Jumat, 18 Desember 2009

Dorang Bilang: 'Epen Kah?'

Epen kah?' kata seorang cewek 'rakat' yang tak sengaja kami berpapasan di halaman parkir RS Bethesda. Kata ini bukan ditujukan ke saya namun ke dua orang temannya yang juga sama-sama 'rakat'. Saya hanya bisa tersenyum dan berlalu. Tak perlu waktu lama untuk mencerna lagi informasi tersebut. 'Epen kah?'. Beberapa waktu lalu teman saya Jimmy dari Maumere sempat mengomentari status Facebook saya dengan kata yang sama persis, 'epen kah?'. Saya ingat juga, sebulan lalu saat mengobrol ria dengan Irma Ladapase dan Ita Tanesi di kos mereka, sekali dua kali saya mendengar ungkapan ini, 'epen kah?'. Informasi yang sama: ketiga teman saya diatas adalah juga sama 'rakat'nya dengan saya juga tiga cewek yang saya temui di RS Bethesda. Saya lantas berani mengambil kesimpulan dini, mungkin benar jika istilah 'epen' ini sudah menjadi istilah wajib nan gaul dari teman-teman sesama 'rakat'? Jika, yah, maafkan saya jika saya terbukti agak ketinggalan. Ini karena saya jarang bergaul dengan sesama 'rakat' di Jogja. Saya jelas bukan 'rakat' yang gaul. Saya menertawakan pikiran saya sendiri sambil terus berjalan menuju Gramedia Sudriman.

'Rakat'. Istilah yang lebih lama dari 'epen' mungkin. Dulu sejarahnya sama, saya agak ketinggalan dengan istilah gaul ini. Gaul yang spesial buat anak-anak Flores atau NTT saya rasa. Bukan rahasia umum istilah itu marak di Jogja sini. Yaaaah, namanya juga istilah gaul pastinya dengan bangga itu dikoar-koarkan. Maafkan saya ini, si 'rakat' yang kurang gaul! *karena saya tidak pernah mendengar istilah ini dilontarkan teman-teman saya yang dari Jawa atau sumatera, dll. Atau saya yang salah?

'Rakat' apa pula artinya? saya sendiri pun tak tahu. Saya hanya menduga mungkin istilah ini lahir dari kata 'Masyarakat', artinya lebih khusus buat sesama saudara sedaerah yang ada di perantauan, sesama masyarakat sedaerah. Mungkin itu artinya. Jogja yang kecil ini memang mudah menenukan para masyarakat Flores, Timor atau NTT pada umumnya sama halnya juga menemukan masyarakat Papua, Ambon dan daerah-daerah Indonesia Timur lainnya. Entah mengapa istilah 'rakat' ini akhirnya hanya spesial dan familiar untuk masyarakat perantauan dari Papua, NTT dan Ambon. Yah mereka (atau Kami, karena saya juga termasuk didalamnya he he he) yang secara fisik memang unik dan mudah diidentifikasi sebagai 'orang NTT, AMBON ATAU PAPUA!'. Belum lagi jika secara sosiologis, mereka (atau kami, saya juga termasuk lho) sering berkumpul bersama, mempunyai organisasi persaudaraan atau 'kemasyarakatan' sedaerah, sekampung, sepulau, sepropinsi, dsb yang cukup kuat dan solid. Meski pun demikian toh saya sendirilah yang jarang berkumpul bersama anggota 'rakat-rakat' saya yang lain. Maafkan saya.

Kembali lagi ke istilah 'epen' tadi. Saya sudah menduga meski saya belum menanyakan kepastiannya dari teman-teman saya, namun saya percaya pasti artinya: 'emang penting'. Emang penting kah? Semoga saya benar. Atau bisa juga lahirnya istilah ini sama juga dengan lahirnya istilah 'EGP- emang gue pikirin'. Artinya samap-sama gak penting, sama-sama gak perlu dipikirin, karena yah gitu deh, gak penting!

Ahh, rakat kita emang selali gaul dan kreatif untuk menciptakan sebuah istilah baru. Ingatkah anda dengan istilah 'kembo beracun' (yang sampai sekarang saya sendiri tak tahu artinya..) atau banyak istilah lainnya...

1 komentar:

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...