Saat kulihat kau menjamu duabelas muridmu
Makan roti dengan mesranya
Sedangkan ayah
lagi-lagi larut dengan berita Nazarudin
Maka aku hanyalah si pengamat bodoh
Di ruang tengah antara kegelapan dan tirai
kemustahilan
Menulis dan kembali memaknai ritual makan
malam kalian
Juga gertakan gigi yang diam-diam dilakukan
ayah
Maka pada detik ini pun aku ingin jadi udara
saja
Entah karena malu atau apa
Sedangkan batu di tangan tak bisa jadi roti
atau ikan
Atau sebakul keringat yang esoknya pasti akan
berbuah senyum
Yah, meski cuma senyum saja
Tapi selalu mengandung kenikmatan
Tapi sepertinya tak
bisa
Mungkin ini hanya serupa kondisi hamba sahaya
Mugkin serupa kasut para murid
yang berdebu
tapi setia kau basuh
![]() |
sumber: www.esp-realm.blogspot.com |
Entah
Tapi apa aku harus berteriak bahwa aku ingin
menjadi yang ketiga belas
Bahwa diam-diam kau memendam dendam kepada
salah satu dari mereka
Bahwa dalam hati mereka menghinamu habis-habisan
Kau kalah
Ah, lempari saja roti-roti ke arahku
Aku lapar!
Kampung
Baru Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...