Rabu, 02 Desember 2009

Ini Anjriiiiiiittt!

M*n*h
Nyuri 3 kakao, sebulan lima belas hari
kekeringan dibalik jeruji besi.
Kau bahkan lupa
Bahwa kau tak bisa menulis dan membaca. Menulis nama negaramu sendiri
Kau tak tahu. Yang kau ingat, besok anak dan cucuku tak makan.

*persetan dengan itu! Lha, aku butuh kerja. Butuh makan.* teriak suara hati dari bilik yang terbungkus kebaya lusuh.

Suara hati ini mungkin bukan suara hatinya Minah.
Hati M*n*h mungkin sedang hancur.
Hancur dan tak percaya akan namannya negara. Namanya keadilan.
Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia?
Aku tak dapat itu, maka aku bukan rakyat I*ndo*es*. Itu saja.

A*gg*do.
‘sumpah lo, duit gue, bisa aja nyumpalin mulut dan pantat orang-orang berseragam itu sekaligus! Duit gue. Hanya duit gue. Biarin aja. Mereka kan mata duitan. Disumpal pake duit aja gampang. Iyah, gue kan punya banyak duit. Gampang buat sumpal sana, sumpal sini, sumpal mulut, sumpal pantat. Dan keinginanku terkabul.’

*Mulut dan pantat hanya butuh duit.
Hanya mulut dan pantat saja. Tak ada hati. Hati biasanya tak butuh duit. Hati butuh keadilan dan kejujuran. Karena tak ada hati dan tak bisa, makanya duit buat mulut dan pantat saja.* teriak suara dari langit.

Buktinya, mulut dan pantat yang tersumpal duit mengakibatkan perut membuncit. Ciri khas perakus-perakus itu kan? Buncit, botak, tolol! Rakus, buta, tolol!
Pencuri, perampok, tolol!

Perut buncit. Berseragam. Tolol!
Perut buncit. Dibalik meja. Mirip tikus. Kotor. Tolol
Perut buncti. Berdasi. Dibalik koper berisi duit dolar. Tolol

‘sumpeh lo, duit-duit gue, yang gue sumpal di mulut dan pantat mereka, bukan aja bikin gendut, tapi bikin rumah mereka sekejap menetereng. Di sumpal mulutnya, biar istri dan simpanan ke Amerika. Biar anak-anak sekolah ke London. Biar mobil mewah menuhin bagasi, biar nanti pantat di sumpal pake duit gue, dan mereka, para berseragam itu bisa beli tanah, main golf, nyewa pelacur, makan enak, tapip gue bisa dapat apa yang gue mau. Seimbang dong. Impas. Gue sumpal mulut dan pantat mereka pake duit gue, gue bisa bebas, gue bisa merdeka, gue bisa aman, gue tak perlu kayak si M*n*h, masuk bui, sidang sana sini. Gue bisa tenang di Singapur, di Hongkong. Karena mulut dan pantat mereka sudah gue sumpal pake duit gue. Mudah kan?’ teriak A*gg*do

***
Di balik jeruji besi. M*n*h menangis. M*n*h bingung. Yah, mbok cuman 3 biji kakako doang aku masuk bui? Disidang. Dijerat pasal KUHP. Mungkin kalau aku punya duit aku bisa juga menyumpal mulut dan pantat bapak-bapak berseragam ini, biar aku gak masuk bui 1 bulan 15 hari, tapi nyatanya aku ini cuma bisa nyuri 3 biji kakao kan? Yah Allah….

***

Sumpah deh, kalo gue menulis ini dan gue dipenjara? Mampus aja Negeri ini!


Jogjakarta, 29 November 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beta tunggu lu pung komentar di sini, danke...