Senin, 10 Oktober 2011

Sketsa Tengah Malam

Saat kulihat kau menjamu duabelas muridmu
Makan roti dengan mesranya
Sedangkan ayah
 lagi-lagi larut dengan berita Nazarudin
Maka aku hanyalah si pengamat bodoh
Di ruang tengah antara kegelapan dan tirai kemustahilan
Menulis dan kembali memaknai ritual makan malam kalian
Juga gertakan gigi yang diam-diam dilakukan ayah
Maka pada detik ini pun aku ingin jadi udara saja
Entah karena malu atau apa
Sedangkan batu di tangan tak bisa jadi roti atau ikan
Atau sebakul keringat yang esoknya pasti akan berbuah senyum
Yah, meski cuma senyum saja
Tapi selalu mengandung kenikmatan

Tapi sepertinya tak bisa

Mungkin ini hanya serupa kondisi hamba sahaya
Mugkin serupa kasut para murid
yang berdebu tapi setia kau basuh

sumber: www.esp-realm.blogspot.com
Entah

Tapi apa aku harus berteriak bahwa aku ingin menjadi yang ketiga belas
Bahwa diam-diam kau memendam dendam kepada salah satu dari mereka
Bahwa dalam hati mereka menghinamu habis-habisan
Kau kalah

Ah, lempari saja roti-roti ke arahku
Aku lapar!


Kampung Baru Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...