Rabu, 10 Februari 2010

John Q dan ASKES

Saya baru saja menonton Johny Q, salah satu film yang dibintangi Danzel Washington dan saya sadar bahwa cerita itu juga ada di sekitar saya. Film ini bercerita tentang sebuah keluarga menengah kebawah yang kesulitas membiayai pengobatan anak mereka pasalnya mereka dan warga kelas bawah lainnya memang rentan terhadap ketidakadilan berwarga negara. Selalu terbelakang, terabaikan, untuk hal-hal urgen dalam hidup seperti perekonomian keluarga, jaminan kesehatan dan jaminan pendidikan. Itu di Amerika bung, bisik nurani saya, bagaimana dengan kondisi di negeri tercinta saya ini? Jelas bahwa disini hampir setiap undang-undang atau kebijakan, pastinya yang menjadi prioritas untuk diuntungkan adalah kaum atas, mereka yang berduit. Ada harga, ada barang. Tak ada uang yah bisa jadi manusianya akan berbuat nekad agar harapannya terpenuhi. Dan John melakukan itu dengan sadar hanya karena situasi keuangan keluarganya yang tak memungkinkan, disisi lain, kondisi anaknya yang makin parah serta kecintaan pada sang anak mendorong John melakukan aksi nekadnya itu, menyandera sebuah rumah sakit dengan harapan dokter dan pihak rumah sakit mau memberikan cangkokan jantung buat anaknya.

Film ini dengan sangat jelas menyindir ketimpangan sosial yang ada. Kau miskin pasti selalu yang disisihkan. Dokter atau rumah sakit bisa jadi akan berlindung dengan menyalahkan sistem yang ada, misalnya dengan menyalahkan pemerintah
yang memang tidak/kurang menjamin warga negaranya untuk memperoleh akses kesehatan dengan adanya asuransi, dsb.

Di negeri tercinta ini pun kasusnya sama dan mungkin lebih parah dengan yang terjadi di Amerika. John bisa jadi masuk dalam kategori miskin di AS yang tentunya sangat berbeda jauh dengan kategori miskin di Indonesia. Dalam film John Q memang happy ending, tapi tidak untuk kasus-kasus di tanah air. Banyak yang akhirnya berujung ke kematian dan pemerintah ataupun dokter ataupun rumah sakitnya akan adem ayem saja. Tentang dokter, saya cukup tersentil meski saya bukan dokter, saya manusia biasa, dan saya bisa tersentil dengan ungkapan seorang wanita di ruang sandera kepada dokter yang juga disandera, ‘bagaimana dengans sumpah anda? Sumpah bahwa Anda akan menolong pasien yang kaya hingga selamat dan membiarkan pasien yang miskin hingga mati?’

Film ini bagusnya ditonton oleh para dokter, agar mereka gak matre berkarya di negeri ini. Film ini juga buat para anggota DPR supaya bikin regulasi yang pro rakyat, gak dipolitisasi, bikin asurasni hanya mau dekat pemilu setelah menang pemilu rubah lagi itu peraturan biar orang miskin dicekik dan yang kaya bernafas lega. Buat presiden saya juga, nonton dan cek keadaan rakyatnya di lapangan, jangan hanya bisa curhat dan curhat kalau dirinya selalu dizolimi, difitnah, digosipin. Dan benar kalau presidennya emang lemah. Sibuk ngurusin citra diri dan lupa kalo tugasnya yah untuk mensejahterakan rakyat!

Dan adanya askes atau askeskin atau apalah itu hanya penguatan bahwa yang miskin di indonesia yah emang harus miskin beneran bila perlu miskin selamanya biar saat pemilu si dia laris manis dipilih.

Jogja, 10 Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...