Sabtu, 19 Juni 2010

Saatnya Melirik Indonesia Timur….

Saya baru saja selesai menonton tayangan di Metro TV, behind the scene film Tanah Air Beta lalu memutuskan untuk menulis sesuatu, insight yang baru saja saya dapatkan dari tayangan ini. Disaat yang sama ketika jeda iklan, saya pun menonton sebuah tayangan lain di Trans TV, sebuah laporan perjalanan dua artis (Poppy Bunga dan Yama Carlos) ke beberapa kampung adat yang eksotis di Alor, NTT. OMG! Lagi-lagi NTT sedang disorot. Puji Tuhan, kali ini sorotannya positif. Bahkan tidak henti-hentinya saya berterima kasih kepada Alenia Pictures atau pihak Trans TV juga Metro TV yang kini mulai berani membuat tayangan yang tidak melulu Jawasentris atau Jakartasentris yang selama ini selalu mendominasi tayangan TV atau film.

Koreksi saya jika saya salah kaprah menulis atau keliru berkaitan dengan penggunaan istilah Jawasentris terkait dengan topik diatas. Saya ingat obrolan menarik antara saya dan seorang teman terkait dengan idealisme baru sineas ibukota untuk mengangkat sisi lain dari wilayah Indonesia Timur kedalam proyek kreatif mereka. Saya sangat mengiyakan teman saya. Sebulan lalu Oscar Lawalata dan Stephanus Hamy bahkan sukses mengangkat kain tenun ikat NTT ke ajang fashion Nasional dan Internasional (bangga saya ketika sebuah baju dengan motif kain tenun Lio nangkring di salah satu etalase supermall terkenal di Inggris, Herrods!

Setahun lalu, sineas ibukota lain, mas Jay Subiyakto menggarap sebuah iklan produk kecantikan dengan bintang utama aktris/musisi Titi Sjuman yang bertema ‘kekuatan wanita Indonesia’ sempat mengambil gambar para wanita penenun di Sumba, Sabu, dsb.
Dua bulan lalu, via dunia maya (twitter.com) saya berkesempatan ‘memantau’ dan bertukar informasi dengan sutradara (mas Iman Brontoseno, @imanbr) dan beberapa kru pembuatan iklan salah satu minuman energi di Bolok, pantai Tablolong (Kupang), di Sumba dan Lembata. Banyak pujian dari para artis pendukung iklan dan statemen positif juga foto-foto mereka di NTT, bisa jadi adalah promosi gratis, secara mereka adalah public figure.

Tentang public figure yang kemudian dimanfaatkan pemerintah, misalnya ada nama Nadine Chandrawinata yang menjadi ikon taman nasional Wakatobi, Sulawesi. Dan yang terbaru, ikon TN Komodo, presenter Olga Lydia (@OlgaLy_DIA) dan Aktor berbakat Nicolas Saputra (@nicsap). Tentang dua tokoh ini, saya cukup mengikuti kiprah harian mereka di stius jejaring sosial www.twitter.com. Nicolas banyak sekali mereport hasil perjalananya ke Flores. Lewat foto-foto dan cerita menarik, ada banyak komentar bergulir di akunnya. Puji Tuhan.

Dan hal yang sama pula saya rasa dialami oleh wilayah-wilayah lain di Indonesia Timur. Meski tidak jarang pula, yang menghiasi layar TV tentang Indonesia Timur hanyalah berita tentang masalah sosial semata ho ho ho, miris juga.

Hingga nantinya saya berharap akan ada banyak lagi orang melirik ke Timur. Saatnya kita tidak terpusat melirik ke Jawa, karena bukan saja Sabang hingga Merauke, jangan lupa, ada Miangas di utara dan Dana (Rote) di selatan, dan NTT (Flobamora) ada di dalamnya. Bagaimana kita mau merasa lalu bilang kalau ‘Indonesia ini besar’, atau ‘bhineka tunggal ika’ atau menulis gede ‘I Love Indonesia’ di kaos oblong, kalau sama saudara di belahan timur atau barat jauh tidak kita kenal?

*saya menulis hingga kalimat ini, lalu teringat, semalam beberapa teman saya, yang notabene orang Jawa mengirim SMS, ‘setelah nonton Tanah Air Beta, pengen ah diajak Senda ke Timor!’

Boleh banget….nabung dari sekarang yah bro, sis….
#emang benar kata tagline Kementrian Budaya dan Pariwisata kita: ‘’kenali negerimu, cintai negeri….’’

Gimana mau cinta kalo kenalan saja belum!


(gambar dari: www.kidnesi.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...