa pengalaman nanti. Topiknya tentang remaja dan pergaulan bebas.’
‘Oke…siap romo.’
‘tapi kita misa dulu yah…’
‘oke romo…’
Saya, romo Amache dan salah satu romo misa di kapela kecil di Penginapak KAK. Setelah bisa, kami sarapan bersama lalu siap-siap untuk diskusi.

Jam 9.30 WITA, diskusi dengan kawan-kawan muda dari kelas XI IPS 2 SMA Katolik Giovanni dimulai.

 Menarik bahwa diskusi ini atas inisiatif sang wali kelas, dibantu ibu Santi guru BK, dan romo Amanche yang membidangi Kesiswaan juga pelajaran Budi Pekerti di Giovanni. Dan dari semua kelas yang ada, cuma kelas ini saja yang punya kegiatan seperti ini. Dasarnya sih jelas, karena selama ini mereka menyadari kalo anak-anak kelas 2 SMA kok lebih bergejolak yah ketimbang di kelas 1 dulu atau nanti di kelas 3. Ada apa dengan mereka? Bagaimana mereka melihat dan menilai pergaulan (dan pergaulan bebas) dari kacamata mereka masing-masing? Apa kendala mereka saat ini baik dari segi akademis, segi persahabatan, hubungan dengan ortu? Senang juga saya diberi kesempatan untuk berbicara di depan mereka tentang pengalaman saya sekolah dulu, saat kuliah di Jogja, pengalaman dengan keluarga dan berbagi ilmu juga karena saya belajar psikologi, punya sedikit pengalaman bekerja di bidang konseling anak dan remaja di Jogja dulu. Itu yang saya bagi.

Umumnya mereka mengakui tentang pergaulan mereka saat ini yang lebih banyak tuntutan dari luarnya, dari teman sebaya, dari lingkungan, dari trend dan gaya hidup yang berkembang, bahwa remaja yang gaul harus seperti ini, itu..bla..bla. ada perasaan bahwa ‘kadang’ mereka tidak menjadi diri sendiri dan sibuk menjawab tuntutan dari luar.

Kedua, mereka sendiri juga menyoroti makna keluarga bagi remaja. Bagaimana pola asuh orang tua selama ini, otoriterkah? Terlalu permisifkah? Atau yang demokratis. Kok ada perasaan hal-hal di luar rumah ‘kadang’ lebih menarik yah ketimbang di rumah? Bagaimana caranya menciptakan bahwa apapun kondisinya rumah tetaplah yang paling nyaman dan paling bisa dipercaya, bukan siapa-siapa yang lebih dipercaya di luar sana.
Ketiga, topik-topik tentang sekolah, ada perasaan (dan dugaan yang subyektif yah) kalo sekolah kok diskriminasi, dsb.

Menarik. Karena memang forum-forum seperti inilah yang harusnya sering dimediasikan oleh guru atau orang tua. Bagus untuk melatih remaja untuk belajar terbuka, apapun diomongkan, yang kesulitan  bisa dicari solusi bareng-bareng. Karena hasilnya nanti mereka akan jadi remaja yang sehat. Ortu dan guru pun bisa belajar untuk demokratis, dari yang selama ini mungkin agak otoriter. Yang pola komunikasinya searah bisa dirubah jadi dua arah. Itu yang coba saya bagi ke mereka juga ke guru-guru yang hadir. Karena saya pun bukan saja berteori tapi juga punya pengalaman langsung, misalnya pola komunikasi saya yang buruk awalnya dengan ortu, akhirnya mulai berubah. Dari yang cengeng, ngambekan, gak jelas maunya apa tapi nuntut, berubah ke pola komunikasi yang dua arah.

Saya percaya kalau pola dari rumahnya sudah oke, komunikasi dengan ortu enak, tidak ada yang merasa mengekang atau dikekang, gak ada juga yang lepas control juga. Pasti akan baik. Apalagi ditunjang dengan nilai-nilai positif dari ortu, kedisiplinan, tanggungjawab, religiusitas, pendidikan moral, cinta kasih dan persaudaraan, saya yakin sekali, remaja tersebut akan mampu membawa diri, tahu cara bersikap, tau menempatkan diri. Karena sudah dipastikan berkembangnya nilai-nilai dari keluarga atau yang lebih tua (termasuk juga guru), otomatis prinsip-prinsip hidup si remaja juga terbentuk, secara psikologi, ego dan super egonya berkembang maskimal.

Ada rasa penghargaan ke dirinya sendiri (tubuh dan jiwanya), sebab ia sudah dihargai orang lain (keluarganya). Ada rasa percaya diri yang tinggi, karena orang tua dan guru selalu memberi itu. Penghargaan dan percaya diri itulah yang akan jadi modal si remaja untuk menempatkan diri di lingkungannya. Tau caranya bersikap, tau caranya memilih yang baik dan tidak, pantas atau tidak untuk dirinya, karena super egonya sudah terbentuk baik. Meskipun kondisinya nilai dia berbeda dengan nilai lingkungannya. “Oke kita tetap berteman, itu pilihan kamu, ini pilihan saya. Silahkan jika itu baik untuk kamu, dan saya kira kamu juga menghormati pilihan saya ini…” hahaha mungkin pillihan ini ekstrim yah untuk ukuran remaja, bisa kita cari pola yang lebih sederhana, supaya tidak menyinggung orang lain juga, tapi kita juga tetap safe and trust dengan pilihan kita.

Terakhir, pada titik tersebut, pasti perlahan sikap dan nilai kita akan menjadi contoh dan inspirasi untuk teman di sekitar. Percaya saja, yang baik pasti akan mendatangkan kebaikan., dst. Begitulah mekanisme Tuhan dan Alam Semesta ini bekerja.

Ciiiieeeehhhh,….
Jujur senang, waktu itu bisa berbagi pengalaman dengan kawan2 muda dari Giovanni.
Makasih romo Amanche untuk kesempatan emas ini. Lain kali diajak lagi yah. 


salam cerah hati


-Liliba, 25 Maret 2012-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...