Minggu, 07 Februari 2010

Stop Curhat! Jadilah Citah, Bukan Kerbau!

Saya muak dengan berita politik di tanah air saya yang lebih mirip tayangan insert di trans tv. Mirip tayangan gosip. Salah satu isinya yah politikus yang berlagak selebritis, suka curhat! Bahkan saking sering curhat kalo si A itu korban, si B pnecuri, si D lamban, balik lagi si A yang adalah korban fitnah karena dibilang lamban kayak kerbau eh bukannya berubah sikap sebagai pembuktian, si A malah sibuk curhat lagi. Curhat sana, curhat sini, sampai benar-benar ia nampak sangat tidak kuat, nampak rapuh, nampak pemalas, nampak lamban. Dulu, konon, si A merangkak naik pamor politiknya yang emang benar melesat pesat, itu karena hobinya yang suka curhat. Persis kayak artis yang bikin opini, bikin imej, yah dengan curhat ngalor-ngidulnya tiap hari di tv. Dan dasar mental masyarakat kita yang drama, maka terhanyutlah kita dalam skenario besar para selebritis dan seleb politik itu. Makin cintalah kita ke mereka karena mereka berkesan budi baik, mereka adalah korban fitnahan. Lantas imej mereka makin bagus. Yah itulah drama. Mereka sudah piawai bermain drama, bermain sinetron. Dan politikus kita, oh, jangan salah, pandai bermain peran juga, pandai berdrama ria. Mereka sejatinya drama queen dan drama king. Oalah, bukan saja ratu yang pandai menipu dengan tangisan sedu sedannya untuk menarik iba orang, sang raja pun sekarang juga mahir menarik perhatian, menarik iba dengan kata-kata ala dramanya: saya difitnah, saya mau ditembak, saya sasaran teroris, mereka ingin menjatuhkan saya, mereka menyamakan saya dengan kerbau, ada perencanaan besar-besaran untuk menggulingkan saya, bla..bla..bla…begitulah si A curhat di televisi, saban hari, di acara rapat, di sela kunjungan kerja, di sela acara ini, acara itu, selalu menyempatkan diri untuk curhat tentang dirinya yang selalu teraniaya, selalu dipojokan, sellau difitnah. Sejatinya benar adanya bukan saja citra dirinya akan merangkak karena banyak orang yang beralih iba padanya, di satu sisi dia sebenarnya sudah menunjukan dirinya yang lain, diri yang lemah, diri yang lamban, diri yang tak pede….

Lagi-lagi dia memanfaatkan mental masyarakatnya yang pemaaf, pelupa, dan drama juga. Cepat terenyuh, cepat memaafkan, mengingkari yang antagonis, menerima yang protagois. Sudah terbukti di sinetron, ketika Marshanda atau Manohara yang digambarkan ‘korban’ di tv atau dalam kehidupan sebenarnya (meski saya sangsikan kebenarannya, misalnya untuk kasus Mano!) malah menjadi populer, senetronya berating tinggi…sindrom yang sama juga sudah dimafaatkan para politikus kita!

Ah, saya terlalu banyak ngomong tapi intinya itu-itu saja kan? Yang jelas saya gak mau punya pemimpin yang berjalan lamban kayak kerbau. (*tapi kalau merasa bukan kerbau yah gak usah ribut dan curhat lagi toh?! Buktikan kalo anda sebenarnya lebih mirip citah yang cepat dan tangkas merebut peluang).


Jogja, 7 Februari 2010
foto from: www.mampus.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...