Minggu, 14 Februari 2010

Antara Persepsi Diri, Tahu Diri, Percaya Diri dan Menulis Skripsi

Kemarin, ketika mengkonsultasikan perkembangan penulisan skripsi saya, dosen saya bilang: ‘nah, gini dong baru namanya Senda. Kamu itu bisa nulis. Mampu menulis skripsi dengan baik. Lihat saja bab satumu, logis dan rapi kalimatnya’

Kata-kata dosen saya ini sebenarnya ingin menguatkan saya yang seminggu lalu sempat putus asa (limbung, istilah beliau). Bingung dengan arah skripsi saya.


Mungkin benar, saya lupa diri. Lupa kalau saya sebenarnya bisa. Kalau saya juga bisa tangguh untuk melewati fase kritis mengerjakan skripsi ini. Bahwa saya punya modal mampu menulis. Mampu merangkai kalimat secara logis.

Kata-kata dosen itu membuat saya berpikir lagi dan lagi, sepanjang hari Sabtu kemarin. Yah, saya berani bilang ke diri saya: ‘Hei, Senda! Sudah berapa tulisan yang kau tuang di buku harianmu? Di blogmu? Di akun facebookmu? Di akun friendstermu? Kau sudah menyukai dunia tulis menulis jauh sebelum kau mengenal skripsi kan?’

‘Senda!....kau punya kebiasaan membaca, dan itu bagus buat berpikir logis, terstruktur, kan. Hei, bukan seberapa banyak buku filsadfat yang kau baca, atau textbook psikologi ala Hurlock, Santrock, dsb, bukan itu. Koran lusuh yang kau jabanin setiap haripun ternyata bisa menghadirkan inspirasi berpikir, menulis, bekreasi kan? Lha, artinya, tak ada yang sulit dengan skripsi!’

‘okelah, skripsi dunia psikologi emang berbeda dengan disiplin ilmu lainnya. Karena objek kajiannya manusia, tentunya tidak sembarangan ditulis. Lagian, kelamaan menulis biasanya bukan karena tak mampu menulis tapi karena banyak waktu yang terbuang hanya untuk mencari literatur saja! Dasar teori, dsb. Meskipun demikian, sooal analisa datapun sekarang ini sudah modern, ada program olah data lewat komputer. Apalagi kamu sudah punya modal kemampuan menulis…’ kata dosen saya panjang lebar.

Hmm, kawan, bukannya mau sombong, tapi itulah hidup, kadang kita memang butuh pengakuan dari orang-orang sekitar karena itu mampu membuat percaya diri kita tinggi dan segala solusi bisa dicari. Tak ada yang mustahil memang. So, berhentilah mempersepsian bahwa skripsi itu sulit. Asal kita tahu saja kelebihan dan keterbatasan kita, semuanya bisa diatur, dicari jalan keluar yang terbaik. Bukankah diri dan alam semesta disekelilinh kita dikendalikan oleh kekuatan dari diri kita?

Saya bisa, anda pun bisa! Percaya saya, kawan


Jogja, 14 februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...