Rabu, 16 Desember 2009

Spontanitas Jogja: Semakin Kaget, Semakin Cinta

(apresiasi Biennale Jogja X)

Jogjaaaaaaa
Akhirnya sore ni ada kesempatan buat jalan-jalan keliling Jogja. Maksud utama sih mau ke Sekip-UGM ngambil jeans yang baru divermak, lalu terpikir untuk ke stasiun Tugu ngecek harga tiket kereta minggu depan (dan ternyata harganyaaaa.....muuuahaaaalllll.yah sudah kagak jadi naek kereta ke Surabaya!). Kembali lagi soal keliling Jogja, kemaren sempat kaget ngeliatin sebuah patung unik nangkring dengan enaknya di Bunderan UGM. Tumbeeenn?? Oh ternyata ada juga huruf-huruf gede disana bertuliskan: Jogja Jamming. Hmm...apa itu Jogja Jamming? Aih, ada penghuni Kota Jogja yang sedang kehilangan informasi terbaru tentang Jogja, yah, saya ini!

***
Jogja sudah saya cintai sejak pertama kali menginjakan kaki di tanahnya, waktu itu pertama kali turun travel di Babarsari. Empat tahun lebih di Jogja sudah banyak membuat cinta saya membuncah-membesar. Bagi saya Jogja adalah kota 'Seni Yang Spontan'...maksud saya 'spontan' yah seperti kisah saya tadi, Jogja selalu memberikan kejutan-kejutan menarik dalam berkesenian tentunya. Jogja punya ISI, punya taman budaya, punya Malioboro, punya banyak art space, punya Keraton, punya UGM, punya Ulen Sentalu, Punya Merapi, punya Parangtritis, punya Kasongan, punya banyak seniman besar Affandi hingga Den Baguse Ngarso, Didi Nini Thowok hingga Djaduk Ferianto, Djoko Pekik hingga Butet Kertaredjasa, Bagong Kasudiarja hingga Agus Suwage..ahhhh saking banyaknya seniman-seniman hebat lahir dan besar dikota ini. Dan kalo mau mendaftar seniman terbaik negeri ini, mungkin sebagian besarnya tinggal dan menetap di Jogja. Tradisi dan lingkungan fisik dengan sendirinya merangkum keanekaragaman kreatifitas seni maka jadilah yang unik-unik dan penuh kejutan itu.

Tentang kejutan, saya membaca status FB-nya Butet Kertaredjasa tentang BienNale Jogja X, tentang akan adanya art performance di sore hingga malam ini, tepat di depan gedung BI, dan tanpa berlama-lama saya langsung mampir ke Malioboro untuk kemudian ke BI. Dan kekagetan-kekagetan mulai menyapa saya, di lampu merah, di sudut jalan, di tugu, lapangan parkir, sekolah, kampus, stasiun, di sepanjang malioboro, di tembok gedung, di taman kota, bahkan saya membaca koran hari ini, demam Biennale Jogja nyaris sampai ke sawah-sawah di Bantul, pinggir kali, kampung-kampung! OMG! Sungguh ini membuktikan Jogja yang mungil ini adalah sebuah kantong seni yang berwarna. Karya seni rupa memang bertebaran di seantero sudut kota Jogja...penuh daya kritik sosial, ada yang mudah dipahami tapi tak banyak yang sulit dinalar untuk orang awam seperti saya ini, 'maksudnya apa sih patung sekelompok orang yang lebih menyerupai akar2an tiba-tiba sudah nangkring manis di lampur merah?' atau tiba-tiba saja anda melihat patung Srikandi berwarna emas sudah berdiri manis di sebuah pertigaan dekat kali Code bareng 2 ekor patung domba, si Srikandi memegang timbangan namun dengan mata tertutup kain hitam. adakah maksudnya adalah ingin mengkritik peradilan yang bobrok di negeri ini? atau melihat patung Obama diarak keliling kota naik becak (salah satu street performance seniman Jogja)??


Yang pasti jangan kaget juga jika melihat patung singa berdiri angkuh di lapangan parkir atau ikan duyung kepanasan di trotoar Malioboro, atau seniman 'gila' melakukan performance di sawah, bermandi lumpur? sungguh spontan dan nyeni abiissss!

Rasanya setengah hari ini belum cukup untuk menikmati Jogja dengan sisi yang berbeda, meski waktu pagelarannya hampir selesai (itupun diiringi kabar banyak karya perupa yang dirazia Pol PP karona menurut warga karya tersebut terlalu vulgar. Ahh...seni itu multiinterpretatif pak, apakah jalan keluarnya adalah hanya dengan merazia benda seni rupa tersebut?


Apapun itu saya mencintai Jogja, dengan keanekaragaman manusia dan budaya, seni kreatif dan semangat untuk eksis...mungkin hanya ada di jogja, segala hal yang remeh temeh pun bisa dilihat indah dan nyeni...hanya di Jogja...masyarakat kelas bawah pun mampu mengapresiasi seni dengan tingginya!


Jogja, 16 Desember 2009

(*senang banget tadi bisa salaman sama Butet dan Djaduk. Pernah sekali melihat performansi sanggar tari Bagong K juga penampilan karya kontemporer dari Kua Etnika-nya Djaduk...wah mereka hebat dan kereen!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...